03
Dengan menggandeng tangan Jaemin, Renjun mengajak anaknya keluar. Anaknya sudah rapih, ganteng pokoknya. Dia mau pergi. Bersama Om Mark kesayangan Jaemin.
Intinya, sih, Mark mau ngajak Jaemin ke kondangan. Ya, Mark meminjam Jaemin pada Renjun agar tidak terlihat sekali jomblonya.
"Jangan rewel, okay? Jaemin denger apa kata Om Mark."
Jaemin diam saja saat Renjun memperbaiki pakaiannya. Juga rambutnya. "Mama nda ikut?"
"Enggak, Mama gak ikut. Jaemin pergi sama Om Mark, nanti pulangnya Mama tunggu di rumah." Renjun tersenyum, dia menatap Mark yang sedang menunggu dengan sabar. "Jangan kemaleman, ya, kak. Kalo bisa, jam setengah 7 udah pulang."
"Iya, nanti gue pulangin sebelum jam tengah 7."
Renjun mengangguk, dia membiarkan anaknya mendekati Mark. "Hati-hati. Jaemin jangan nakal-nakal."
Jaemin melambaikan tangan kanannya, sementara tangan kirinya, menggenggam jari kelingking Mark.
"Dadah, Mama~"
Renjun ikut melambaikan tangannya. Menunggu sampai mobil yang Mark bawa melaju. Dia kembali memasuki rumahnya, menutup pintunya dengan perlahan.
"Capek banget," gumam Renjun sambil merenggangkan tubuhnya. Matanya memandang seisi ruang tamu yang bergabung dengan ruang televisi. Mainan Jaemin berserakan, beberapa remah makanan terlihat. Renjun menghela napas, dia membaringkan tubuhnya di sofa.
Punya anak kecil, memang rasanya rumah tidak pernah rapih. Selalu saja ada yang berantakan. Dan Renjun melakukan semuanya hampir seorang diri. Terkadang Haechan membantu Renjun untuk menyuci piring. Renjun merasa tidak enak di saat Haechan sudah mencari nafkah dari pagi sampai malam, pria itu juga harus mengurus pekerjaan rumah.
Yang padahal, lebih melelahkan jadi Renjun daripada Haechan. Tapi, tetap saja Renjun merasa tidak enak. Renjun yang seperti itu, Haechan sadari. Saat Haechan pulang malam, sebisa mungkin dia tidak mengganggu Renjun. Apalagi kalau Haechan pulang, rumah sudah dalam keadaan rapih, ada makanan yang tinggal Haechan hangatkan saja.
Dan Haechan, ngerasa nggak enak kalau hanya ingin membangunkan Renjun untuk sekedar menemaninya di saat malam. Padahal Renjun tidak masalah sama sekali.
Jadi, intinya mereka sama-sama ngerasa nggak enak. Memulai hubungan melalui cara yang salah, memang akan menimbulkan kecanggungan yang berkepanjangan. Nyatanya mereka belum seterbuka itu.
"Kalo gak ada Jaemin ..."
Renjun mengerjap. Dia memukul pipinya sendiri. Segera bangkit duduk. "Lo mikirin apa, sih, Ren?! Jelas-jelas yang salah lo sama Haechan."
Kedua telapak tangan, menutup wajahnya sendiri. Merasa bersalah. Ada perasaan menyesal yang terus bersemayam di hatinya. Tapi, mau Renjun terus berandai pun, tidak akan mengubah apapun.
Hanya saja, Renjun lelah.
Pintu yang terbuka membuat Renjun mengangkat kepalanya. Dia menoleh, melihat Haechan yang sudah pulang. Keningnya terlipat tipis. "Kok udah pulang?" tanya Renjun, bingung.
Tanggapan Haechan hanya tersenyum. Dan sepertinya Renjun tau alasannya.
"Ke mana Jaemin?"
"Dipinjem kak Mark."
Haechan mengangguk mengerti. Dia melepaskan jaketnya, duduk di sebelah Renjun yang kembali diam.
Keheningan terasa menyesakkan. Otak kembali berpikir keras. Terbiasa hidup enak, membuat mereka sering tertekan. Namun, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menghela napas. Tidak menyerah dan berdoa.
KAMU SEDANG MEMBACA
08.13 ✔️
Fiksi PenggemarJadi orangtua itu gampang, tinggal punya anak. Tapi, bagaimana dengan mengurusnya? Apa Haechan dan Renjun benar-benar dapat melakukannya dengan baik? HYUCKREN ft Jaemin