09
Jaemin membuka kedua matanya. Dia menatap seisi kamarnya yang sepi. Bocah itu bangkit, mengucek sebelah matanya lalu merangkak turun. Tubuhnya berubah jadi telungkup, mencengkram sprei ranjang dan bocah itu turun. Kaki kiri lebih dulu baru kaki kanan.
Keadaan masih gelap. Mungkin sekarang masih tengah malam. Jaemin bangun karena dia mengingat kalau dirinya belum makan jajan miliknya.
Sampai terbawa mimpi pula.
Kedua kaki berjinjit, menarik handle pintu ke bawah sampai pintu kayu itu terbuka. Dia menguap, berjalan lunglai keluar kamar.
Keadaan tidak terlalu hening karena Jaemin mendengar suara televisi yang menyala. Bocah itu kembali menguap, masih mengantuk tapi mulutnya ingin memakan sesuatu.
Mata bulat Jaemin memperhatikan orang tuanya yang ada di sofa. Tidak duduk bersebelahan seperti apa yang biasa mereka lakukan. Tapi, kenapa Mama berbaring dengan Papa yang ada di atasnya?
Jaemin mengerjap. Kenapa Papa bergerak-gerak seperti itu? Kenapa Mama juga menangis? Dan kenapa mereka setengah telanjang?
"Mama ..."
Pergerakan keduanya terhenti. Mereka dengan sembrono langsung bangkit duduk. Haechan mengambil selimut yang tergeletak di atas lantai dan memberikannya ke Renjun. Pemuda itu berdehem, membenarkan celananya yang hanya sebatas paha saja.
Rasanya canggung. Ini pertama kalinya Jaemin melihat adegan tidak senonoh orang tuanya.
"Jaemin kok bangun?" tanya Haechan, dia segera bergerak ke dapur. Mencuci kedua tangannya. Wajahnya sedikit memerah.
Demi hal memalukan yang pernah Haechan lakukan. Ketahuan anak sendiri, jauh lebih memalukan dari apapun.
"Jaemin mau mam." Bocah itu berlari ke arah Renjun, "Mama sama Papa lagi apa? Mama menangis? Papa nakal?"
"Er ..." Renjun meringis. Dia hanya bisa memakai kaos milik Haechan yang terlalu besar di tubuhnya. Pakaian miliknya, Haechan lempar terlalu jauh.
"Mama jangan bobo sama Papa, nanti Mama nangis. Jaemin juga enggak bobo di atas Mama."
Renjun menggaruk pipinya pelan. Bingung harus menjawab apa. Dia belum mempersiapkan diri saat anak melihat orang tuanya bercinta.
"Tadi enggak bobo. Mama sama Papa lagi apa?"
Jaemin terus bertanya di bawa rasa penasarannya. Mata bulatnya itu memandang Renjun penuh harap kalau Mama akan menjelaskannya.
Renjun menghembuskan napas pelan. "Mama sama Papa sedang apa?" Renjun mengulang pertanyaan anaknya, "Itu tadi kegiatan orang dewasa. Jaemin yang kecil ini, jangan ngelakuin hal tadi."
Jaemin mengerjap. "Enggak boleh? Kenapa?"
"Ya karena ... karena err Jaemin kecil? Ya, Jaemin masih kecil. Jadi gak boleh kayak gitu. Nanti aja kalau Jaemin udah gede, udah nikah juga."
"Telus?"
"Terus? Ya ... nanti bisa buat adek bayi."
Adek bayi.
Jaemin diam. Adek bayi itu apa seperti bayi yang temannya tunjukkan? Kecil, lucu dan hanya bisa menangis? Jaemin tersenyum lebar dan Renjun bisa melihat bintang menghiasi area sekitar kepala Jaemin.
"Jaemin mau Adek bayi!"
Hah?
Renjun membeku, begitu juga dengan Haechan yang baru saja kembali dari kamar mandi. Adek bayi? Adik bayi maksudnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
08.13 ✔️
Fiksi PenggemarJadi orangtua itu gampang, tinggal punya anak. Tapi, bagaimana dengan mengurusnya? Apa Haechan dan Renjun benar-benar dapat melakukannya dengan baik? HYUCKREN ft Jaemin