Selamat Membaca
~
Hari ini Halloween. Sekolah Jaemin mengadakan pesta kostum. Apapun boleh mereka pakai. Asalkan tidak terlalu seram yang dapat menakuti murid lain.
Dan seperti biasa, Haechan menentukan apa yang akan Jaemin pakai. Bocah 6 tahun itu diam saja saat Haechan menyuruhnya untuk berdiri di depannya. Mata sang Papa tidak lepas darinya.
"Jadi nenek-nenek gak sih, yang?" tanya Haechan pada Renjun yang duduk tidak jauh darinya.
"Gak."
"Kenapa?" Haechan beralih menatap pasangannya. "Kan bagus. Nanti kita pakein baju nenek sama apron. Wig putih keriting, kacamata yang pakai tali itu loh, apa sih namanya? Terus bawa tongkat. Itu nanti lucu."
"Enggak."
"Yang—"
"Ganti yang lain atau kamu yang aku dandanin biar mirip nenek-nenek?"
Haechan cemberut mendengarnya. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. Kembali menatap Jaemin yang kali ini sudah berjongkok, bermain dengan mainannya.
Memikirkan kostum yang cocok untuk anaknya, Haechan bingung sendiri. Ingin memakaikan banyak hal tapi tidak bisa, pilihannya hanya satu. Dan itu 3 hari lagi.
Ponselnya dia buka, mencari referensi di internet tentang kostum yang cocok untuk anak-anak. Jawabannya hampir sama semua. Dokter, polisi dan sejenisnya. Haechan tidak mau. Itu terlalu biasa. Kalaupun tidak, paling karakter super hero.
"Oh! Aku tau harus jadi apa!"
Renjun beralih menatap Haechan. "Jangan aneh-aneh."
"Enggak, yang. Gak aneh-aneh, kok."
Kedua mata Renjun menyipit. Sedikit curiga tapi dia coba untuk percaya. "Mau jadi siapa?"
"Choso."
"Hah?!"
~
"Jaemin, diem dulu sebentar."
Pagi ini, Jaemin harus berangkat ke sekolah dengan kostum yang sudah Papa pilihkan. Jaemin, sih, diam saja. Dia ikut apa kata orang tuanya.
Tubuhnya duduk di atas karpet. Kedua kaki Papa mengunci tubuhnya agar tidak bisa kabur. Lagi pula Jaemin tidak akan kabur. Mama memberikan kue kering padanya—yang Jaemin tebak akan jadi bekal makan siangnya.
Haechan duduk di belakang Jaemin. Mengikat rambut Jaemin menjadi dua. Sedikit berantakan dengan poni tipisnya. Haechan menatap ponselnya dan mengangguk mengerti. Sudah selesai, hanya perlu membuat garis hitam di wajah Jaemin saja.
"Mama, ini beneran catnya aman buat kulit anak-anak?"
Renjun menjawab pertanyaan Haechan dari dapur, "Beneran aman. Gak papa, pake aja."
Haechan mengangguk. Dia menyuruh Jaemin untuk duduk menghadapnya. "Jaemin, coba hadep Papa sini."
Jaemin membalikkan tubuhnya menghadap Haechan. Dia melahap kukis yang ukurannya lebih besar dari tangannya. Haechan mengangkat wajahnya agar mendongak. Mengunyah pelan dan menatap penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
08.13 ✔️
Fiksi PenggemarJadi orangtua itu gampang, tinggal punya anak. Tapi, bagaimana dengan mengurusnya? Apa Haechan dan Renjun benar-benar dapat melakukannya dengan baik? HYUCKREN ft Jaemin