14 | Mama Jaemin

2.3K 312 32
                                    

14

"Mama."

Jaemin memanggil pelan. Jari mungilnya menekan pipi Renjun berkali-kali. Berharap kalau Mamanya itu membuka matanya.

"Mama?" Jaemin memiringkan kepalanya bingung. Dia membawa tangannya naik, punggung tangan menempel di kening Renjun. Pekikan bocah itu terdengar. "Panas! Mama panas!"

Suara teriakan Jaemin mengusik Renjun membuat pemuda itu membuka kedua matanya. Tampak buram dan terasa pusing sekali. Apa yang dia lihat, terasa berputar membuat perutnya bergejolak.

"Mama~" Kedua mata Jaemin berkaca-kaca, sudut bibirnya pun sudah turun dan bergetar. Siap untuk menangis. "Sakit. Mama sakit?"

Renjun menatapnya sayu. Bibirnya kehilangan warna merahnya, sekarang tampak begitu pucat dan Jaemin tidak suka melihatnya.

"Mama hiks!"

"Nggak papa."

Jaemin menangis mendengar suara Renjun yang pelan dan lemah. Kedua tangannya meremat celana seragamnya sendiri. Pantas saja Mama tidak membangunkannya, pantas saja Mama tidak membantunya mandi. Pantas saja, Mama tidak membuatkan sarapa untuk dirinya dan Papa.

Mama sakit. Mamanya Jaemin sakit.

Pintu kamar terbuka lebih lebar. Haechan terlihat. Dia menghembuskan napas pelan melihat Jaemin yang menangis dan Renjun yang mencoba menenangkannya walaupun kekasihnya itu beberapa kali ingin memuntahkan isi perutnya.

"Papa!" Jaemin memanggilnya dengan diselingi isak tangis. Kedua tangan kecilnya mencengkram kaus yang Renjun kenakan. "Mama sakit. Mama Jaemin sakit."

Haechan tersenyum kecil, "Mama emang lagi sakit. Dan Jaemin harus biarin Mama istirahat sampai sembuh," jelas Haechan. Dia mencoba menarik tubuh kecil Jaemin namun anaknya itu tidak mau melepaskan cengkramannya.

"Mama Jaemin ..."

Renjun menggigit bibir bawahnya, menepuk punggung Jaemin pelan. "Jaemin, Mama lagi sakit dan Jaemin harus jauh-jauh sebentar biar enggak ikut sakit."

Jaemin menjerit. Merasa tidak terima saat Renjun mengatakan hal itu. Jaemin tidak mau jauh-jauh dari Renjun.

"Mama nggak mau loh, Jaemin juga ikutan sakit. Mama aja, Jaemin jangan. Lagipun, Mama sakitnya cuman sebentar, kok. Jaemin jadi anak baik Papa dulu, hari ini aja. Besok Mama pasti sudah sembuh."

Jaemin menatap wajah pucat Renjun. Kedua sudut bibirnya naik, membentuk senyuman yang begitu meyakinkan Jaemin untuk percaya. Bibir Jaemin kembali bergetar, dia mencengkram kaus Renjun semakin kuat. Walaupun pada akhirnya, cengkraman itu terlepas.

Haechan segera mengangkat tubuh kecil anaknya. Menggendongnya membelakangi Renjun.

"Tiduran lagi aja. Setelah aku anter Jaemin, aku langsung pulang."

Haechan tau sekali, Renjun kalau sakit itu rewel sekali. Makannya sulit, sering merengek dan mengadu tentang kondisi tubuhnya. Disuruh minum obat juga, Renjun tidak mau.

Tapi, Haechan tidak mempermasalahkan itu. Dia menganggap, kelakuan Renjun adalah bukti kalau Renjun benar-benar bergantung padanya. Selama Renjun sakit, Haechan bisa melihat semua sifat dan tingkah asli Renjun.

"Kiss buat Jaemin, enggak ada?"

Renjun menatap wajah anaknya. Renjun menoleh ke arahnya. Pipi kiri menempel di pundak Haechan. Bibirnya sedikit mengerucut.

08.13 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang