01 | Lee Jaemin

4.4K 417 55
                                    

01

"Adek duduk di sini aja, tunggu Papa pulang."

Semuanya bermula saat tanggal 13 Agustus. Saat bocah bernama Lee Jaemin itu lahir ke dunia. Memberikan tetesan air yang melegakan dahaga, namun lapar tetap dirasa.

Kedua orang tuanya tidak menyalahkan Jaemin yang lahir. Walaupun tanggungan mereka semakin banyak, setidaknya ada tawa polos bayi yang membuat kedua pundak mereka terasa jauh lebih ringan.

Tangan kanan mungil Jaemin menerima buah semangka yang Mamanya beri. Renjun mengusak rambut anaknya gemas. Melihat mulut anaknya terbuka, menggigit buah berwarna merah itu dengan perlahan.

Renjun menyadari beberapa hal. Anaknya telat bicara. Usianya yang sekarang 4 tahun, belum selancar teman-temannya. Walaupun anaknya cerewet sekali, tapi beberapa hal masih belum jelas. Masih suka abai kalau orang tuanya memperingati.

Ini bukan hal aneh karena kalau tidak salah ingat, Renjun juga dulu telat bicara. Dan asalkan Renjun dengan rajin mengajak Jaemin bicara, anaknya itu akan pandai bicara.

"Jaemin, sudah mandi, ya? Lagi nunggu Papanya pulang?"

Salah seorang tetangganya datang menyapa. Membawa sesuatu. Mungkin habis pergi ke mana dan kebetulan ketemu, jadi sekalian menyapa.

Jaemin seperti biasa, tidak menjawab. Dia bukan tipe anak yang ramah. Makanya kalau dalam hal ini, Renjun atau Haechan yang akan menjawab.

"Iya, Tante. Lagi nunggu Papa."

Wanita itu tertawa ringan, berbanding terbalik dengan wanita lain yang ada bersamanya. Renjun mengenalnya.

"Jaemin ganteng banget, ya. Pasti gedenya juga ganteng, nih."

"Ganteng-ganteng belum lancar ngomong. 'Kan gak bagus kalau ganteng tapi gagap."

Renjun merasakan jantungnya berhenti berdetak selama beberapa detik. Ada secuil rasa sakit yang dia rasakan. Terlalu sering mendengar hal itu, membuat Renjun kebal.

Awalnya dicibir karena sampai usia 2 tahun, anak itu baru makan nasi. Renjun dianggap sok karena hanya memberi susu atau buah-buahan ke Jaemin, padahal anak itu sudah bisa makan nasi.

Renjun saat itu hanya diam. Mau membalas pun, rasanya percuma. Jaemin akan muntah kalau makan nasi, karena Renjun tidak tega, dia mengakalinya dengan alpukat atau sejenisnya. Susu juga, walaupun harganya harus nguras kantong sekali.

Tapi, demi Jaemin akan dia lakukan.

"Pelgi!" Jaemin mengusir, tangan kirinya melambai-lambai dengan ekspresi tidak senang. Teriakannya kembali terdengar, "Pelgi!"

Wanita yang menyapa Jaemin, tersenyum tidak enak karena tingkah temannya. Renjun memaklumi.

"Jaemin, nggak boleh gitu. Nggak sopan."

Jaemin hanya melirik Mamanya sekilas, berlagak tidak peduli. Padahal kenyataan. Anak itu kembali melanjutkan makan semangkanya yang tertunda.

"Duluan ya, Ren. Jaemin anak pinter, Tante duluan, ya."

Renjun mengangguk, "Jaemin, bilang makasih."

Jaemin melengos dan wanita itu hanya tertawa. Mengajak temannya untuk segera pergi karena dia merasa malu.

"Ngapain, sih, ngajak ngomong anak haram itu? Kayak gak ada yang lain aja."

"Diem aja."

Renjun masih mendengarnya. Dia menunduk, menatap Jaemin. Kedua tangannya basah, sampai ke bajunya. Tidak heran. Tangan kanannya terulur, menyentuh pipi Jaemin. Mengusapnya dengan jarinya pelan.

08.13 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang