15 | Papa Jaemin

2.1K 336 39
                                    

15

"Kalau ini dibilang kesalahan Jaemin, aku atau gurunya, ya ini bisa dibilang salah kita semua."

"Kenapa?"

"Aku ada di sebrang jalan, dan Jaemin melihatku. Dia yang tidak sabar, menyebrang begitu saja. Guru yang lalai, tidak bisa menahannya dan aku juga tidak bisa melakukan apapun karena jalanan ramai. Mobil melaju kencang, menabrak Jaemin-"

"Berhenti." Renjun memotong ucapan suaminya, "Aku tidak mau dengar lagi. Aku sudah tau."

Haechan menarik tubuh kecil Renjun ke pelukannya. Mengusap punggung sempit kekasihnya itu dengan lembut.

"Lalu, kenapa ditolak rumah sakit? Aku baru denger ada yang kayak gitu."

"Gak tau. Gak peduli juga, yang jelas sekarang Jaemin udah ditolong."

Haechan menipiskan bibirnya. Menatap tembok di depannya dengan tatapan menerawang. Kira-kira siapa, ya? Apa ada hal yang Haechan lewatkan?

Seharusnya rumah sakit tidak menolak pasien, mereka harus bekerja secara profesional. Dan keadaan Jaemin juga sedang darurat, butuh pertolongan cepat.

Kenapa? Siapa?

Renjun mencengkram kaus yang Haechan kenakan. Dia ketakutan. Pusing di kepala rasanya bertambah hebat. Tubuhnya pun masih bergetar karenanya.

"Duduk aja, aku takutnya kamu malah pingsan ini." Haechan tau, keadaan Renjun pun tidak baik. Apalagi makanan yang masuk, hanya sedikit.

"Aku gak papa."

"Kamu lagi sakit, Renjun. Duduk aja, aku beliin minum yang manis-manis."

Renjun menghembuskan napas pelan. Dia menurut. Duduk di kursi yang sejak tadi berada di belakang tubuhnya.

"Jangan ke mana-mana, duduk aja."

"Iya. Bawel banget, sih?"

Haechan hanya tersenyum kecil. Mengusak rambut Renjun lalu melangkah pergi. Ponsel yang tadi sempat dia ambil, dia keluarkan dari saku celana. Beberapa pesan dari Jeno, dia dapat. Melihat sebuah foto hasil rekaman CCTV.

Benda pipih itu dia genggam cukup kuat. Ternyata memang benar, Renjun bukan bagian dari keluarga Huang. Dan itu berakibat ke Jaemin. Tidak peduli kalau Renjun juga mewarisi darahnya ke Jaemin. Yang berhubungan dengan Renjun, sepertinya akan dibuat sulit.

Tapi, apa Jaemin juga harus mendapatkan kesulitan yang sama? Jaemin tidak tau apapun. Kerjaannya hanya makan dan tidur.

Umpatan pelan keluar dari mulut Haechan. Dia menyimpan ponselnya saat melihat Yangyang jalan dengan langkah lebar ke arahnya.

"Temenin Renjun dulu, gue takut dia pingsan."

Dan Yangyang hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Haechan menghela napas. Menahan dirinya untuk tidak marah.

"Brengsek!"

~

"Trauma, ya?"

"Kemungkinan besar, pasien akan mengalami trauma dengan apa yang dia alami sebelumnya."

Renjun menggigit bibir bawahnya. Kenapa harus seperti ini? Jaemin. Anaknya ... dia seharusnya tidak mengalami hal seperti ini.

Haechan menoleh ke arah Renjun setelah Dokter yang menangani Jaemin pergi. Pemuda itu berjongkok di depan pemuda yang lebih tua beberapa bulan darinya.

"Yang penting, Jaemin nggak hilang ingatan, 'kan? Jangan khawatir."

08.13 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang