Bonus 2

1.1K 216 52
                                    

Selamat Membaca

~

"Jaemin mau pindah? Jangan pindah, di sini aja."

Hari ini memang hari terakhir Jaemin bersekolah. Dia mau pindah. Papa mengajak keluarganya untuk pindah saat Jaemin duduk di bangku kelas 4.

Dan Hyunjin, sangat drama. Dia memeluk lengan Jaemin dan tidak memperbolehkan teman kesayangannya itu pergi. Hyunjin mau Jaemin terus bersamanya.

"Kan Jaemin ikut orang tuanya." Junkyu menatap Hyunjin sebal. Kedua tangannya berada di pinggang.

Hyunjin tidak perlu ditebak. Bocah itu menangis. Masih memeluk Jaemin dengan erat. Tidak memperbolehkannya pergi.

"Jaemin punyaku, jangan pergi!"

"Kata Mami, anak itu punya orang tuanya. Jadi, Jaemin punya orang tuanya. Bukan punya Hyunjin."

Tatapan tidak suka, Hyunjin berikan untuk Junkyu. Kesal sekali. Hyunjin rasanya ingin menendang Hyunjin jauh-jauh.

"Pulang!" Yeji menarik lengan Hyunjin agar menjauh dari Jaemin. "Ayo pulang. Kamu buat aku malu!"

"Ah tidak mau!" Hyunjin menjerit tidak terima. Masih memeluk Jaemin dengan erat. "Mau ikut Jaemin. Aku mau ikut Jaemin!"

Chenle, bocah berusia 3 tahun itu berlari ke arah sang abang. Dia memukul lengan Hyunjin. Menyuruhnya untuk pergi.

"Abang!" Chenle menjerit. Tidak suka saat melihat Jaemin dipeluk oleh yang lain.

Jaemin membuka mulutnya, ingin membalas tapi Hyunjin lebih cepat.

"Apasih? Aku yang kenal Jaemin lebih dulu, jadi Jaemin milikku."

Haechan sudah ingin membantah, tapi ucapan Hyunjin ada benarnya juga. Hanya saja, bukan seperti itu konsepnya!

Renjun sejak tadi diam. Dia paham betul perasaan Hyunjin. Tapi, dia dan keluarganya harus pindah. Begitu juga dengan sekolahnya Jaemin.

"Nanti kita ketemu lagi, kok." Jaemin akhirnya berbicara. "Kalau mau SMP, nanti aku kasih tau Papa biar kasih tau kamu juga, aku mau sekolah di mana. Kita ketemu lagi di sana."

"Kasih tau aku juga!" Junkyu ikut berbicara. Dia baru mengenal Jaemin saat kelas 1. Dan ingin rasanya dia berada di sekolah yang sama lagi dengan Jaemin. Hyunjin mah bonus. Gak satu sekolah dengan Hyunjin juga tidak apa.

"Janji, ya?"

"Iya, janji."

Hyunjin akhirnya melepas pelukannya. Membuat Chenle segera memeluk kaki sang abang posesif. Kalau ditanya, orang yang paling tidak Chenle suka, dia akan menjawab Hyunjin lalu Om Mark.

"Sampai jumpa, Hyunjin. Junkyu juga."

Junkyu tersenyum dan melambaikan tangannya. "Yap! Sampai jumpa lagi, Jaemin."

Jaemin menggandeng tangan Chenle lalu berbalik. Chenle menoleh ke arah Hyunjin. Menjulurkan lidahnya untuk mengejek anak laki-laki seumuran abangnya.

Sudut mata Hyunjin berkedup. "Chenle, awas saja! Aku akan merebut Jaemin darimu!" kata Hyunjin penuh semangat dan sedetik kemudian, suaranya kembali melemah. "Sampai jumpa, Jaemin~"

~

Saat sampai di rumah baru, Chenle segera mengajak Jaemin untuk main. Halamannya lebih luas daripada rumah lama dan Chenle sudah membayangkan untuk mengeluarkan semua mobil mainannya ke halaman.

Chenle, bocah berusia 3 tahun itu menyarankan untuk main petak umpet. Dan dia yang berjaga. Jaemin segera bersembunyi di balik pagar tanaman yang mengelilingi rumah. Memperhatikan Chenle dari celah kecil tanaman.

08.13 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang