DUA TUJUH
Haechan memperhatikan Jaemin yang tengah bermain dengan Jiyun. Tetangga mereka yang anak ceweknya itu centil banget. Tapi, Jaemin betah banget main sama Jiyun.
Pemuda itu masih ingat betul ucapan Jaemin sebelumnya. Dari mana Jaemin tau kata-kata seperti itu? Maksudnya, Jaemin masih terlalu kecil untuk mengatakannya. Haechan bahkan ragu kalau Jiyun akan mengatakan hal seperti Jaemin.
Satu helaan napasnya keluar. Haechan jadi berpikir, alasan Renjun pergi bukan ingin menelantarkan Jaemin. Tetapi, Renjun ingin memberikan kesempatan untuk Haechan jauh lebih dekat dengan Jaemin. Renjun mungkin ingin membiarkan Haechan melakukan perannya sebagai ayah.
Bohong kalau Haechan tidak merindukan Renjun. Haechan merindukannya. Sudah lama sekali rasanya Haechan tidak berbicara dengan Renjun. Kalau saja boleh, Haechan ingin menemui Renjun. Hanya sedikit. Sedikit saja, Haechan ingin mengungkapkan rasa rindunya.
"Sejak kapan, gue bergantung ke Renjun?" tanya Haechan pada dirinya sendiri. Dia tidak menyadari kalau hidupnya sudah berpusat pada Renjun.
Haechan membuka ponselnya. Dia menatap sebuah foto yang sudah lama disimpan. Ada foto 2 orang yang baru saja lulus dari sekolah dasar. Kualitasnya memang tidak terlalu bagus, tapi masih terlihat wajah masing-masing anak di sana.
Itu foto dirinya, juga Renjun. Sejak sekolah dasar, mereka sudah kenal. Maksudnya dari kelas 6 karena mereka dipertemukan dalam 1 kelas. Pertemanan mereka lanjut ke SMP dan selalu berada di sekolah dan kelas yang sama. Dan entah sejak kapan, perasaan itu muncul. Mungkin dulu Haechan tidak terlalu menyadarinya, tapi saat dia mendengar cerita antusias Renjun yang menjalin hubungan dengan Mark, Haechan merasa tidak nyaman.
Seolah, hatinya menolak percaya.
Kalau orang-orang melihat Renjun, siapa yang tidak akan menyukainya? Renjun seperti magnet bagi orang-orang di sekitar mereka. Membuat orang rela berhenti sejenak dan menatap Renjun.
Termasuk Haechan. Entah di kelas 7 atau 8, Haechan menyukai Renjun. Salahnya juga yang tidak mengungkapkannya dan Haechan malah terus menjahilinya. Dia melakukan itu karena suka melihat Renjun marah. Menurutnya itu lucu.
Tapi, saat melihat senyum lebar Renjun. Wajah antusias dan mata berbinar, menceritakan tentang dirinya yang akhirnya memiliki hubungan dengan Mark, Haechan merasakan sebuah penyesalan untuk pertama kalinya.
"Sejak kapan kalian dekat?"
Waktu itu, Haechan bertanya dengan nada yang cukup datar. Berbeda dengan Renjun yang menjawab antusias.
"Sejak kelas 8. Kak Mark duluan yang deketin, terus kita dekat."
Haechan benar-benar tidak bisa membalas sama sekali. Dia hanya mengangguk. Telinganya mendengar cerita Renjun yang katanya Mark sangat baik. Katanya Mark suka membelikan sesuatu untuk Renjun. Sekedar jajan atau hadiah kecil.
Untuk ukuran anak SMP, Mark terlalu dewasa. Ya walaupun tidak ada apa-apa selain pulang bersama atau mampir ke suatu tempat. Dan mungkin karena Mark anak tunggal, jadi dia tau apa saja tentang pasangan. Tentu saja, setelah melihat tingkah orang tuanya.
Perasaan itu terus Haechan sembunyikan sampai mereka SMA. Haechan memilih untuk terus mengikuti Renjun. Menemaninya di saat Mark harus melanjutkan pendidikannya di tanah kelahirannya. Haechan tidak pernah menyinggung kalau dia menyukai Renjun. Dia terlihat biasa saja walaupun kerap kali melihat Renjun dan Mark menebar bunga di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
08.13 ✔️
FanficJadi orangtua itu gampang, tinggal punya anak. Tapi, bagaimana dengan mengurusnya? Apa Haechan dan Renjun benar-benar dapat melakukannya dengan baik? HYUCKREN ft Jaemin