Penantian-14

438 33 1
                                    

Haloo semuanya gimana hari ini? nanti malam udah takbiran yaa? semangatt semuanya, minal aidzin wal Faidzin yaa!!

Enjoy guys n Happy reading!!
°
°
°
°
°

Kota Manado di guyur hujan pada malam hari itu, Pak pradanu yang khawatir dengan masyarakat yang hadir karena tidak memakai Jas hujan akhirnya mengimbau agar mereka menggunakan jas hujan, namun mereka semua menolak dan akhirnya pak pradanu juga memutuskan untuk tidak menggunakan jas hujan. Kalila yang melihatnya sedikit khawatir, pasalnya hujan malam ini sedikit lebat ia khawatir jika pak Pradanu akan sakit nanti tetapi pak pradanu meyakinkan mereka semua yang berada di sana. Theo juga terlihat hujan hujanan, ia berdiri di bawah sana memperhatikan pak pradanu yang masih bertegur sapa dengan masyarakat, Dirinya sudah basah kuyup. Pakaian berwarna hitam yang ia kenakan hari itu sudah basah semua, Kalila yang melihat itu terpana pria well done itu terlihat sangat tampan dibawah gemericik air hujan, Rambutnya yang basah, Kemeja nya yang sedikit membentuk badan nya itu membuat semua orang yang melihat nya tergoda dan sangat terpesona.

"Dek jangan hujan hujanan, di sini aja sama mamas" titah dito yang melihat kalila sedang menghampiri pak pradanu untuk menyerahkan topi yang ia kenakan.

"ngga kok mas dit, aku cuma mau kasih topi ke papah kasian dia hujan hujanan jadi aku kasih topi aja" ucap kalila mengeyel, ia menerobos hujan dan memberikan topinya kepada pak pradanu.

"Papah, ini topi kalila papah pakai ya jangan hujan hujanan pah nanti sakit" ujar kalila sambil memakai kan topi nya pada kepala pak pradanu. Sontak pak pradanu tersenyum mendengar nya, perhatian kecil yang di berikan oleh kalila membuat nya tersenyum dan mengelus kepala kalila. "Kamu juga sana jangan hujan hujanan, disana saja sama mas dito dan ibu kenapa disini? papah ini kan mantan kopassus jadi, ga mungkin sakit haha" ujar pak pradanu.

Kalila tertawa kecil mendengar nya, memang pak pradanu itu mantan pasukan elit kopassus tetapi pak pradanu tetap manusia biasa yang bisa sakit kapan saja, Kalila hanya menggeleng dan tersenyum. "Kalila disini saja temani papah danu, Lihat itu pah banyak warga yang antusias dengan papan" ucap kalila.

Di sebrang sana, Terlihat seorang pria yang tersenyum melihat sang wanita yang memberikan perhatian kepada atasan nya. Theo, ia tersenyum melihat interaksi kalila dan pak pradanu menurut nya kedua paman dan keponakan itu sama hal nya bak ayah dan anak kedekatan nya dan perhatian mereka berdua sangat menggambarkan ayah dan anak.

"Udah bang jangan di liatin aja, noh mending angkat podium depan bapak, itu mic nya takut nyetrum nanti" ujar rafi yang berada di samping theo.

"Apalah kamu fi, Kamu jaga situasi disini saya ke bapak dulu" ucap theo lalu pergi menghampiri pak pradanu.

"Mohon izin pak, podium saya pindahkan takutnya mic nya menyetrum" izin theo, Pak pradanu yang melihat nya hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum, Theo yang melihat respon pak pradanu dengan sigap memindahkan podium yang sedikit berat itu.

"Theo, bawa kalila ke belakang hujan nya makin lebat" perintah pak pradanu.

Kalila yang mendengar itu terkejut dan menolak perintah pak pradanu dengan sopan, Tetapi pak pradanu tetap lah pak pradanu ia tidak ingin di bantah kali ini, Theo hanya mengangguk dan menuntun kalila agar mengikuti nya.

Theo membawa kalila kedalam backstage, ruangan tertutup yang disediakan untuk pak pradanu dan yang lainnya.

"Jangan hujan hujanan run, Kamu udah bener bener duduk sama mas dito sama ibu dan pak haris kenapa malah ke tengah nyamperin bapak?" tanya theo.

"Papah hujan hujanan mas, aku cuma kasih topi aku ke papah seenggaknya kepala papah ga langsung kena air hujan. Mas theo aja hujan hujanan tuh" ucap kalila melirik Theo yang kini basah kuyup.

Penantian Sang MayorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang