penantian -25.

418 26 3
                                    

.

.

.

.

"Kalila mengalami anemia, Dirinya sangat lemah saat ini dan membutuhkan perawatan ekstra. Sudah berapa lama kalila seperti ini?."tanya sang dokter.

"Kami tidak ada yang tau, saat berkumpul tadi kalila tiba tiba saja pingsan. Tetapi, waktu siang tadi ia mengeluh kepalanya pusing dok." jelas theo.

"Itu salah satunya. Seperti nya sudah akhir akhir ini kalila merasakan sakit di kepalanya dan juga dirinya terus mengeluarkan darah dari hidung nya. Saya sudah memberikan obat untuk kalila, Jika dia sudah sadar nanti harap segera di berikan obat nya. Jika keadaan nya memburuk tolong segera hubungi saya atau langsung bawa ke RS Pusat Majayada." titah dokter michel.

"Baik dokter michel, Terimakasih telah bersedia datang dan memeriksa ponakan saya. Mari saya antar ke depan." ucap pak Prananda.

Dokter michel dan Pak Prananda pergi meninggalkan theo dan juga Rafi di sana. Suasana hening, Rafi bingung harus berbuat apa.

"Bang, Lo masuk gih coba temenin mba Kalila di dalem." ucap Rafi.

"Fi, temenin bapak dulu sebentar ya. Saya masuk ke dalam dulu." ucap theo.

"Iya bang, udah aman kalo soal bapak mah. Udah sana temenin mba kalila." titah rafi.

Theo segera masuk ke dalam kamar milik sang kekasih. Terlihat gadis yang biasanya gembira itu kini sedang berbaring, bibirnya pucat dan tangan nya yang terpasang infusan.

"Cantik nya mas, Kok ga bilang kalau sakit..."

"Bangun yuk, cerita sama mas kenapa kamu bisa begini. Jangan bikin mas khawatir sayang..." ucap theo dengan lirih.

Tangan pria itu terulur mengusap tangan sang kekasih. Theo memandang kalila dengan tatapan sayu nya.

15 menit kemudian kalila belum juga tersadar membuat theo khawatir, Ia terpejam dan meramalkan doa doa agar kekasih nya itu cepat sadar.

"m... mas..." ucap kalila dengan lirih.

Theo sontak terkejut. "Sayang, akhirnya yatuhan. Ada apa? ada yang sakit? kamu mau apa?." tanya theo.

"Aku mau air.." pinta kalila.

"Sebentar mas ambilkan." ucap theo yang segera mengambilkan. air putih  untuk kalila.

Theo mengambil segelas air untuk di berikan kepada kalila, Theo membantunya untuk duduk.

"Makasih mas, maaf yaa ngerepotin kamu.." ucap kalila dengan lirih.

"Shhh..., gapapa saya yang harus nya minta maaf karena ga merhatiin kamu. Kenapa ga bilang sama mas dek.."

"Awalnya aku kira cuma kecapean mas, ternyata mimisan berkali kali dan pingsan juga haha." jelas Kalila.

"Jangan terlalu cape ya.." titah theo dengan suara lirih.

"Keberangkatan kamu ke ausi bisa di tunda dulu?? setidaknya sampai kamu benar benar pulih." tanya theo.

"Mungkin aku undur mas, Dua minggu atau bulan depan lagi." jawab kalila.

"Nah gitu. Di sini dulu sampai kamu benar benar pulih oke." tegas theo.

GUBRAKKK.

"astaga tuhan!!." pekik kalila.

" Kalila sayang, anak mamah. Kenapa bisa pingsan begini?." tanya mamah kalila khawatir.

"Adek, kenapa bisa kena anemia..., kenapa ga bilang ke papih astaga." khawatir pak Haris.

"Kalila juga ga tau mah, pih. Mungkin kecapean sedikit, Sekarang kalila fine fine aja kok. Mas Theo dari tadi udah nemenin Kalila."

Penantian Sang MayorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang