"Sialan! Aku tidak kuat lagi dengan ini semua." Aksara Bintang menghela napas. Jam istirahat kantor, banyak karyawan pergi dari tempat kerja. Biasanya, mereka pergi ke kantin atau taman. Kebetulan, perusahaan ini memiliki kantin yang luas dan besar dengan berbagai macam makanan dan minuman, serta taman terbuka yang dihiasi berbagai jenis bunga yang harum.
Sudah tujuh tahun dia bekerja, Aksara Bintang merasa jenuh dengan apa yang dikerjakan sehari-hari. Dia ingin sekali keluar dari perusahaan ini. Padahal, jabatannya di perusahaan sekuritas sudah cukup tinggi, yakni Manajer Tim Analis Keuangan Reksadana. Pengalamannya yang cukup lama itu membuatnya dipromosikan saat memasuki 3 tahun bekerja. Aksara Bintang paham bahwa gajinya besar, yakni mencapai 70.000.000 per bulan. Dia bukanlah orang yang boros, gajinya yang banyak ditabung di rekening, dibelikan saham, hingga mengakuisisi usaha kos-kosan. Hal tersebut membuat dirinya sudah merasa cukup bekerja di sini.
Lamunannya itu membuat dirinya seakan mendapat ilham dari langit. Sontak, dia langsung bergegas mengeser-geser dan mengklik mouse agar monitornya hidup dalam mode sleep. Dia mulai mengetik di mesin pencarian mengenai industri Kpop yang banyak digemari remaja hingga orang dewasa. Dengan keahliannya di bidang keuangan dan manajemen semasa kuliah dan bekerja, dia membuat simulasi awal-awal pembuatan industri tersebut. Dia cukup kaget, sekitar 30 miliar lebih baru bisa mendirikan perusahaan idol grupnya itu. Ini sudah mencakupi member, dan kepengurusan. Belum termasuk kerugian awal-awal pendirian yang pasti tidak semulus apa yang dibayangkan.
Aksara Bintang sangat percaya diri. Darah mudanya masih mengalir. Sebelum api semangat dalam tubuhnya mati, dia harus cepat-cepat resign. Aksara berniat bertemu dengan jajaran direksi untuk mengajukan permohonan keluar. Jam istirahat sudah selesai. Banyak karyawan kembali ke dalam ruangannya masing-masing. Ruangan Tim Analis Keuangan Reksadana juga mulai dipadati orang yang sudah duduk di tempatnya. Aksara Bintang pun mulai bekerja menatap monitor.
"Permisi, Pak," ucap seseorang. Aksara mengalihkan pandangannya ke depan. Wanita berumur 30 tahun setelan jas dan rok hitam terlihat dengan jelas di kedua matanya. "Iya, ada apa?"
"Saya ingin menyerahkan dokumen ini pada Bapak untuk disetujui," ucapnya lagi dengan sopan dan lembut.
"Taruh di meja, nanti saya baca," jawab Aksara Bintang. Wanita itu menuruti perkataannya. Setelah itu, wanita itu kembali mundur ke tempat awalnya berdiri. Ia membungkukan badannya, kemudian berjalan pergi dari hadapan Aksara Bintang.
Aksara Bintang mengambil lembaran dokumen di tumpukan paling atas yang berisi untuk menganggarkan dana investor ke instrumen investasi dalam bentuk saham. "Bro, Sis, bisa minta tolong?" teriak Aksara Bintang.
Salah satu karyawan laki-laki mengangkat tangan. Aksara pun melambaikan tangan kanannya padanya. Orang itu berjalan mendekat. "Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" pungkasnya.
"Tolong ambilkan dokumen laporan keuangan saham Astro Internasional Tbk, Sariguana Tirta Tbk, Hallo Bank Indonesia Tbk, dan Beraneka Tambang Tbk dalam setahun terakhir." "Baik, Pak, segera saya ambilkan."
Beberapa saat kemudian...
"Ini Pak dokumen laporan yang Bapak minta." Aksara menyuruh menaruh dokumen itu di sebelah kiri, ia pun meletakkan dengan sopan. "Terima kasih, kau boleh kembali," ucap Aksara, ia mengangguk dan tersenyum.
Aksara Bintang menghela napas. "Inilah yang kumaksud, aku bosan sekali dengan rutinitas ini, malas sekali," batinnya. Dia membuka satu per satu laporan keuangan perusahaan-perusahaan itu, kemudian menghitung lagi jumlah tersebut yang sudah dihitung oleh karyawan. Setelah semuanya oke, dia menandatangi dokumen anggaran investor tersebut.
Oh ya, perusahaan tempat Aksara bekerja adalah perusahaan sekuritas terbesar di Indonesia dengan total aset 120 triliun. Nama perusahaannya adalah AB Sekuritas Indonesia. Ada banyak lini usahanya, yakni penyedia layanan reksadana yang dia tempati sekarang, layanan aplikasi saham yang bisa investor langsung masuk ke sana tanpa perantara manajer investasi, layanan aplikasi trading forex, dan jasa pinjaman online. Jumlah keseluruhan yang bekerja di sini ada 100 orang.
Satu per satu menandatangi dokumen, hingga dalam waktu 30 menit, dia pun selesai mengerjakan tugas itu. Aksara menghela napas lega. Dia melihat arloji di tangan kirinya sudah pukul 14.00, yang artinya sejam lagi waktu bekerja selesai. Aksara melihat sekeliling, para karyawan yang lain juga sama seperti dirinya, mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk pulang.
Dari sudut pandang yang agak jauh, dari samar, hingga terlihat jelas, seorang wanita berumur 23 tahun berjalan mendekat ke arahnya. Jalannya yang begitu anggun membuatnya semakin cantik. Wajahnya tidak seperti usia 20-an, tapi lebih mirip usia 17-an, rambutnya hitam pendek, namun menutupi telinganya.
"Bapak sudah selesai?" ucap wanita itu, Aksara hanya mengangguk.
"Bapak ada waktu senggang nanti? Kalau ada, saya ingin bicara kepada Bapak di restoran, nanti saya kirimkan lokasinya di WA." Wanita dihadapannya memiliki jabatan Koordinator Pemasaran, tentu saja, ia masih di bawah Aksara dalam struktur jabatan.
"Kenapa tidak di sini saja?" ujar Aksara, Sintia Dewi Anugrah menghela napas. "Ini masalah kerahasiaan saya, Pak. Di ruangan ini ada CCTV yang merekam suara, saya takut kalau Bapak juga terkena masalah nanti."
"Masalah? Rahasia?" Otak Aksara bertanya-tanya, dia pun mengiyakan saja permintaan wanita itu. Ia pun senang dengan jawabannya, ia berjalan kembali menuju tempat kerjanya.
+++
Jam 15:00, bertanda waktu bekerja sudah habis. Semua karyawan diwajibkan pulang, kecuali petugas keamanan yang menjaga perusahaan ini selama 24 jam dengan sistem shift yang dibagi waktu sore dari jam 15:00 sampai 20:00, dan waktu malam dari jam 20:00 sampai 01:00 dini hari. Masing-masing terdapat 20 orang petugas keamanan yang bergantian.
Dia sudah berdiri di ruangan Direktur Sumber Daya Manusia. Tangan kanannya diangkat, mulai mengetuk pintu tersebut.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk," ucapnya dari dalam.
Klek...
Orang itu menatap tajam ke depan, melihat Aksara Bintang. "Ada apa Pak Aksara? Tumben sekali Bapak ke ruangan ini," ucapnya. Sesampainya di depan Direktur hanya berjarak 2 meter saja, Aksara dipersilahkan duduk.
"Begini, Pak, saya kan sudah lama kerja di sini—" Belum selesai bicara, Direktur memotongnya, "Kau ingin naik jabatan?" ujarnya sambil tersenyum, Aksara menggeleng. "Lalu?" Ia mulai serius memperhatikannya.
"Saya ingin mengajukan resign," ucap Aksara yang tadi terpotong. Direktur itu terkejut. Gebrakan meja cukup pelan, lalu berdiri dari tempat duduknya. "Apa katamu? Apa yang membuatmu ingin resign? Gajinya kurang?"
"Bukan, Pak. Saya sudah capek atau jenuh dengan ini, saya ingin pensiun dini, Pak." Direktur Sumber Daya Manusia menghela napas, lalu kembali duduk. "Kalau itu mau mu, saya tidak melarang." Dia tersenyum senang, Aksara sangat bersyukur bahwa langkah awal resignnya berjalan mulus, dia pun menyerahkan surat pengunduran dirinya ke meja.
"Saya tanya sekali lagi, yakin ingin resign? Aksara mengangguk, "Baiklah, besok saya akan melaporkan hal ini pada direksi lain dan komisaris perusahaan. Persiapkan dirimu untuk wawancara terakhir di hadapan seluruh direksi dan komisaris besok, kau mengerti?"
"Siap, Pak. Terima kasih, Pak," jawab Aksara Bintang. Aksara Bintang berdiri dan bersalaman, kemudian langkah kakinya berjalan menuju pintu untuk keluar dari ruangan ini. Dari kejauhan Direktur Sumber Daya Manusia merasa kecewa, tapi ia tidak bisa memaksa orang untuk terus bekerja di sini, yang ada nantinya kinerjanya tidak maksimal, membuat perusahaan rugi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni di Balik Panggung
Teen FictionDalam sorotan industri hiburan yang berkilau, Aksara Bintang, si pemilik idol grup StarHeart20, bersiap-siap untuk menorehkan namanya di peta popularitas yang bergemuruh. Namun, saat dia menyusun tim impiannya untuk melangkah menuju puncak, hatinya...