Tap... Tap... Tap...
Langkah kaki Aksara berhenti di depan pintu ruangan Wisnu Alvez. Tangan kanannya terjulur ke depan. Suara ketukan pintu membuat Wisnu yang ada di dalam menyuruhnya masuk. Dia membuka pintu tersebut. Pandangan Wisnu langsung tertuju ke depan dan ia berdiri ketika melihat Aksara Bintang di hadapannya.
Aksara terus melangkah hingga sampai di kursi. Dia menarik kursi itu, lalu duduk di situ. Wisnu pun kembali duduk. Keduanya saling bertatapan, namun kemudian pandangan Aksara berubah menjadi menatap ke bawah. Dia menjulurkan tangan kirinya, meletakkan sebuah lembaran kertas di atas meja.
"Apa ini, Pak?" tanya Wisnu.
"Ini adalah dokumen kerja sama dari Jepang. Panitia idol chika Jepang rupanya melirik idol grup kita. Mereka mengirimkan surat melalui online. Dan inilah suratnya. Coba baca, menurutmu kita tolak atau terima saja?" ucap dan tanya balik Aksara Bintang ke Wisnu Alvez.
Tangan kanan Wisnu terjulur ke depan, mengambil kertas berisi lima lembar yang sudah diklip, dan mendekatkannya ke kedua matanya. Ia mulai membaca dengan serius di dalam hati. Setelah membaca sekitar dua menit, ia langsung mendapatkan jawaban di otaknya. Ia menaruh lembaran kertas itu kembali ke meja.
"Lumayan sih ini, Pak. Akomodasi seperti hotel, tiket pesawat, bus, semua ditanggung panitia. Tapi yang jadi pertanyaan, apakah event organizernya amanah? Karena kita bukan orang Jepang, kita tidak tahu apa-apa. Atau mungkin Bapak sudah tahu?"
Aksara menggelengkan kepala. "Nah itu dia, saya juga belum tahu. Apakah Anda punya saran, Pak Wisnu?"
Ia terdiam sebentar memikirkan pertanyaan yang diberikan Aksara. Semenit kemudian, ia sudah mendapat jawabannya. "Bagaimana kalau kita tugaskan tim tur dan promosi luar negeri untuk ke Jepang? Mencari tahu informasi mengenai apapun yang berhubungan dengan konser ini."
Wisnu menatap mata Aksara, menunggu jawaban darinya. Dia pun mengangguk. "Ide yang bagus tuh, makasih, Pak," ucap Aksara.
Setelah mengobrol cukup lama tidak hanya berhubungan dengan pekerjaan, mereka berdua bersalaman, kemudian Aksara berdiri dari kursi, dan Wisnu ikut berdiri. Aksara melangkah keluar dan meninggalkan Wisnu di ruangan kerjanya. Pintu kembali ditutup, dan dia melanjutkan langkahnya menyusuri koridor.
Klek...
Dia sudah sampai di dalam ruangan kerjanya sendiri. Dia terduduk di kursi. Namun belum bisa bersantai karena dirinya akan menelepon ruangan tim marketing. Ketua tim tersebut mengangkat sambungan teleponnya. Aksara mengucapkan segala hal tentang informasi tadi padanya.
"Baik, Pak. Akan saya sampaikan kepada spesialis tur dan promosi luar negeri. Mereka akan ke ruangan Bapak secepatnya, mohon ditunggu, ya," ucapnya di telepon.
"Ya, jangan lama-lama ya. Soalnya sore mereka langsung berangkat," balas Aksara.
Telepon pun ditutup, dan dia mulai menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari memejamkan mata, lalu menghela napas lega.
Di ruangan tim marketing, Dhik Erikon Tole memerintahkan kepada tiga orang spesialis tur dan promosi luar negeri. Sebagai ketua spesialis tur dan promosi luar negeri, Sofyan Togelon melakukan negosiasi sebentar dengan Dhik Erikon Tole selaku tim marketing. Mereka berdua melakukan itu karena dalam struktur organisasi perusahaan ini, mereka hampir setara dengan Ketua tim.
Dhik Erikon Tole menyetujui permintaan Sofyan yang bisa dikabulkan dan sedikit masuk akal. Ia menolak permintaannya mengenai insentif saat sudah selesai menjalankan tugas ke Jepang. Menurut Dhik Erikon Tole, hal-hal mengenai insentif dan hak khusus bukanlah kewenangannya, melainkan kewenangan General Manager atau bahkan Direktur perusahaan.
Sofyan Togelon pun paham. Ia akhirnya pergi dari hadapan Ketua tim dan berjalan menuju dua orang yang bekerja sebagai wakil dirinya. Ia menyuruh kedua orang itu untuk keluar secara bersama-sama.
Beberapa saat kemudian, Aksara Bintang mendengar ketukan pintu dari luar. "Ya, masuk," jawab Aksara. Pintu dibuka oleh Sofyan Togelon dan ia masuk lebih dulu ke dalam, kemudian disusul oleh dua wakilnya.
Aksara berdiri dari kursi. Mereka makin dekat dari pandangannya, lalu bersalaman secara bergantian. Melihat hanya ada satu kursi di sana, ketiga orang itu berdiri menghadap Direktur.
Aksara kembali duduk, lalu mengambil lembaran kertas itu di laci meja, dan menyerahkannya kepada Sofyan. Ia menerimanya dengan senang hati.
Sembari ia membaca isi dokumen itu, Aksara pun berucap, "Saya akan berikan kalian tugas pertama. Tetapi tugas ini hanyalah mencari informasi mengenai event organizer itu, idol-idol chikanya, tempat menginapnya, dan bagaimana bentuk tempat konsernya." Ia mengangguk paham.
Ia mendongakkan kepala ke depan, lalu menyerahkan dokumen itu kepada Siti Nurani yang berada di belakang sebelah kirinya. "Jadi ini adalah misi pengintaian ya? Tentu kami menerimanya dengan senang hati," balas Sofyan.
Setelah ada jeda sebentar, ia melanjutkan bicaranya. "Tapi saya boleh minta satu permintaan tidak, Pak?"
"Apa itu?" tanya Aksara penasaran.
"Kami ingin meminta bonus jika misi ini sudah selesai," ucapnya. Ia sedikit gemetar, karena mungkin saja ucapannya tidak sopan.
Aksara Bintang tertawa terbahak-bahak. "Tentu saja, walau belum menyuruh seperti itu, saya sudah menyiapkan bonus bagi siapa saja yang saya perintahkan langsung," pungkas Aksara.
Sofyan menunduk malu, begitu juga dengan kedua wakilnya. "Tenang saja saya tidak marah, tegakkan kepalamu. Ini saya berikan uang 150 juta untuk biaya tiket pesawat, dan menginap selama 3 hari di sana. Kalau kurang, kau boleh kirim pesan kepada saya," ucap Aksara. Sofyan Togelon mengangguk, dan mengambil uang tersebut dari tangan kanan direkturnya.
"Kalau begitu, kami permisi dulu." Aksara mengangguk.
+++
Suara langkah kaki yang mengenakan sepatu terdengar di koridor pada saat jam kerja. Aksara Bintang menjulurkan tangan kanannya, menggenggam, lalu membuka gagang pintu itu. Orang yang di depannya menghadap belakang, kemudian melihat Aksara Bintang. Orang itu membungkukkan badan, dan Aksara memberikan tangan kanan untuk bersalaman.
"Bagaimana perkembangan para member?" tanya Aksara Bintang.
"Peningkatan yang luar biasa, Pak," ucap Fajar Teguh Luim.
Aksara Bintang menganggukkan kepala. Wanita yang melatih para member tersebut melihat sang direktur dari kejauhan. Ia berhenti mengajarkan latihan-latihan koreo dan kedua kakinya beranjak menghampiri mereka berdua. Tatapan Nadia Kim tajam melihat ke depan. Kedua orang terlihat ngobrol serius, tapi kemudian obrolan tersebut membuat Fajar terkaget dan tersenyum. Wajahnya terlihat bahagia.
Fajar dan Aksara menatap Nadia. Wanita itu bersalaman secara bergantian. "Apa gerangan yang membuat Pak Direktur kemari saat jam kerja?" tanya Nadia sopan. Aksara Bintang menatap Fajar, begitu pula sebaliknya.
Dia menghela napas dan memberi tahu tentang undangan mengikuti event musik di Jepang. Mendengar penjelasan dari Aksara, Nadia terkejut. Matanya melotot dan jantungnya berdebar kencang. Ia ingin berteriak kegirangan, namun dicegah oleh perkataan Fajar agar tidak membuat curiga kepada para member, karena event ini masih belum jelas seperti apa. Tapi setelah mendapatkan hasil positif dari tim spesialis tur, Aksara akan menyetujui dan memberangkatkan idol grup ini.
Empat jam setelah memberi tugas kepada tim spesialis tur, Sofyan Togelon menghubungi Aksara Bintang melalui pesan singkat. Dia membuka dan membaca pesan itu. Raut wajahnya senang. "Tim spesialis tur kita sudah sampai di bandara," ucapnya kepada dua orang di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni di Balik Panggung
Teen FictionDalam sorotan industri hiburan yang berkilau, Aksara Bintang, si pemilik idol grup StarHeart20, bersiap-siap untuk menorehkan namanya di peta popularitas yang bergemuruh. Namun, saat dia menyusun tim impiannya untuk melangkah menuju puncak, hatinya...