Bab 23 Kejutan Tiba-tiba

4 2 0
                                    

Mendapat aliran dana segar sekali lagi membuka jalan bagi Aksara untuk mengembangkan perusahaan Idol grup miliknya. Kegiatan mengetik di keyboard laptop terus berlanjut selama tiga jam penuh. Mulai dari mencari informasi, mengembangkan ide-ide dari yang terkecil hingga besar, hingga menyusun laporan keuangan karena menerima dana sebesar 100 miliar.

Di tengah kesibukan di depan layar laptop, seseorang datang dengan mobil di halaman parkir kos-kosan. Sang satpam terkejut melihat seragam orang itu saat turun dari mobil. Meski begitu, satpam memberi hormat, ia hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya.

Saat masuk ke lobi utama, orang itu bertanya kepada resepsionis tentang letak kamar kos Aksara. Resepsionis yang baik tentu harus melaporkan hal ini kepada Aksara sebelum memberikan informasi kepada tamu, termasuk orang dihadapannya.

Sebelum resepsionis sempat bicara melalui telepon, orang itu memberi isyarat agar tentang dirinya tidak diberitahu kepada Aksara. Resepsionis menutup telepon, mengikuti instruksi yang diberikan orang itu.

Orang itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan informasi dari resepsionis. Langkah kakinya mengarah ke lift, lalu menekan tombol lima. Tak butuh waktu lama, pintu lift terbuka, ia keluar dan melangkah lagi menyusuri koridor.

Tok... Tok... Tok...

Aksara menghentikan aktivitas mengetik. Dia bangkit dari kursi, berjalan ke pintu, dan membukanya. Wajahnya terkejut melihat seorang polisi berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang, dia mempersilahkan polisi itu untuk masuk.

"Tidak usah khawatir, saya datang untuk mengucapkan terima kasih. Berkat Anda, penyelidikan kami berkembang pesat. Kami sudah mengidentifikasi tersangka dan akan segera menindaklanjuti," ucap polisi bernama Rudi Tabudi polisi berpangkat AKP..

Dia menyambut jabatan tangan polisi itu. Rudi menjelaskan perkembangan penyelidikan, meskipun sebenarnya informasi tersebut seharusnya dirahasiakan kecuali untuk timnya sendiri. Namun, ia mempercayai Aksara tidak akan membocorkan informasi ini.

"Apa benar dia disiksa oleh orang tuanya sendiri?" tanya Aksara memastikan informasi yang diberikan polisi tersebut. Setelah mendapat konfirmasi, dia menghela napas, turut prihatin dengan kehidupan Dewi selama ini.

Polisi itu tersenyum sambil menatap Aksara. "Saya ingin Anda ikut membantu kami dalam menangkap mereka. Kami kesulitan karena mereka memiliki koneksi dengan media terbesar di negeri ini."

Aksara menatap sinis. "Jika polisi saja kesulitan, bagaimana saya melakukan hal tersebut?"

"Tidak begitu, justru dengan bantuan Anda, kami bisa berhasil. Anda dapat menyebarkan informasi melalui perusahaan Anda tanpa mengungkapkan identitas Anda," jelas Rudi.

"Apa yang kami dapatkan sebagai perusahaan Idol Grup? Apakah ada jaminan perlindungan dari kepolisian?" tanya Aksara skeptis. Dia merasa pangkat Rudi masih terlalu rendah untuk memberikan jaminan keamanan yang diharapkan.

Rudi tertawa pelan membuat Aksara semakin ragu. Dia memutuskan untuk tidak mengorbankan perusahaan demi kepentingan pihak lain tanpa mendapatkan imbalan atau perlindungan yang memadai. Tatapan dan tutur kata Rudi tidak memberikan keyakinan padanya.

Seseorang tiba-tiba datang dengan mengetuk pintu, mereka berdua saling bertatapan. Aksara berdiri dari sofa dan berjalan ke depan pintu dan membuka pintu itu, dia mempersilahkan Wisnu Alvez masuk. Kedua mata polisi itu terbelalak melihat Wisnu. Ia menjadi bingung, terdiam sejenak dalam keadaan tegang.

"Ada apa, Pak Rudi?" tanya Wisnu.

Rudi berusaha mencari jawaban yang tepat. Dia sangat memperhatikan etika dan hubungan baik dengan keluarga Wisnu Alvez, karena sosok Ayahnya Wisnu pernah menolong dirinya, dan juga keluarga Wisnu memegang rahasia Rudi.

Harmoni di Balik PanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang