Bab 29 Tanpa diduga-Duga

10 3 0
                                    

Usai melakukan kontrak akusisi dengan perusahaan studio animasi milik Ryan. Perjuangannya membesarkan StarHeart20 belum cukup puas. Tabungan dari pihak investor belum sepenuhnya digunakan untuk produktif. Hari ini, di pagi hari jam 09:00, Aksara tidak masuk ke kantornya. Dia ingin berkeliling mencari seorang ahli di permusikan dan siap dikontrak selama 5 tahun atas nama PT. StarSejahtera.

Selama pencarian berjam-jam, dia akhirnya menyerah. Mobil pun diarahkan ke kantor. Setibanya di tempat tujuan. Dia keluar dari dalam mobil, berjalan lemas ke pintu kantor. Dari jauh, satpam memperhatikan atasannya dari pos jaga, yang kemudian geleng-geleng kepala karena keheranan.

Dia berjalan menyusuri koridor dan mencapai di depan pintu ruangan Wisnu Alvez. Tangan kanannya dijulurkan ke depan untuk mengetuk pintu.

Klek...

Kepala Wisnu Alvez mendongak ke depan, menatap Aksara yang berjalan lemas. "Ada apa, Pak?" tanyanya, Aksara belum menjawab. Setelah dia duduk, barulah menjawab pertanyaan Wisnu.

Aksara menggelengkan kepala pelan, memandang lantai sebentar sebelum mengangkat wajahnya. "Saya butuh waktu sebentar, Pak Wisnu," ujarnya dengan suara yang sedikit serak. "Ada beberapa hal yang perlu saya bicarakan dengan Anda."

"Saya ingin membicarakan tentang perusahaan kita, PT. StarSejahtera," ujarnya. "Selama ini, kita belum lanching lagu original StarHeart20. Member hanya berlatih menari, visual, dan vocal saja. Sementara itu, fans terus meningkat di social media."

Wisnu mengangguk perlahan, menunjukkan bahwa dia mengikuti pembicaraan dengan serius. "Apa yang ingin kamu usulkan, Pak Aksara?"

"Saya ingin anda membantu saya mencari studio musik atau apalah itu yang berhubungan dengan musik yang ingin diajak kerja sama dengan kita," jawab Aksara.

Wisnu mengangguk. Namun, disaat pertengahan pembicaraan, ponsel Aksara berbunyi. Melihat kontak nama dari polisi bernama Rudi Tabudi. Tanpa berlama-lama telepon pun diangkat. Dia terkejut bukan main mendengarkan perkataan seseorang di ponsel, pandangannya diarahkan ke mata Wisnu.

"Ada apa, Pak?" tanya Wisnu Alvez.

Genggaman ponsel di tangan kanannya seketika tercopot. Wisnu berlari menolong atasannya itu yang mulai terjatuh ke lantai. Tubuhnya diangkat dan didudukan kembali di kursi. Suara di ponsel terus berbunyi karena tidak ada jawaban dari Aksara.

Wisnu kebingungan melihat reaksi Aksara yang tidak seperti biasanya. Ia mengambil alih pembicaraan. "Halo, ini saya Wisnu. Apa yang sebenarnya terjadi?" Rudi Tabudi kaget dari kejauhan. Ia menjelaskan semuanya kepada Wisnu seperti apa yang dijelaskan kepada Aksara.

"Itu tidak mungkin. Masa iya Dokter Fitriani sekongkol dengan kedua orang tua Dewi. Tidak masuk akal," ujar Wisnu.

"Tapi itu kenyataannya, Pak," jawab Rudi Tabudi.

Aksara kembali bangkit, dia meraih ponsel miliknya di tangan kanan Wisnu. "Halo, Pak. Saya punya satu permintaan."

"Apa itu?"

"Biarkan Dokter Fitriani selama Dewi masih belum sadar. Dan jika sudah sadar, jangan menangkapnya dulu. Saya ingin membuat menawaran dengan Dokter itu, jika dokter itu setuju anda tidak boleh menangkapnya, namun jika tidak setuju, Bapak boleh menangkapnya. Apakah Bapak berkenan?" jelas Aksara.

Rudi menghela napas sampai terdengar di telepon. "Kalau itu mau Bapak, baiklah saya terpaksa setuju. Toh bagaimana pun ini kasus yang melibatkan member anda."

"Pak anda serius?" ucap Wisnu Alvez yang mendengarkan ucapan Aksara tadi. Dia hanya mengangguk.

Beberapa saat kemudian, telepon terputus. Suasana di ruangan hening, namun seketika dia mulai berbicara lagi mengenai pencarian talent atau studio musik yang siap bekerja sama dengan StarHeart20 selama 5 tahun. Wisnu sigap mengerjakan perintah Aksara selaku direkturnya.

Harmoni di Balik PanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang