Kemarin malam, konser pertama StarHeart20 di televisi. Aksara menyaksikan semua member tampil dengan baik. Namun, matanya tertarik pada Angelina Vivi. Melihat gadis itu membuat jantungnya berdebar, perasaan campur aduk, bahkan sampai terbawa mimpi.
Dia langsung bangun dari tempat tidur berjalan menuju wastafel untuk mencuci muka. Di depan cermin, dia melihat wajahnya sendiri. "Apa aku benar-benar tertarik padanya?" batin Aksara. Dia menghela napas, menepuk pipi kanan dan kiri.
"Sadarlah, baru debut sudah tergoda oleh member," batinnya lagi. Dia mengambil pakaian dan celana bersih dari lemari, lalu menuju kamar mandi. Saat sedang mandi, ponselnya berbunyi.
Sepuluh menit kemudian, dia keluar dengan pakaian bersih. Mengambil ponsel yang sudah terisi penuh, dia duduk di meja makan dan melihat nama yang menelepon. Itu adalah Ayahnya.
Padahal, Ayahnya jarang menelepon sejak beberapa waktu lalu. Mungkin masih kecewa dengan pilihan Aksara. Tapi kali ini, mungkin sudah memaafkannya. Aksara berpikir untuk menelepon balik, tapi ragu. Akhirnya, ia membiarkan saja, berharap Ayahnya menelepon lagi.
Di luar kos-kosan, terdengar keributan dari kamar di lantai 5. Aksara membuka korden jendela dan melihat pertengkaran antara tiga pria dengan satpam.
Buk... Buk... Buk...
"Kurang ajar! Kau tidak tahu siapa kami, hah?! Cepat berikan setoran. Masa kos-kosan seperti apartement tidak punya banyak uang, kau lihat? Ada banyak motor di parkiran motor, kau bilang tidak ada pemasukan? Lucu sekali,' ucap salah satu orang berpakaian kemeja hitam lengan panjang tanpa rambut alias botak.
Satpam itu terjatuh, ia segera bangkit, tapi hanya sikap jongkok saja. Kedua tangannya diangkat keatas untuk melindungi wajahnya agar tidak terkena pukulan atau tendangan.
Buk...
Satpam terjatuh lagi. Aksara pun geram melihat yang dilakukan oleh mereka kepada bawahannya. Dia ingin menolong, namun tidak bisa beladiri. Dia hanya bisa melihat satpam itu disiksa terus menerus oleh para preman.
Sebenarnya dia bisa saja menelepon polisi bernama Rudi, tapi kemungkinan datangnya lama, keburu preman-preman itu pergi. Terdengar suara motor knalpot brong masuk ke halaman kos-kosan, karena gerbangnya dalam kondisi terbuka. Kedua orang yang memakai helm, yang membonceng memakai jas hitam. Orang yang mengemudikan motor membuka helm, Aksara mendekatkan sampai menempel ke kaca jendela. Dia terkejut, orang itu adalah David Hughes.
"Hei, beraninya keroyokan, dasar mental banci!" ejek David.
"Apa kau bilang?!" ketiga preman itu meninggalkan sang satpam yang tergeletak tetapi masih sadar. Mereka berlari kearah David. Ketiga preman menyerang ke segala penjuru, mengepeung David. Namun, ia bisa menangkis serangan-serangan itu dengan mudah. Aksara terkagum melihatnya dari atas.
Kali ini serangan diluncurkan oleh David. Tendangan dan pukulan cepat mengarah ke preman-preman itu. Hanya memakan waktu tiga menit, ketiga preman itu tumbang. Preman yang nampak ketua menyuruh pergi dari sini.
"Hebat!" ucap Aksara spontan.
"Tapi tunggu, yang bonceng itu siapa?" batin Aksara bertanya-tanya.
Aksara Bintang bergegas menyambut mereka berdua di luar. Secara bersamaan orang yang membonceng membuka helm, kedua orang itu pun berjalan dan masuk ke dalam bangunan kos-kosan. Berpapasan di koridor Aksara terkejut melihat Wisnu Alvez berjalan di belakang David Hughes.
Dia masih bingung, tapi semua pertanyaan itu nanti lontarkan di dalam kamar saja. Aksara menyuruh mereka berdua mengikutinya. Pintu terbuka, lalu kembali tertutup. Mempersilahkan untuk duduk di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni di Balik Panggung
Fiksi RemajaDalam sorotan industri hiburan yang berkilau, Aksara Bintang, si pemilik idol grup StarHeart20, bersiap-siap untuk menorehkan namanya di peta popularitas yang bergemuruh. Namun, saat dia menyusun tim impiannya untuk melangkah menuju puncak, hatinya...