BAB 38

1 1 0
                                    

"Sukses, ha-ha-ha. Kamu luar biasa sekali, Kayesha!" ucap Cecep Orok dengan girang.

Kayesha ikut bangga sambil tersipu malu, rambutnya dielus sendiri dengan tangan kanan. Ia bisa bernapas lega setelah beberapa kali percobaan pada hari kemarin hingga hari ini. Cecep terduduk di kursi depan monitor, tinggal mengedit rekaman tersebut agar lebih mulus.

Improvisasi terus dilakukan berjam-jam lamanya. Kayesha sampai bosan menunggu walau ruangan ini ber-AC. Gadis itu pun berpamitan pada Cecep. Pintu dibuka, lalu ditutup kembali.

Saat menyusuri koridor, Naomi Angel terkejut melihat gadis yang ia temui beberapa waktu lalu. "Stop, kamu anaknya Pak Wisnu, kan?" tanya Naomi, namun perkataannya tidak dijawab. Kayesha terus berjalan mengabaikan wanita berumur dua puluhan itu.

Kedua kaki Naomi menekan-nekan lantai, dirinya sangat kesal diabaikan seperti ini oleh anak kecil. Andai saja gadis itu bukan anak dari Wisnu, ia bisa saja membuatnya menangis di koridor saat itu juga. Ia menghela napas dan mengelus dada, berusaha tidak memikirkan hal sepele itu.

Klek...

"Bagaimana rekaman hari ini, lancar?" tanya Wisnu Alvez. Kayesha mengangguk sambil tersenyum bangga, lalu memeluk ayahnya dengan erat.

"Makasih, Pah, sudah memberikan kesempatan untuk ini," ujar Kayesha masih memeluk ayahnya.

Kedua tangan Wisnu mengelus rambut anaknya dengan lembut, saking gemasnya melihat tingkah laku Kayesha. "Kamu mau sekalian jadi member StarHeart20?" ucap Wisnu spontan.

Kayesha mendongak ke atas, menatap wajah sang ayah. "Tidak, Pah. Kalau jadi idol, aku gak mau, gak bebas soalnya, hehe."

"Dasar anak Papah." Wisnu membalas pelukan semakin erat.

Langkah kaki cepat menuju ruangan Wisnu Alvez. Cecep membawa kertas dan flashdisk di tangan kanan. Raut wajahnya menggambarkan keceriaan dan kebahagiaan. Di depan pintu, tangan kiri mengetuk.

"Masuk," ucap Wisnu dari dalam.

Klek...

Cecep Orok berlari menghampiri Wisnu, berjarak 15 meter. Ia menyodorkan sebuah flashdisk kepadanya. Wisnu menerima pemberian itu dan berjalan mendekat ke meja kerja. Mencolokkan flashdisk tersebut ke CPU, lalu duduk di kursi. File mp3 pun diputar dengan volume sedang. Kayesha merasa malu saat ayahnya mendengarkan suaranya. Ia tidak kuat memandang wajahnya, dan memalingkannya ke belakang.

"Ya elah, ngapain malu begitu sih. Kaya anaknya saja," ujar Cecep.

Wisnu Alvez terkesima mendengar suara anaknya, dari yang bisa mengontrol suara tinggi hingga menjadi suara lembut. Penilaian pribadinya, 10 dari 10. Cecep memandang wajah Wisnu yang puas dengan karyanya.

"Bagaimana?" tanya Cecep.

Wisnu memberikan jempol dari tangan kanan. "Bagus sekali. Saya puas dengan hasil karya mu. Kau boleh pergi sekarang, saya dan Kayesha akan pergi ke ruangan Pak Direktur untuk membicarakan tanggal rilisnya." Cecep mengangguk, menuruti perintahnya.

"Ayo, ke Om Aksara," sosor Kayesha tidak sabar.

"Oke, sebentar."

Usai mencabut flashdisk dari CPU, ia dan anaknya melangkah keluar dari ruangan ini. Keduanya berjalan secara beriringan melintasi koridor yang cukup panjang.

"Ingat, kamu harus sopan dengan Om Aksara. Jangan banyak tingkah, mengerti?"

"Iya, aku juga tahu," balas Kayesha.

Di depan pintu ruangan Aksara Bintang, Wisnu bersiap mengetuk pintunya.

Tok... Tok... Tok...

Mendengar jawaban dari dalam agar masuk, Wisnu menekan gagang pintu tersebut. Kaki kanan melangkah masuk lebih dulu. Tatapan matanya memandang sang direktur yang sedang sibuk tanpa menatap padanya.

Harmoni di Balik PanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang