Bab 41 Mengungkapkan Perasaan Langsung

1 0 0
                                    

Sehari setelah keberangkatan ke Jepang, para member dan staf, termasuk Aksara, masih berada di hotel, masing-masing berada di kamar. Langit biru dan sinar matahari yang terang masuk melalui kaca jendela hotel ketika tirai dibuka. Pantulan sinar matahari pada kaca membuat bangunan hotel tampak berkilau dari bawah.

Aksara terus menggenggam ponselnya, menunggu telepon dari panitia konser. Ia tampak bingung, kepalanya celingak-celinguk ke kanan dan kiri, sesekali menatap ke langit-langit sambil memperhatikan lampu yang sudah dimatikan. Ketukan di pintu terdengar, dan ia segera menyuruh masuk.

"すみません、これは朝の食べ物です。楽しんでください," ucap waiter wanita berusia 40 tahunan.

Aksara memandang wajahnya, rambut hitam pendek lurus sampai ke telinganya saja dan memakai pakaian casual jas hitam dengan dalaman kaos putih namun dadanya sedikit terlihat dan menonjol, dan celana panjang yang sedikit ketat membuat dirinya sedikit terangsang. Usai menaruh makanan dan minuman ke meja, wanita itu menegakan tubuhnya kembali. Ia tersenyum saat memandang wajah Aksara yang mematung menatapnya.

Aksara segera tersadar. Merasa malu, dia menggaruk-garuk kepala. Bingung karena tidak bisa berbahasa Jepang, Aksara Bintang hanya mengangguk. Wanita itu pun berjalan pergi setelah mendapat respon. Tiba-tiba dia teringat sedikit bahasa Jepang, lalu mulutnya berkata, "Arigatou gozaimasu." Wanita itu menoleh, membungkukkan badan menjawab ucapannya sembari tersenyum, lalu melanjutkan langkahnya keluar dari kamar.

Pintu kembali tertutup, Aksara terbaring di kasur, napasnya ngos-ngosan, wajahnya memerah. "Sial, kenapa aku tadi tidak sadar? Malu banget dengan tatapan mesum tadi. Semoga pihak hotel tidak mengusirku," batinnya.

Dia bangkit dari kasur, mengambil mangkuk berisi udon. Asapnya masih mengepul, pertanda makanan itu masih panas. Perlahan, Aksara mulai makan. "Enak!" pikirnya. Satu mangkuk udon habis, lalu mengambil jus mangga di meja dan meminumnya.

"Ah, kenyang sekali!" gumamnya.

Merasa energinya penuh, dia memutuskan untuk jalan-jalan, meski tidak terlalu jauh dari hotel. Hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek, dia membuka pintu kamar dan melangkah menyusuri koridor hotel, berhenti di depan lift.

Seorang gadis di belakangnya tampak terkejut dan malu untuk menyapa Aksara, sehingga gadis itu hanya diam di belakang. Saat pintu lift terbuka, Aksara masuk, begitu pula gadis itu. Kini mereka berhadapan. "Loh, Angel, kamu mau ke mana?" tanya Aksara.

"Hehe, aku mau jalan-jalan, Kak," jawab Angelina Vivi.

"Owalah, kebetulan sekali. Yuk, kita jalan-jalan bareng," ajak Aksara.

Perasaan Aksara sangat senang dengan kebetulan ini. Dia ingin memanfaatkan waktu yang ada agar Angelina semakin tertarik dan menyukainya. Lift mulai bergerak turun, dan Aksara melirik mata Angelina. Tatapannya terlihat kosong. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya. Gadis itu tersenyum, mengangguk, dan menjawab singkat, membuat Aksara merasa lega.

"Kalau ada apa-apa, cerita saja, mumpung konser belum dimulai," lanjut Aksara.

Gadis itu kembali mengangguk. Suasana dalam lift menjadi hening selama beberapa detik, hingga akhirnya lift berhenti di lantai pertama. Pintu terbuka, dan mereka keluar bersama. Resepsionis yang berada di sudut kanan membungkukkan badan kepada mereka berdua.

Keduanya berjalan di trotoar tanpa berkata apa-apa, gadis itu hanya mengikuti langkah Aksara Bintang. Sementara itu, dia bingung pada tujuan saat bersama Angelina Vivi. Pada jam 09:00, kalau ingin ke toko, kemungkinan belum buka, tapi dirinya ingin mencoba, karena ini bukan Indonesia, tetapi Jepang. Tangan kanan merogoh saku, mengambil ponsel dan mulai mengetik tentang took baju terdekat sembari melangkah.

Harmoni di Balik PanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang