"Uwah, hari ini benar-benar ramai," ujar Aksara Bintang sendirian, memandang sekeliling halaman depan kantor yang dipenuhi dengan gadis-gadis berusia 15-20 tahun yang datang bersama orang tua mereka.
Dia cukup terkesan melihat persiapan yang telah dilakukan oleh pegawainya, termasuk Wisnu Alvez. Bagaimana tidak, puluhan petugas keamanan telah disiapkan hari ini. Mereka semua mengenakan seragam kemeja putih dan kacamata hitam. Aksara dihentikan oleh dua satpam yang berjaga di depan pintu. Dengan tangan kanannya merogoh saku dalam jas hitam, dia mengeluarkan sebuah kartu nama berisi informasi nama, umur, dan jabatan. Setelah kedua satpam itu membacanya, mereka mempersilahkan Aksara Bintang masuk ke dalam.
Dia melangkah menuju lantai dua. Beberapa pegawai StarHeart20 menyapa saat dia melewati koridor. Langkahnya berhenti di depan pintu ruangan Wisnu Alvez. Dengan tangan kanannya mengetuk pintu, dia masuk dan melihat Wisnu Alvez sedang sibuk mengetik di komputer.
"Halo, sedang apa?" tanya Aksara sambil duduk di depan Wisnu Alvez setelah menarik kursi.
Wisnu Alvez berhenti sejenak dari pekerjaannya, matanya menatap Aksara Bintang. Mereka berdua bersalaman.
"Saya sedang menulis proyek untuk besok," jawab Wisnu Alvez.
Aksara Bintang menyilangkan kakinya dan bertanya, "Kapan Anda akan open door? Di luar sudah sangat ramai."
"Saya sedang menunggu tim Rekrutmen selesai rapat internalnya, Pak," jawab Wisnu Alvez.
Aksara Bintang mengangguk. "Telepon mereka sekarang, suruh dipercepat. Sudah jam 10:00 belum mulai itu kebangetan," perintah Aksara Bintang kepada Wisnu Alvez. Wisnu Alvez langsung menuruti perintahnya, mengambil gagang telepon dan menekan tombol.
Setelah tersambung, Wisnu Alvez berbicara dengan tim Rekrutmen, menyampaikan bahwa Pak Direktur memerintahkan untuk segera open door. Aksara Bintang mendengarkan percakapan tersebut sambil menyilangkan kaki dan memainkan jari-jemari tangan kanannya di atas paha.
Kemudian, Aksara Bintang menatap serius Wisnu Alvez, bertanya tentang agensi penyewaan satpam yang digunakan.
"Benar, Pak. Maaf tidak memberitahu sebelumnya," ucap Wisnu Alvez, berharap permohonan maafnya diterima.
Aksara Bintang mengangguk, memaafkan Wisnu Alvez. "Berapa biayanya?" tanya Aksara.
"Hanya sepuluh juta untuk 20 orang, Pak," jawab Wisnu Alvez, membuat Aksara terkejut.
"Hanya sepuluh juta? Saya kira akan lebih mahal," ucap Aksara dengan kaget.
+++
Setelah menunggu dua jam, pintu kantor akhirnya terbuka lebar. Para gadis yang datang bersama orang tua mereka berbondong-bondong masuk. Mereka dibimbing untuk mengenal fasilitas kantor StarHeart20 agar orang tua mereka terkesan dan memberikan izin kepada anak-anaknya untuk menjadi member dengan sukarela.
Tiga puluh calon member diminta menunggu di depan pintu ruangan interview, tempatnya tersedia kursi kayu panjang dengan bantal yang cukup besar untuk menampung 10 orang. Mereka menunggu dengan sabar sementara Yunita Pio juga sudah hadir di sana, didampingi oleh ibunya, meskipun ia tidak mendapatkan tempat duduk.
Salah satu gadis berambut hitam sedikit bergelombang mencapai pinggang bertanya kepada Yunita yang sedang berdiri di samping kanannya. Mereka berdua saling berkenalan dan saling memberikan senyuman. Gadis itu tidak tahu saja, bahwa Yunita sudah diterima di sini, tetapi pihak manajemen merahasiakan hal tersebut.
Meskipun sesi tanya jawab berlangsung agak lama, calon member tetap betah menunggu. AC yang terpasang di koridor membuat mereka merasa nyaman. Setelah lima calon member melakukan interview, mereka diminta menunggu hingga jam istirahat sebelum tim rekrutmen memutuskan calon member mana yang akan diterima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni di Balik Panggung
Teen FictionDalam sorotan industri hiburan yang berkilau, Aksara Bintang, si pemilik idol grup StarHeart20, bersiap-siap untuk menorehkan namanya di peta popularitas yang bergemuruh. Namun, saat dia menyusun tim impiannya untuk melangkah menuju puncak, hatinya...