Bab 11 Implementasi Kebijakan dan Persiapan

9 6 0
                                    

Setelah seminggu berlalu, Aksara Bintang berlari pagi sebelum mempersiapkan diri ke kantor barunya. Suasana masih sangat terasa sejuk dan gelap. Kendaraan tidak terlalu ramai, tapi namanya kota Jakarta, pasti tidak ada istirahatnya, mungkin hanya hari raya keagamaan saja, seperti Idul Fitri.

Dia senang sekali bisa menghirup udara segar, polusi udara belum banyak. Walau dirinya minggu lalu fokus di depan laptop, dan bekerja mencari tim untuk manajemen bisnis, tubuhnya merasa harus dilemaskan. Otot-otot di tangan dan kaki pun sudah lama tidak dilatih, hal ini mengakibatkan sedikit lentur kurang berbentuk lagi.

Tidak hanya Aksara yang berolahraga pagi di jam 04:00, banyak juga orang yang bersepeda, berjalan kaki, atau bahkan skateboard.

Merasa puas berolahraga mengelilingi stadion Gelora Bung Karno selama 1 jam, kedua kaki melangkah menuju mobil di parkiran. Keringat yang bercucuran dilap dengan handuk kecil yang dibawanya. Saat mesin mobil menyala, tubuh merasa enak akibat terkena udara dingin dari AC. Menyalakan GPS di layar tengah, kedua tangan dan kaki mulai fokus mengemudi.

Di tengah jalan saat mengemudikan mobil, ada seseorang yang melambaikan tangan di trotoar sebelah kanan. Dia bertanya-tanya, mengapa wanita cantik itu ada di sana sendirian. Karena penasaran, mobil dikemudikan ke arahnya.

Badannya ramping, rambut hitam lurus sepundak berada tepat di depan mobil Aksara Bintang. Dia menurunkan kaca mobil, dan berkata pada wanita itu, "Sedang apa kamu sendirian di sini?"

Wanita itu menjawab, "Saya ditinggal GoJak, Kak, karena bayarnya kurang. Kakak bisa bantu antarkan saya tidak?"

"Memangnya mau kemana?" tanya balik Aksara.

"Ke rumah sakit MMC, Kak. Jam 06:00, harus sudah ada di sana untuk melakukan meeting dengan para petinggi. Saya tidak enak jika telat. Apes banget di dompet dan ewallet kurang saldo, hehehe," jawab wanita itu.

"Ya sudah ayo naik, dan jangan panggil saya Kakak, soalnya anda lebih tua dari saya," ujar Aksara. Wanita itu memberikan senyuman, padahal ia merasa sedikit jengkel disebut tua. Wanita itu masuk ke dalam mobil di kursi belakang.

Mobil dikemudikan lagi dengan tujuan berbeda. Dia harus belok ke kanan lebih dulu dari tujuan awal. Aksara Bintang merasa aneh pada sifatnya yang gampang dimintai tolong, hal ini yang membuat dirinya sedikit lemah karena bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Sembari mengemudikan mobil, dia menjawab secara singkat pertanyaan yang dilontarkan wanita itu.

Dia juga bertanya balik kepada wanita itu mengenai nama, profesinya di rumah sakit. Aksara menganggukan kepala, sedikit melirik ke kaca spion mobil.

Situasi jalanan yang belum diisi banyak kendaraan membuat dirinya cepat sampai. Dia memberhentikan mobil tepat di depan pintu masuk rumah sakit. Aksara takjub dengan gedungnya yang bernuansa modern, terkesan tidak angker saat dipandang, bahkan mungkin menjadi daya tarik tersendiri.

"Terima kasih, Mas Aksara," ucap wanita bernama Fitriani Suryani seorang dokter dan bekerja di bagian Administrator Departemen Medis Internal sebagai Koordinator Rekam Medis. Wanita itu melangkah cepat meninggalkan Aksara Bintang. Melihat sudah menjauh, dia menancap gas lagi menuju tujuan awal.

+++

"Selamat pagi, Pak Aksara," sapa Wisnu Alvez.

"Selamat pagi," jawab Aksara dengan pandangan tetap ke depan. Selain lelaki tadi, seorang perempuan dan dua lelaki lainnya menyapanya. Di awal saja, dia sudah melihat beberapa pegawai yang sopan dan yang kurang sopan. Namun, itu bukan fokus utamanya. Mau sopan atau tidak, yang terpenting mereka dapat memahami aturan kantor yang akan dibuat.

Masuk ke dalam, di lobi utama, sudah banyak orang yang berdiri. Karena bingung akan ke mana, mereka pun menunggu Aksara Bintang masuk ke dalam kantor. Langkahnya berhenti di tengah jalan, dia melambaikan tangan kanan sebagai isyarat agar mereka mengikutinya.

Harmoni di Balik PanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang