"Pak, kita serius akan bekerja di perusahaan baru itu?" tanya Rizki Pradana.
Arifin Santoso tidak menjawab karena sedang fokus menanda tangani dokumen-dokumen kerja sama. Wajar saja kalau bertanya hal tersebut, mereka saja bekerja di perusahaan fashion milik Arifin.
Banyak pengunjung dan tamu-tamu penting datang ke Exam Fashion yang memiliki dua lantai. Rekam jejak tak diragukan lagi, sudah banyak orang-orang terkenal memakai hasil desain perusahaan ini, ditambah sudah berdiri selama 20 tahun, yang diteruskan kepada Arifin, selaku sang anak. Jika seseorang ingin mengakusisi atau membelinya, maka harga yang ditaksir sekitar 30 miliar lebih.
Sewaktu kemarin bertemu dengan Aksara Bintang, Arifin tidak mau meminta syarat lagi, dia merasa tidak enak. Padahal kalau dia mau, keuntungan lebih pasti akan di dapat. Saying, dia lebih milih tunduk kepada Aksara Bintang dan bergabung dengan StarHeart20. Arifin Santoso tidak bodoh, dia membuat sebuah dokumen pengalihan manajamen Exam Fashion kepada sang istri, tapi dia tetap menjadi pemegang saham mayoritas di situ.
Dia berdiri dari tempat duduk, berjalan ke depan pintu dan keluar dari ruangan kerja. Dua langkah kakinya menyusuri koridor. Tepat di depan pintu ruangan kerja bagi para penyablon, dia membuka pintu itu. Sudut pandang lurus ke depan, terlihat ada 10 orang dari laki-laki hingga perempuan. Mereka menghiraukan sang bos, karena fokus pada pekerjaan.
"Bagaimana pesanan perusahaan Yorim, apa sudah selesai?" tanya Arifin. Beberapa orang mendongak ke atas.
Salah satu orang menjawab, "Belum, Bos, sisa 30 pcs lagi." Arifin mengangguk, "Kerjakan dengan cepat, kita akan begadang, deadlinenya besok soalnya," ucap Arifin.
"Siap, Bos," jawab serempak.
+++
Mobil terparkir di halaman parker terbuka, Aksara turun dari dalam mobil. Terlihatlah setelan jas hitam dengan dalaman berwarna putih, dasi hitam, celana hitam, dan sepatu hitam. Dia melangkahkan kakinya dengan elegan menuju pintu masuk gedung setinggi 150 meter.
Di lobi, banyak orang lalu-lalang, dia tidak heran melihat hal itu, karena sudah biasa saat masih berada di AB Sekuritas Indonesia. Berhenti di depan meja pelayanan berhadapan dengan wanita berkerudung hitam.
"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?"
"Dimana letak kantor Agent Tourism TT?" tanya Aksara.
Wanita itu membuka buku catatan, kemudian menjawab, "Ada di lantai 20, nomer 300, Pak."
Aksara mengangguk, "Terima kasih." Dia langsung melangkahkan kakinya ke tempat yang disebut tadi. Ada sekitar 10 orang ngantri di depan lift, setelah lift terbuka, orang-orang termasuk Aksara masuk ke dalam. Dia memencet tombol lift ke lantai 20.
Lift terbuka, Aksara keluar, melangkah lagi menyusuri koridor yang terang. Hanya 10 menit saja, dia pun sampai di depan pintu otomatis kantor Agent Tourism TT. Dari balik kaca, kedua mata melihat karyawan yang sedikit, tidak lebih dari 100 orang. Muncul pertanyaan baru, mengapa manajemen menyewa kantor di gedung bertingkat. Padahal mereka cukup mendirikan bangunan sendiri.
Dia pun masuk ke dalam. Langkah berhenti di tengah jalan. Tangan kanan merogoh saku celana mengambil ponsel dari dalam. Jari-jemari menekan layar, mencari kontak Manajer.
Hanya semenit saja, telepon tersambung. "Selamat pagi, Pak, saya sudah sampai di kantor Bapak nih. Bolehkah saya bertemu dengan anda?" Aksara mengangguk-ngangguk, setelah itu telepon dimatikan, dia duduk di kursi tunggu.
Dari kejauhan terlihat sesosok laki-laki, Aksara berdiri menyambut orang itu yang semakin dekat. Keduanya berjabat tangan, orang itu menyuruh Aksara masuk ke dalam ruangan manajer.
Pintu ditutup dan dikunci. "Silahkan duduk, Pak," ujar orang itu, dia menurut.
Orang itu menundukan kepala membuka laci meja. Tangan kanan pun mulai memegang beberapa brosur yang ditaruh ke atas meja. "Ini adalah orang-orang ahli marketing yang dimiliki Agent Tourism TT. Ada 20 orang, semuanya memiliki latar belakang yang bagus."
"Yang paling paling murah yang mana, Pak?" tanya Aksara Bintang.
"Saya merekomendasikan ini, ini, dan ini," ucap orang itu sambil memajukan brosur yang dipilih. Aksara mengangkat satu brosur dari kanan lebih dulu. Mata pun melihat foto di tengah seorang laki-laki berumur 27 tahun, yang di bawah terdapat biodata.
Sofyan Togelon, laki-laki, umur 27 tahun, sarjana Pariwisata, memiliki tiga keahlian bahasa asing yakni Jepang, Inggris, dan Korea, pengalaman selama 3 tahun magang menjadi Assisten Staf Ahli Inovasi dan Kreativitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Kedua, Adi Pramudya, laki-laki, berumur 28 tahun, sarjana Sastra Jepang, memiliki dua keahlian bahasa asing yakni Jepang, dan Inggris, pengalaman kerja menjadi Juru Bicara kedubes Jepang.
Ketiga, Siti Nurani, perempuan, berumur 29 tahun, sarjana Ekonomi dan sarjana Pariwisata, memiliki satu keahlian bahasa asing yakni Inggris, pengalaman kerja menjadi Assisten Manajer Keuangan hotel.
Dari ketiga itu, harga bervariasi. Bisa menyewa tergantung kontrak berapa bulan atau berapa tahun, atau bahkan dibeli agar ketiga orang itu masuk secara permanent. Dia menimbang pilihan dengan bijak. Namun, selain tiga orang ini, ada 17 orang lagi, sayangnya Aksara kurang tertarik, karena terlalu mahal.
"Bagaimana, mau nyewa, atau membeli? Atau mungkin ada yang lain selesain tiga orang ini?"
Pertanyaan berturut-turut dari Manajer Agent Tourism TT membuat dia semakin bimbang. Orang itu tersenyum melirik kedua mata Aksara. Ia menghela napas, "Kalau Bapak membeli tiga orang ini sekaligus, saya akan memberikan diskon 15 deh." Diskon memang bagus, tapi masih belum bisa mengurangi kebimbangan Aksara.
Dia pun akhirnya mengambil keputusan setelah 5 menit terlewatkan. "Saya akan membeli tiga orang ini sekaligus, dapat diskonnya, kan?" Orang itu mengangguk.
"10 miliar, karena dapat diskon 15%, jadi 8,5 miliar, Pak, ini nota tanda pembelian, Bapak bisa langsung transfer ke rekenning perusahaan ini," ucap Manajer laki-laki itu. Dia mengeluarkan kartu bank berwarna hitam, menggesek ke mesin di samping kanan, lalu menekan tombol pin dan minimal uang.
"Sudah, Pak," ucap Aksara, ia menyodorkan tangan kanan, Aksara pun menggenggamnya.
"Tunggu sebentar, Pak, saya buatkan dokumen diatas materai dulu."
20 menit menunggu, tiga dokumen sebanyak 5 lembar diserahkan kepada Aksara Bintang. Dia menandatangani dokumen itu di halaman terakhir, baru kemudian Manajer itu. Aksara pun lega, kali ini dia sudah mendapatkan tiga orang Ahli Marketing ke dalam usahanya.
Dia langsung pulang ke kos-kosan. Tiga orang tadi pun juga sudah ditemui secara langsung. Jika bagian pencarian manajemen perusahaan Idol Grup ini sudah hampir selesai, mereka akan dipanggil oleh Aksara. Sebelum itu, mereka masih berada di kantor Agent Tourism TT.
'Dimana ya kira-kira kantornya?" batin Aksara sembari mengemudikan mobil. Uang yang tersisa masih 71, 5 miliar. Terlihat banyak, namun jika tidak digunakan dengan hati-hati, dirinya akan bangkrut dengan cepat, walau ada tabungan pribadi sebesar 50 miliar.
"8,5 miliar melayang dengan cepat, haha," batin Aksara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni di Balik Panggung
Teen FictionDalam sorotan industri hiburan yang berkilau, Aksara Bintang, si pemilik idol grup StarHeart20, bersiap-siap untuk menorehkan namanya di peta popularitas yang bergemuruh. Namun, saat dia menyusun tim impiannya untuk melangkah menuju puncak, hatinya...