Bagian Manajer idol grup menjadi perhatian selanjutnya. Mencari talenta untuk jabatan tersebut tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Aksara membuat lowongan pekerjaan untuk beberapa jabatan yang kosong dengan kualifikasi yang berbeda-beda. Dia tidak ingin mengambil risiko dengan menyerahkan posisi Manajer idol grup kepada orang yang salah, meskipun dia sendiri terlibat dalam manajemen tersebut.
Lowongan pekerjaan diiklankan selama seminggu, tidak hanya di internet tetapi juga melalui koran, majalah, dan radio. Anggaran pengeluaran untuk iklan tersebut mencapai 210 juta rupiah. Melihat adanya iklan tersebut, tim dari GDP Venture melaporkan kepada CEO bahwa bisnis yang mereka investasikan sedang mencari kandidat di posisi-posisi strategis.
Telepon terus berdering dari waktu ke waktu, membuat Aksara sangat kerepotan. Dari 100 panggilan yang masuk, hanya 30 orang yang benar-benar serius, sementara yang lainnya hanya iseng, dan bermain-main.
Tok... Tok... Tok...
Seseorang mengetuk pintu dari luar, membuatnya terkejut. Selama proses iklan, alamat kosannya tidak dicantumkan, namun jika yang datang benar-benar serius, ia berniat memberikan alamatnya. Dia bangkit dari kursi makan dan melangkah ke depan.
Klek...
"Siapa ya?" Aksara terkejut melihat seorang gadis muda di depannya. Tiba-tiba, dari sebelah kanan, muncul lagi seorang gadis. Kali ini, Aksara mengenali orang itu. Dia menghela napas, merasa lega.
"Silakan masuk," kata Aksara Bintang.
"Maaf mengganggu waktunya, Kak. Aku ingin merekomendasikan teman menjadi member idol grup, apakah Kakak berkenan?" ucap Yunita Pio.
Aksara memperhatikan seluruh tubuh gadis itu. Dari penampilannya saja, ia sudah sangat cocok menjadi member. Gadis itu memiliki tinggi 163 cm, rambut hitam bergelombang yang mencapai pundaknya, dengan tatapan mata tajam namun elegan. Saat tersenyum, ia membuat orang yang melihatnya menjadi canggung.
Aksara mengangguk, mereka saling bergenggaman tangan. Dia menyuruh dua gadis ini untuk menunggu sebentar, karena dokumen kontrak kerja belum selesai dicetak. Aksara berpamitan keluar, mempercayakan kamar kepada dua gadis itu.
"Sudah kukatakan, kamu pasti akan diterima," ujar Yunita, Dewi mengangguk setuju.
"Apakah nanti kita akan berkantor di sini? Kan kos ini milik Kak Aksara," ujar Dewi Lopi Salsa.
Yunita terdiam, ia juga tidak tahu pasti. Jika kos tersebut nantinya dijadikan kantor, maka hal tersebut akan mengorbankan bisnis yang telah berdiri lama. Belum lagi risiko bahwa idol grup tersebut tidak akan terkenal dan meredup dengan cepat. Jika ia menjadi Aksara, ia juga tidak ingin mengorbankan usaha yang sudah lama dibangun.
Dewi Lopi berkeliling kamar Aksara, memperhatikan segala hal yang ada di sekitarnya. "Ternyata dia cukup sederhana ya," ucap Dewi Lopi.
"Iya, aku setuju. Kalau Kak Aksara tidak sederhana, mana mungkin beliau berani keluar dari perusahaan lamanya itu." Dewi pun terkejut mendengar perkataan dari Yunita.
"Maksudmu?" Yunita kemudian menceritakan apa yang ia ketahui tentang Aksara Bintang, seperti gadis-gadis pada umumnya, sampai saat kedatangan Aksara ke kos tersebut. Dewi membukakan pintu saat Aksara kembali, lalu Aksara menyuruh Dewi Lopi mendekat untuk menandatangani dokumen kontrak kerja. Gadis itu menerima dengan baik, tangan kanannya langsung menandatangani dokumen tersebut tanpa membacanya terlebih dahulu.
Aksara menggeleng-gelengkan kepala, "Anak-anak sekarang malas sekali membaca," gumamnya.
Saat telepon dari ponselnya berbunyi lagi, Aksara berdiri dari tempat duduk dan berjalan sedikit menjauh dari mereka berdua. "Ya halo?" ucapnya saat menjawab telepon. +++
Dari banyaknya penelepon tadi siang, dia baru menerima 30 orang untuk melakukan wawancara kerja di kantor baru. Mereka yang mendapatkan kesempatan dikirimi email sebuah alamat. Dalam tiga hari, orang-orang tersebut harus datang ke kantor, jika tidak datang, otomatis ia dicoret dari daftar calon pekerja.
Aksara melirik jam dinding, beranjak dari ranjang, mengambil pakaian baru dan handuk berjalan ke kamar mandi. Tak terasa, dia sudah menghabiskan berjam-jam hanya untuk menelepon dan menerima tamu dua orang gadis.
Aksara Bintang memandang dirinya sendiri melalui cermin kamar mandi. Di balik tatapannya yang serius terdapat kekhawatiran yang tak terungkapkan. Setelah mandi dan berganti pakaian, Aksara memutuskan untuk mengisi perutn dengan sarapan ringan di dekat kosannya.
Sesampainya di warung makan terdekat, Aksara memesan nasi goreng dan segelas teh hangat. Hanya membutuhkan 10 menit saja dirinya menghabiskan makanan dan minuman. Aksara segera bergegas kembali ke kosannya.
Setibanya tiba di kosan, dia menemukan Yunita dan Dewi Lopi sedang berbincang-bincang di koridor. "Selamat pagi, Kak Aksara! Sudah sarapan?" sapa Yunita dengan ramah.
"Baru saja, ada apa memangnya?"
"Hehe, tidak ada apa-apa, kalau belum makan temenku pengin membuatkan makanan untuk Kakak. Dia ingin berterima kasih karena sudah menerimanya menjadi member idol grup," ujar Yunita Pio.
Aksara menghela napas. "Tidak perlu repot-repot, cukup berikan yang terbaik saat debut, mengerti?" balas Aksara.
Mereka mengangguk dan menjawab dengan kompak, "Mengerti!"
+++
Masih banyak kekosongan di dalam manajemen bisnis ini, dia harus cepat terus mencari talenta-talenta terbaik yang mau diatur. Dia tidak puas sudah melakukan iklan lowongan pekerjaan selama 3 minggu. Sembari orang datang padanya, dia juga mencari orang sendiri di internet.
Di idol grup, pasti membutuhkan ahli vocal, ahli visual dan model, psikolog, hingga seorang dokter yang mengatur gizi dan kesehatan para member. Melihat hal itu semua, anggaran yang sekarang tentu kurang, dia pun memberanikan diri meminta tambahan dana untuk operasional.
Ponsel mulai dinyalakan mencari nama CEO GDP Venture.
Tut... Tut... Tut...
"Halo selamat malam, maaf menganggu waktunya, Pak. Langsung saja, ya, Pak. Dana yang sebelumnya itu sebenarnya masih kurang. Saya membutuhkan puluhan orang professional termasuk dokter dan psikolog. Untuk menggaji mereka, tentu sangat besar, saya ingin GDP Venture memberikan tambahan dana untuk berjaga-jaga," ucap Aksara memohon dengan sopan dan lembut.
"Saya tahu, makanya saya heran mengapa Bapak kemarinnya setuju saja, oke besok pagi tim saya akan mengirimkan sejumlah cek sebesar 50 miliar. Tapi ingat, gunakan uang tersebut untuk bisnis, bukan untuk foya-foya, mengerti?"
"Tentu, Pak! Terima kasih, Pak. Oh ya, apakah ada surat perjanjian baru?"
"Tidak ada, anggap saja 50 miliar dari kantong pribadi saya. Saya hanya meminta 3% saham, setuju?" ucap Bagolando Horizon di telepon.
"Siap, Pak! Saya juga akan mencari sponsor untuk ini. Bapak jangan khawatir, mungkin dalam sebulan idol grup ini sudah mulai debut," ujar Aksara.
"Ya, ya, saya tunggu kabar baiknya. Sudah, kan? Saya mau istirahat."
"Oke, Pak, Maaf yah," ucap Aksara Bintang, melihat nada orang itu sedang kecapean.
Telepon pun terputus. Aksara Bintang secara tidak sengaja loncat-loncat. Dia sangat senang karena mendapatkan tambahan dana dari GDP Venture. Dia bisa tidur nyenyak tanpa mempedulikan kurangnya dana. Dia hanya perlu berfokus pada bisnis, mencari orang-orang terbaik yang bisa membaca StarHeart20 terbang mengalahkan JKT47 dan go internasional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni di Balik Panggung
Teen FictionDalam sorotan industri hiburan yang berkilau, Aksara Bintang, si pemilik idol grup StarHeart20, bersiap-siap untuk menorehkan namanya di peta popularitas yang bergemuruh. Namun, saat dia menyusun tim impiannya untuk melangkah menuju puncak, hatinya...