Di dalam kamarnya, Aksara Bintang memuncak emosi marahnya, akibat jadwal konser yang diundur menjadi hari ini di siang hari. Padahal dia sangat mengharapkan kemarin malam untuk perform. dia menaikan tubuhnya dari duduk di kursi, lalu berjalan dan membuka pintu kamar. Kakinya melangkah menyusuri koridor dengan tujuan ke kamar Nadia Kim, selaku pelatih koreografi.
Tok... Tok... Tok...
Klek...
Kedua mata wanita itu terbelalak saat dihadapannya adalah atasannya sendiri. ia pun menutupi belahan dadanya yang menonjol dan terlihat karena memakai pakaian daster hitam pendek. Wanita berusia 30 tahun itu Nampak sangat elegan dan mulus kulitnya di mata Aksara Bintang. Ia menyuruh Aksara untuk masuk, pintu kembali ditutup.
"Aduh, maaf Pak pakaianku begini," ucapnya spontan.
"Tidak apa-apa, lagian saya datangnya juga mendadak. Bagaimana persiapan para member? Mereka baik-baik saja, kan?"
Nadia Kim menganggukan kepala, ia melangkah ke sofa, begitu juga dengan Aksara Bintang. Mereka duduk bersebelahan di sana. Kepala Aksara menoleh ke sebelah kiri, keduanya bertatapan mata.
"Saya ingin anda melatih anak-anak dihadapan saya. Apakah kamu bisa?"
"Bisa, Pak. Tapi kita latihan di mana? Di kamar kan sempit," ujar Nadia Kim.
"Di lantai satu lah, di sana lebar. Itung-itung latihan sebagai konser pertama kita, karena area terbuka dan terdapat resepsionis di sana," jawab Aksara Bintang.
Nadia Kim menghela napas, ia berpikir sejenak, lalu setuju dengan ide atasannya itu. Aksara Bintang tersenyum, tangan kanan dijulurkan ke depan, melihat hal itu, ia menerima juluran tangannya. Usai bersalaman, Aksara Bintang pamit, dia takut jika berlama-lama di sini dengan wanita akan berbahaya. Wanita itu berdiri, menyambut Aksara di depan pintu. Setelah dirinya tidak lagi terlihat, pintu ditutup lagi.
Melalui ponsel, Nadia Kim mengirim pesan di grup Whatsap. Grup tersebut berisi para member resmi, tentu saja Dewi Lopi Salsa tidak ada, karena gadis itu belum diperkenalkan secara public, dan orang-orang lain di perusahaan. Hanya dalam hitungan menit, ada balasan dari member bernama Cassandra Erika, gadis berusia 18 tahun. Pesan tersebut berisi perintah kumpul di kamar sang pelatih, yang kemudian mereka semua akan dibawa ke lantai satu untuk melakukan latihan menari, gimmick muka, dan gerak tubuh lainnya agar tidak kaku di mata penonton.
Tepat di lantai dasar, lima member berjejer rapi. Aksara Bintang menampakan batang hidungnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan untuk membeli air minum botol di luar hotel. Member dan Nadia Kim memberi hormat dengan membungkukan badan pada Aksara, dia membalasnya dengan melambaikan tangan.
Kantong plastic yang berisi minuman botol ditaruh di samping dirinya yang sedang duduk di kursi panjang. Dia sedikit berteriak, "Ayo mulai pertunjukannya." Nadia Kim mengangguk. Sebagai seseorang yang bisa bahasa Jepang, Sofyan Togelon meminta izin kepada resepsionis untuk latihan di sini.
Sofyan Togelon memberikan jempol di tangan kanan yang dijulurkan ke atas. Melihat kode tersebut, Nadia Kim pun paham, ia menyalakan musik dari speaker portable yang tersambung ke Bluetooth ponsel. Walaupun diizinkan, ia tidak mau terlalu keras, ia menyetting volume tersebut ke sedang.
Musik yang dinyalakan adalah milik StarHeart20 yang baru selesai dibikin beberapa hari lalu. Yang pertama bergenre pop rock. Lagu yang membuat seseorang bersemangat dengan nada yang cukup tinggi, Aksara Bintang tanpa sadar ikut bernyanyi. "Kesetiaan tak kunjung padam Seperti bintang yang tak terhapus di langit Cinta kita abadi, tak terhingga Meski badai menghadang, kita tetap bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni di Balik Panggung
Teen FictionDalam sorotan industri hiburan yang berkilau, Aksara Bintang, si pemilik idol grup StarHeart20, bersiap-siap untuk menorehkan namanya di peta popularitas yang bergemuruh. Namun, saat dia menyusun tim impiannya untuk melangkah menuju puncak, hatinya...