Pagi hari di Tokyo pada musim panas dimulai dengan udara yang hangat dan lembap, ditandai oleh sinar matahari yang mulai mengintip dari balik gedung-gedung tinggi. Di sekitar stasiun kereta, orang-orang mulai beraktivitas, tampak tergesa-gesa menuju tempat kerja atau sekolah. Suara deru kendaraan bermotor bercampur dengan bunyi langkah kaki di trotoar, menciptakan simfoni perkotaan yang khas.
Di taman-taman kota seperti Shinjuku Gyoen atau Ueno Park, cahaya matahari menembus dedaunan hijau, menciptakan pola-pola bayangan yang menari di tanah. Orang-orang yang bangun lebih pagi menikmati udara segar dengan berolahraga atau sekadar berjalan-jalan, sementara burung-burung berkicau di pepohonan.
Di pinggir jalan, kios-kios makanan mulai buka, menawarkan sarapan cepat seperti onigiri, roti melon, dan minuman dingin dari vending machine yang tersebar di hampir setiap sudut jalan. Aroma kopi dari kedai-kedai kopi mulai menyebar, menggoda para pekerja kantoran yang membutuhkan kafein untuk memulai hari mereka.
Di area perumahan, suara-suara kehidupan perlahan terdengar: suara pintu rumah yang dibuka, obrolan ringan antara tetangga, dan suara sepeda yang dikayuh di jalanan sempit. Di sekitar sungai Sumida, para lansia melakukan senam pagi, sementara anak-anak berlarian dengan penuh keceriaan.
Matahari semakin tinggi, menerangi jalanan yang dipenuhi dengan orang-orang dan kendaraan. Di Shibuya, lampu lalu lintas berubah, memberi isyarat bagi lautan manusia untuk menyeberang di persimpangan yang terkenal. Bangunan-bangunan modern dengan layar LED besar menampilkan iklan-iklan yang berwarna-warni, menambah semarak suasana kota.
Di sepanjang jalan utama seperti Ginza, toko-toko mulai membuka pintu mereka, mempersiapkan diri untuk menyambut pelanggan. Di Tsukiji, pasar ikan sibuk dengan aktivitas, para pedagang dan pembeli bertransaksi dengan cepat dan cekatan.
"Uwah, indah sekali Jepang," pungkas Siti Nurani.
Sofyan Togelon melirik Siti karena tingkah lakunya yang malah asik selfi dan berfoto ria suasana dan bangunan di Jepang. Sebagai Ketua, ia menegur wanita itu dengan memberikan kode batuk, dan berucap, "Kita di sini bukan liburan, fokus pada tugas kita." Akhirnya Siti diam, menaruh ponselnya ke dalam saku.
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan ke lokasi event digelar. Sembari berjalan, Sofyan terus memperhatikan peta dari ponselnya. Seratus meter, mereka disuruh belok kiri. Angin meniup kencang rambut mereka hingga berantakan. Siti merasa kesal.
Lampu lalu lintas ketiga sudah dilalui. Yang artinya mulai dekat dengan lokasi event yang akan digelar. Gedung perhotelan yang akan ditempati nanti berada di samping kiri. Sangat strategis sekali dengan venue di lapangan. Mereka belok kiri lagi, kali ini mereka sudah memasuki area lapangan walau masih jalanan berbatu. Setelah tiga ratus meter, terbentanglah lapangan seluas lapangan bola.
Di tengah lapangan, panggung besar sedang dalam tahap penyelesaian. Struktur logam menjulang tinggi dengan lampu-lampu yang masih perlu dipasang. Beberapa pekerja panggung terlihat mengenakan helm dan rompi keselamatan, memanjat tangga dan scaffolding, memastikan segala sesuatu aman dan terpasang dengan benar. Kabel-kabel tebal menjalar di tanah, sebagian sudah tersambung ke perangkat suara dan pencahayaan, sementara yang lainnya masih tergeletak menunggu untuk dirapikan.
Di sisi panggung, beberapa tenda putih besar untuk penonton VIP, stand makanan, dan area merchandise masih dalam proses pendirian. Beberapa pekerja sibuk membentangkan kanvas tenda, menancapkan pasak, dan memastikan tenda-tenda tersebut kokoh berdiri. Meja dan kursi lipat disusun dengan rapi di bawah tenda, siap untuk digunakan.
Para teknisi suara sedang sibuk di meja kontrol mereka, mengatur mixer dan peralatan lainnya, melakukan soundcheck dengan mencoba mikrofon satu per satu. Suara "check, check, ichi, ni, ichi, ni." Yang artinya adalah satu, dua, satu, dua.
Di area belakang panggung, truk-truk pengangkut peralatan masih parkir, beberapa di antaranya sedang dibongkar oleh kru yang bekerja cepat namun hati-hati. Kotak-kotak besar berisi peralatan musik dan perlengkapan panggung disusun rapi, menunggu untuk dipindahkan ke lokasi masing-masing.
Keberadaan mereka tidak dianggap, tapi Sofyan senang, karena misi ini termasuk misi pengintaian dan menggali informasi sebanyak-banyaknya.
Sofyan mencatat apa yang ditemuinya di buku catatan. Ia pun berkeliling memperhatikan semuanya. Ia juga melihat sebuah banner member idol grup dari Jepang yang sedang dipasang. Ia yakin bahwa idol tersebut adalah chika idol. Beberapa saat kemudian, ada seseorang menghampiri dirinya. Orang itu menyerahkan sebuah brosur. Ia spontan bilang terima kasih dalam bahasa Indonesia, orang itu hanya tersenyum lalu pergi begitu saja.
Dalam brosur itu, terdapat informasi mengenai apa saja di event ini, termasuk fasilitas dan harga tiket. Dan yang bikin mengaggetkan, sebuah gambar sketsa hitam yang menggambarkan tiga gadis. Di situ tertulis bahwa ada bintang tamu dari luar negeri, yang tak lain adalah StartHeart20. Namun, jika Aksara Bintang menolaknya, bintang tamunya bisa diganti dengan yang lain. Makanya mereka tidak memberitahu detail siapa sebenarnya bintang tamu tersebut.
+++
Usai pergi ke venue, mereka bertiga pun masuk ke dalam hotel yang nanti akan ditempati oleh para member dan staf StarHeart20. Sofyan dan Adi Pramudya satu kamar, sedangkan Siti Nurani di kamar sendiri. Walaupun di sini satu kamar dengan wanita yang bukan pasangan resmi dianggap biasa, namun Sofyan tidak mau melakukan itu.
Klek...
"Bagaimana menurutmu, Di?" tanya Sofyan Togelon kepada wakil Spesialis tur.
"Lumayan sih, hotel ini sangat nyaman dan kedap suara, harganya juga tidak terlalu mahal, kamarnya banyak karena mempunyai 10 lantai," ucap Adi Pramudya.
"Bukan itu saja, tapi venuenya tadi, gimana menurutmu?" tanyanya lagi.
Adi berpikir sejenak. "Saya sih kaget, Pak. Event chika idol tapi venuenya cukup lengkap, panggungnya juga besar."
Sofyan Togelon setuju, lalu menyerahkan brosur tadi kepada Adi Pramudya. "Baca itu, kau pasti akan kaget," pungkasnya yang terakhir, sambil merebahkan tubuhnya ke kasur.
"Apa?! Bintang tamunya informasinya dirahasiakan gini?" Adi Pramudya terheran-heran.
"Itu wajar jika Pak Aksara menolak, mereka bisa mengganti dengan idol grup yang lain. Makanya tidak ditulis StarHeart20 di situ," jelas Sofyan Togelon dengan mata yang tertutup. Adi Pramudya menghela napas.
"Oh iya, Pak. Apakah Bapak sudah bertanya tentang event organizer ini kepada penduduk lokal?" tanya Adi Pramudya.
"Belum," jawabnya singkat.
"Kalau begitu saya akan berkeliling, sekaligus menanyakan kepada staf hotel." Adi Pramudya berdiri dari kasur, dan Sofyan tidak mencegahnya. Ia terus berjalan dan membuka pintu, lalu keluar dari kamar hotel.
Di kamar yang lain, Siti Nurani sedang memotret pemandangan dari lantai 5. Lima menit kemudian, ia kembali menutup gordennya dan beranjak ke kasur untuk duduk. Ia tersenyum sendiri melihat foto-foto itu dari ponselnya. Satu foto pun diunggah ke Instagram miliknya.
Ia berpikir dan bicara dalam hati, "Kira-kira berapa ya pengeluaran dan pemasukan untuk hotel ini dan pihak penyelenggaranya." Dari informasi sekilas, nanti akan ada 5.000 penonton di event dari VIP hingga reguler. Untuk tiket VIP dihargai 100.000 Yen, setara dengan 10 juta rupiah, total tiket VIP ada 2.000 orang, dan yang reguler dihargai 50.000 Yen, setara dengan 5 juta rupiah, total tiket reguler ada 3.000 orang.
Menurutnya lebih baik beli yang VIP karena bisa duduk dengan nyaman dan berada di barisan paling depan, karena jarak harga tiket tidak terlalu jauh. Jika tiketnya habis, mereka akan mendapatkan untung kotor sebanyak 350 juta Yen, kalau dirupiahkan menjadi 36 miliar.
"Banyak juga ya kalau laku semua," batin Siti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni di Balik Panggung
Teen FictionDalam sorotan industri hiburan yang berkilau, Aksara Bintang, si pemilik idol grup StarHeart20, bersiap-siap untuk menorehkan namanya di peta popularitas yang bergemuruh. Namun, saat dia menyusun tim impiannya untuk melangkah menuju puncak, hatinya...