32.|👑|

1.5K 45 0
                                    


         SELAMAT MEMBACA

Pagi ini suasana di mansion Smith nampak berbeda dari salah satu anggota keluarga mereka di ruang makan, Raden yang biasanya akan mencari ribut dan menc4ci mak1 zella kini diam tanpa berkata apapun.

Vano juga kedua orang tuanya yang melihat sikap yang berbeda dari Raden menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.

Sedangkan Raden, pria itu sedang memikirkan kejadian semalam dimana ia melihat sendiri Shyla yang menembak zella.

Ia bingung siapa yang salah dengan kejadian semalam, ia bahkan tidak mengerti dengan apa yang dikatakan zella semalam.

“Abang napa sih masih pagi udah bengong-bengong sendiri,” ucap Vano duduk disamping Raden.

Pria itu menggeleng. “Gada apa-apa, gue langsung ke sekolah aja nanti makannya di kantin,” ucap Raden kemudian beranjak dari duduknya.

“Ini baru awal yang belum apa-apa Shyla, masih ada kejutan lainnya,” batin zella.

“Yok Vin kita juga pergi.” zella menarik lengan Vino kemudian pergi dari sana. Kini tersisa Shyla, Ayu dan Frans.

***

Setibanya di sekolah seperti biasa zella dan Vino memarkirkan motor mereka kemudian pergi ke kelas masing-masing.

“Selamat pagi sayangku.”

Zella tersenyum saat dirinya disambut manis oleh rivan, dan pasti semua murid di kelas akan baper dan iri melihat kedekatan mereka berdua.

“Kalian berdua pacaran yah? Kok rivan manggilnya sayang,” ucap Putri, masih ingat kan  sama Putri.

“Bukan urusan lo kali,” cetus lea.

“Gue gak ngomong sama lo yah.” Tunjuk Putri pada lea.

“Turunin jari naj1s lo itu,” ucap lea menatap Putri dengan garang.

“Lagian heran deh kenapa setiap kali kita ngomong atau ngelakuin sesuatu sama zella selalu aja kalian yang duluan ngejawab, selalu ngambil tindakan duluan, kalian ini sebenernya siapanya zella bodyguard sewaan zella?”

Semua mengarah ke ambang pintu di mana ada Shyla dan Laska yang baru saja datang.

“Jangan dibalas lagi le karna kalau lu ngebales gak akan ada habis-habisnya, gak cape lu debatin hal-hal yang gak penting,” lerai nara membuat lea menatap sinis pada Shyla.

***

Dua jam pelajaran telah berlalu, kini semua murid berlari berhamburan menuju kantin, sama halnya dengan zella beserta sahabatnya tidak lupa dengan Vino yang baru saja menjadi bagian dari zella dan kawan-kawanya.

“Emang temen-temen lo gak marah ngeliat lo jalan sama kita,” ujar lea pada Vino.

“Pastinya marah tapi gue tetep di sini sampai mereka sadar kalau apa yang mereka lakuin dan dugaan mereka itu salah selama ini tentang zella” balas Vino.

“Jadi salah satu dari mereka yang udah sadar elo dong,” ucap lea sambil menatap wajah Vino.

“Hmm gitu deh,” balas Vino seadanya.

Selama perjalanan mereka menuju kantin banyak pasang mata yang menatap mereka dengan bertanya-tanya. Ahh zella muak dengan situasi seperti ini.

“Cih berasa hidup gue dikelilingi dengan mulut-mulut berkedok pant4t ayam,” batin zella.

Setibanya di meja makan, seperti biasa tempat yang mereka ambil adalah tempat paling pojok yang bersebelahan dengan meja Shyla dkk.

“Bara sama Gara yang pesan gih bosen kalau gue mulu yang mesen,” titah lea dengan melipat tangannya di dada.

Mendengar nama keduanya disebut helaan nafas berat langsung dihembuskan begitu saja.

“Baik tuan putri.” Gara membungkukan badannya seolah memberi hormat pada lea. Kawan-kawanya tertawa kecil melihat sikap Gara.

***

Setelah pesanan mereka tiba, datanglah Shyla beserta kawan-kawannya. Zella yang duduk menikmati makanannya menyadari jika dirinya sedang ditatap oleh Shyla.

“Apa,” ketus zella menatap Shyla sambil melap mulvtnya dengan tisu.

“Maksud lo apa!” sahut Sari tak suka.

“Nih anak udah mulai berani sama kita semenjak ada anak-anak beasiswa yang sok jadi pahlawan,” timpal Jeni.

Zella dan kawan-kawannya saling pandang, sepertinya tadi Shyla dan kedua temannya menemui Gavin untuk menacari informasi mereka.

“Kita beasiswa karna kita pintar, makanya dapat beasiswa bisa sekolah gratis dan nilai-nilai kita bagus, emangnya situ udah sekolahnya dibiayain orang tua, beban keluarga, terus naik kelasnya hasil sogok kepsek yang duluh emang gak malu.”

Sari dan Jeni tercengang begitu juga Shyla. Bagaimana lea bisa tauh hal itu, padahal itu adalah rahasia mereka yang selama dua tahun ini tidak ada siswa atau siswi lain yang mengetahuinya.

Sama halnya dengan Vano, Raden, Laskar juga kedua temannya Teo dan Kevin, selama ini mereka tidak tauh akan hal itu.

“Jangan sembarangan ngomong yah lo, kita bertiga ini udah dapat juara berkali-kali di kelas, jadi kalau gak ada bukti mending lo diem sebelum lo terima akibatnya,” Sarkas Jeni mengancam.

“Kalian mau bukti? Sekarang juga bisa gue kasih buktinya, tapi lebih bagusnya kita bersaing secara sehat gimana? Kalau kita bertiga bisa menggeser posisi kalian bertiga, kalian harus berhenti gangguin zella,” ujar lea.

Mendengar itu wajah Shyla langsung pucat, bagaimana jika kebohongannya selama ini terbongkar karena memang nilai ujian dan tugasnya selalu buruk dan nilainya sering ditukar dengan nilai zella.

“Lo sendiri lea yang bersaing sama mereka, gue gak mau, ngapain gue saingan sama orang yang gak level jadi saingan gue, cuma buang-buang waktu,” ucap zella menatap Shyla remeh.

Tatapan yang harusnya Shyla berikan pada zella, kini malah zella yang memberikan tatapan itu. Mereka yang melihat raut wajah zella merasa bahwa itu bukan zella yang mereka kenal.

Tapi Vino pria itu kini kembali disadarkan bahwa memang gadis yang sudah memaafkan kesalahannya benar-benar bukan zella adiknya.

“Udah yok mending kek kelas aja dari pada di sini bikin mood gue rusak,” lanjut zella ketus dan berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan kantin.

“zella si4lan, ternyata lo beneran mau ngajak perang sama gue, gue pastiin lo gak akan lolos nanti, kita lihat aja,” batin Shyla.

.
.
.

𝚃𝚘 𝙱𝚎 𝙲𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍💌

TRANSMIGRASI QUEEN MAFIA [SEKAR×SEARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang