11

56 4 1
                                    

Melupakan moral yang memalukan. Aku dan Lu Feng sangat bahagia.

Perasaan jijik terhadap cinta sesama jenis ini tidak sekuat ketertarikannya padaku.

Kami berciuman mesra di bawah naungan malam dan rindangnya pepohonan.

Setelah lampu mati, kami bercumbu di tempat tidurnya, saling membelai dengan suara tertahan.

Cinta rahasia ini menjadi gairah yang tidak terkendali, bahkan jika kami saling berpandangan di muka umum menjadi pandangan yang membara, perasaan itu tidak bisa dijelaskan.

-------------

Dua bulan menjadi liburan musim panas yang panjang, aku sangat merindukan Lu Feng, hampir setiap malam aku selalu memimpikannya, bermimpi tentang hal-hal yang biasa kami lakukan... Aku tidak bisa mengatakan hal memalukan itu lebih lanjut.

Akibatnya, ketika aku terbangun di tengah malam, bagian bawahku sudah basah dan lengket.

Aku memamg mengalami keterlambatan dalam hal pubertas, dan itu belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun aku paham, tapi orang yang terjerat dalam mimpi itu adalah seorang pria yang bernama Lu Feng, yang membuatku malu.

-----------

Malam berikutnya seperti biasa Lu Feng menghubungiku, aku tutup pintu kamar dengan rapat dan mulai berbicara apa adanya. Pria dewasa sebelum waktunya itu tertawa sambil mendengarkan, dan itu membuatku marah. "Tertawa ah, itu kan karena kamu, aku jadi kurang tidur, kalaupun tidur kamu selalu datang ke dalam mimpiku untuk menimbulkan masalah, melakukan ini dan itu padaku...".

"Kamu bagaimana?".

"... Masih bagaimana, kamu, apa lagi yang bisa kamu lakukan selain menjadi seorang hooligan!". Aku sangat marah.

"Oh, iya, iya, aku seorang gangster". Dia tertawa jahat beberapa saat, dan tiba-tiba suaranya berubah menjadi erotis, "Xiaochen, aku ingin kamu sekarang".

Meski berkulit tebal, wajahku memerah. "... Jika kamu berbicara dengan nada mesum lagi, aku akan panggilkan polisi".

"Jadilah anak baik, biarkan aku memelukmu".

"Baik, baik, peluk aku". Aku mengiyakan pura-pura baik hati agar dia senang.

"Aku sentuh pinggangmu... Aah, sepertinya pinggangmu semakin ramping".

Meskipun aku tahu dia berbicara omong kosong, tapi aku merasa pinggangku mati rasa. "...Aku memang suka diet kalau musim panas...".

"Sekarang aku belai wajahmu, wajahmu lebih tirus... Dimana bibirmu... Ahhh, jangan gigit bibirmu, kendurkan gigimu, aku ingin memasukkan jariku ke dalam...".

Aku mendengarkan dalam diam, detak jantungku mulai tidak menentu.

"Aku mau... Menciummu".

Aku terkejut.

Tanpa sadar, tangan kananku sudah bermain ditubuhku sendiri, membayangkan itu adalah tangan hangat Lu Feng. Persis mengikuti seperti yang diucapkannya, tanganku terus meraba sampai akhirnya ke tengah selangkangan.

"Nikmat?".

Aku tersentak dan melihat tanganku sudah berlumuran cairan putih. Aku merasakan rasa malu yang manis.

"Jadi malu... Apakah ini pertama kalinya bagimu?".

"Mmm". Wajahku kembali memerah.

Lu Feng terdiam beberapa saat, napasnya menjadi berat. Aku menggigit bibirku sambil memegang gagang telepon.

Aku bertanya-tanya apakah dia melakukan hal yang sama sepertiku sekarang ini, aku tidak dapat menahan perasaan itu lagi.

Saat napasnya perlahan menjadi tenang, aku bertanya tanpa malu-malu. "Enak tidak?".

DUA JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang