21

42 4 0
                                    

Aku membaca sebuah tabloid. Saat itu sudah satu pekan aku dan Qin Lang tidak bertemu.

Akhir pekan yang sangat membosankan. Sangat cocok membawa tabloid untuk dibaca saat makan atau saat buang air besar. Bagi sebagian orang, yang disebut hiburan adalah membaca berita skandal dan gosip tentang selebriti, sebagai pengisi waktu luang, tapi tidak bagi aku.

Peran utama edisi ini adalah seorang wanita terkenal, sudah banyak informasinya yang diliput wartawan tabloid. Kali ini ia diisukan akan menikah. Wanita yang selama ini dikenal tidak pernah menjalani hubungan serius tiba-tiba takluk begitu saja. Apalagi, keduanya dikabarkan jatuh cinta pada pandangan pertama dan langsung dipinang di sebuah pusat perbelanjaan. Aku perlahan-lahan membaca berita yang panjang dan melelahkan itu sambil makan nasi ayam kari di kantin kampus.

"Pria itu adalah putra kedua dari seorang pengusaha terkenal di komunitas Tionghoa-Amerika. Dia berusia dua puluh empat tahun, muda, tampan, dan baik...".

Segera melewatkan beberapa bagian berita yang tidak penting. Mataku langsung tertuju pada nama pemenang cinta muda, tampan, menawan, dan kaya raya itu.

陆风 (Lù Fēng)

Aku melihatnya lagi.
陆 风. Dua kata yang tidak ada perbedaan aksara sama sekali.

Aku langsung membaliknya ke depan yang sempat aku abaikan sebelumnya. Itu gambar calon pengantin wanita dan calon pengantin pria yang sangat besar, mereka berdiri berdampingan.

Pria itu terlihat kuat dan dewasa, garis-garis wajahnya seperti pria yang kaya akan pengalaman. Ekspresinya masih dingin dan sombong, tapi ada senyuman.

Ini adalah Lu Feng.

Dia akan menikah.

Mimpi yang diam-diam aku simpan itu tiba-tiba mengeluarkan sedikit suara, deg...

Tidak ada lagi harapan tentang mimpi itu.

-------------

Alkohol memang enak, rasanya dingin di mulut, tetapi ketika sampai di perut, terasa panas dan tidak nyaman seperti terbakar api. Aku minum sangat banyak hingga aku merasa pusing. Pemilik bar itu sampai tidak mengizinkan pramutama bar untuk memberiku minuman lagi, akibatnya, aku hanya menatap gelas kosongku dengan bingung.

Aku tidak bisa menangis atau membuat masalah. Hatiku penuh dengan kepahitan, sampai lidah akupun terasa pahit, tapi aku tidak bisa berkata apa-apa.

Seseorang mengangkatku dan merangkulku, aku kesulitan mengenali wajah marahnya dengan mataku yang tidak fokus. Ketika aku sedikit terjaga, sadar kalau dia adalah Qin Lang, segera aku menjadi kembali bingung dan selalu mengira kalau dia itu adalah Lu Feng.

------------

Aku meringkuk di kursi belakang mobil, diselimuti mantelnya, tidak muntah. Anggur itu memang enak, tapi aku hanya bisa meringkuk tanpa suara, seluruh tubuhku terasa panas, tapi aku merasa kedinginan di saat yang bersamaan. Akupun menggigil.

"Kamu tinggal di mana? Biar aku antar pulang... Rumahku sedang dipinjam teman untuk pesta, jadi aku tidak bisa mengantarmu ke sana".

Bibir dan mataku tertutup, tapi aku masih bisa mendengar dia mendesah.

Mobil itu sempat berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Dalam perjalanan tiba-tiba dia melakukan rem mendadak, dan akupun langsung terguling dari kursi, aku jatuh ke dasar mobil yang beralas karpet itu.

Dia mengumpat.

Terdengar suara pintu mobil dibuka dan ditutup, lalu sepasang tangan kuat mengangkatku.

"Sakitkah?".

Aku menggigil kedinginan, dan secara naluri langsung memeluk pinggangnya dan menempelkan wajahku ke tubuhnya.

Siapa pria yang hangat, kuat, dan tinggi ini?

Tanganku menjelajah dengan bingung.

Adakah yang pernah memelukku begitu erat?

Lu Feng, Lu Feng.

Aku meraihnya dengan seluruh kekuatanku, menyusup ke dalam pelukannya.

Jangan lupakan aku, jangan jatuh cinta pada orang lain, jangan berhenti mengenaliku, jangan peluk orang lain dengan tangan yang sudah pernah kau pakai untuk memelukku.

Jangan lupa dengan janjimu kalau kita akan bersama selamanya.

Jangan lupakan aku yang telah menunggumu.

Lu Feng.

Tiba-tiba aku merasakan dua benda panas dan lembut menempel di bibirku.

Lu Feng, selama lima tahun ini aku belum pernah lagi menciummu.

Apakah janggut tipis itu masih tumbuh di dagumu, mungkinkah kamu akan menabrak gigiku lagi karena gugup? Kamu yang nakal, tetapi begitu aku mengambil inisiatif, kamu akan berubah jadi pemalu?

Lu Feng, aku tidak tahu apakah kamu masih mau mencium pria yang sudah tidak lagi kamu cintai?

Senang sekali ada balasan darinya. Aku tahu keterampilanku buruk, aku tidak pernah tahu bagaimana caranya menggoda, dan aku akan bisa menjadi orang yang tidak berguna disaat-saat yang paling penting.

Tapi aku masih mencintaimu.

Dia memelukku dengan sangat erat, samar-samar aroma tembakau memenuhi mulutku. Aku sangat pusing sehingga aku tidak bisa membuka satu kancingpun dari pakaianku, meskipun jari-jari ini sudah sangat berusaha untuk waktu yang lama. Aku yang berada di bawahnya terus berusaha, sampai akhirnya dia merobek kancingku dengan sekaligus, termasuk celana jeansku yang tebal, lalu dia menekan tubuhnya dengan keras dan panas.

Tubuhnya begitu hangat, bahkan panas, aku yang menggigil kedinginan memeluknya. nyeri, rasa sakit itu perlahan meluas dan menyebar ke seluruh tubuh seperti terkoyak sekaligus. Aku meringis tapi tidak melakukan perlawanan ataupun penolakan, aku hanya tetap berusaha sekuat tenaga melingkarkan lenganku di pinggangnya.

Lu Feng, kita pernah melakukannya sekali, saat itu aku masih naif dan canggung, bukankah kamu tidak bahagia? Andai aku bisa lebih mengerti, bisa sedikit menahan rasa sakit. Bisakah kamu... Tidak meninggalkanku?

Hentakannya sangat brutal membuat aku hampir tidak bisa bersuara.

Aku menangis, ingin sekali aku teriak menyebut nama Lu Feng, tetapi suara itu terhalang oleh bibirnya.

DUA JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang