"Kenapa kamu tidur lagi!". Suara marah Yichen seperti guntur itu membuatku terbangun. "Kamu terlihat seperti masih bermimpi! Apakah lagu yang aku tulis sangat buruk?! Lihat!! Tidurmu sampai sebegitunya!".
Aku setengah membuka mata, nyawaku masih belum terkumpul.
Dia semakin marah. Lalu meraihku dan memukul pantatku dua kali. "Bagaimana aku bisa punya saudara sepertimu!".
"Huuu...". Aku akhirnya terbangun sedikit.
Baru-baru ini Yichen terinspirasi untuk membuat sebuah lagu, dan dia bersikeras agar aku mendengarkannya. Dia tidak tahu kalau aku yang sedang berbaring di sampingnya tertidur lelap bahkan sebelum dia selesai memainkan beberapa nada.
"Mainkan, kamu cukup bagus".
"Bagus tapi tidur? Ini bukan lagu upacara peringatan!".
"...". Aku menggaruk kepalaku, merasa sedikit bersalah. "Aku lelah...".
Sedikit enggan Yichen meletakkan Gitarnya lalu menyentuh wajahku. "Lelah lagi? Kak kamu terlihat sangat buruk... Kamu lesu sejak kamu datang hari itu. Hei, aku membeli banyak makanan enak untuk kamu makan, tapi kamu kenapa masih seperti ini?".
"Tapi sejujurnya, melihatmu hari itu membuatku takut setengah mati... Apakah kamu dirampok? Pakaian juga koyak, apalagi wajahmu...".
Saat Yichen mengingatnya, dia mengangkat alisnya dengan marah. "Dasar babi! Jika kamu tidak punya uang, kenapa kamu tidak menghubungiku? Perjalanan kereta lumayan lama dan kamu bahkan tidak minum sama sekali. Apa yang akan aku lakukan jika kamu mati di kereta coba? Kamu tidak memberitahuku sebelumnya ketika kamu datang, barulah di stasiun kamu menghubungiku, menyebabkan aku harus mengendap-endap keluar dari pintu belakang kelas... Ketika aku melihatmu kupikir aku sedang melihat hantu... Apa yang terjadi di Kota S? Sangat menyedihkan?".
Aku menggunakan uang terakhir untuk membeli tiket kembali ke Kota X. Selain Yichen, aku tidak memikirkan orang lain yang bisa aku temui.
Dia satu-satunya di dunia ini yang selalu menyayangiku.
Untunglah, Qin Lang tidak ada, Yichen-pun sudah tidak pernah membahasnya lagi. Sepertinya orang itu tidak pernah ada di dunia ini, akibatnya jadi bisa menipu diri sendiri dan tetap hidup tenang.
Aku bisa tidur di ranjang yang sama dengan Yichen, makan dari wadah yang sama, dan duduk di lantai sambil membaca buku yang sama, seperti yang kita lakukan ketika kita masih kecil.
Tubuh Yichen begitu hangat.
Ternyata dia masih ingat masalah kakaknya yang selalu kedinginan kalau musim dingin tiba. Saat tidur, dia akan menggunakan kakinya untuk menjepit kakiku yang dingin, memelukku erat-erat dan membiarkanku menyembunyikan telapak tanganku di ketiaknya. Kami sangat dekat, sepertinya kita tidak tumbuh dewasa, seperti tidak pernah terjadi perselisihan selama lebih dari sepuluh tahun ini.
"Kak, mungkinkah kamu berutang uang pada dunia gelap dan kemudian melarikan diri ke sini?".
Segala sesuatu tentang Yichen bagus, hanya saja sedikit meresahkan di waktu-waktu tertentu.
Aku menguap mengabaikannya.
"Jika memang perlu uang, aku bisa memberimu. Aku telah bekerja paruh waktu baru-baru ini dan telah menabung sebagian."
Dia berkata memberikan, bukan meminjamkan. Ada sesuatu yang sangat jujur dan tulus dalam kepribadian Yichen. Karena itu, dia lebih manis dariku dan lebih bahagia dariku.
"Kalau itu masih belum cukup, aku bisa membantu temanku menjualkan pakaian...".
Aku mencubit hidungnya. "Aku mencintaimu Yichen".
Yichen tersentak, wajahnya memerah. "Kak, kakak, kita tidak bisa melakukan inses, orang tua kita bisa gila...".
Dia, sial. jarang sekali aku merasa begitu bersemangat. Aku tendang pantatnya. "Enyah kau, pikiranmu ya!!".
Siapa juga yang mau OOXX denganmu? Pikiranmu terlalu berlebihan!
"Kak, aku lapar."
"Tidak salah? Baru dua jam yang lalu makan malam!". Untung sisa nasi tidak dibuang. "Aku buatkan nasi goreng telur. Cuci mangkuknya sendiri sana".
Yichen girang dia segera berlari secepat kilat.
Mengambil mangkuk dan sumpit, kemudian duduk menunggu makanan.
Ketika aku ke dapur semua peralatan sudah bersinar. Disaat musim dingin, makanan yang dibungkus akan cepat dingin, tidak nyaman diperut. Lebih baik masak sendiri. Setidaknya akan lebih hangat saat dimakan.
Aku yang memang takut kedinginan.
Begitu aku mematikan gas dan lampu, dan ketika hendak mengeluarkan makanan, tiba-tiba aku mendengar seseorang mengetuk pintu.
Yichen berjalan malas. "Siapa sih yang keluar saat cuaca sedang dingin-dinginnya...".
"Kamu...". Suara Yichen terdengar kaget.
Tamu itu langsung masuk ke dalam, Yichen buru-buru tersadar. "Kenapa kamu datang?! Mau apa ke sini?".
"Apakah kakakmu ada di sini?".
Lu Feng!
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA JALAN
RomanceMusim ke-1. 归途 (guī tú - Perjalanan Pulang) Bab 1 - Bab 43 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 蓝淋 (lán lín) Judul Asli : 双程 (shuāng chéng) *cerita masih dalam tahap revisi typo [Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca, ting...