"Ayo pergi makan bersama".
"Tidak, aku tidak lapar...". Aku tidak boleh... Seharusnya aku tidak memikirkan harapan itu lagi. Namun pikiran itu akan terus muncul tak terkendali saat dia berada di dekatnya. Masih saja... Menjauhlah darinya.
"Apakah kamu ingin memberitahuku, kalau kamu sudah makan siang? Ikut saja jika disuruh, jangan bertele-tele".
------------
Restoran terkenal itu selalu ramai di akhir pekan, meski begitu masih ada tempat duduk untuk kami.
Aku melirik ke arah Lu Feng. Ada ekspresi polos di wajahnya sambil membolik-balik buku menu, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Makan apa?".
Aku tidak akan pernah mengatakan ini sesuatu yang biasa. Aku membolak-balik daftar menu istimewa dari awal hingga akhir, sampai akhirnya aku memesan masakan kampung, tahu, dan sup. Harga masakan seperti itu saja cukup menakutkan. Meskipun harus dipukul sampai matipun aku tetap tidak bisa bagaimana caranya memesan kuku unta, lihat saja nominal diatasnya, satu kuku bisa membuatku ditendang pergi.
Lu Feng melotot. "Aku tidak meminta kamu yang membayar, apa yang kamu takutkan! Masih memikirkan ekonomis. Sudah seratus tahun tetap saja tidak berubah!".
Karena marah, akhirnya sengaja aku memesan satai udang besar, pangsit ikan rebus, dan kuku unta yang kemudian aku lihat tampak seperti kotoran beruang.
Usai meminum kuah, badanku mengepul seperti bakpao yang baru keluar dari keramba. Ketika aku sedang mengupas udang setebal jariku, dari belakang tiba-tiba ada yang menampar punggungku dengan keras, akibatnya semua udang yang berada di mulutku melompat keluar.
Setelah dilihat, ternyata itu Tintin dan Zhusha.
"Kalian ingin mati, melakukan pembunuhan di depan umum".
"Tidak salah? Kamu tidak memasak mie instan di rumah pada akhir pekan, dan kamu datang ke sini untuk foya-foya?". Kepala Tintin terasa pusing. "Aku baru saja melihatmu, aku kira kamu sedang linglung".
"Kami terlambat, sudah tidak ada tempat. Sia-sia kamu menempati meja sendirian. Biar kami temani".
Aku menggigit udangku sambil samar-samar menunjuk ke kursi kosong di depannya. "Di situ ada orang. Dia sedang ke toilet".
"Kamu punya teman? Tidak masalah, empat orang bisa duduk". Mereka mulai mengambil tempat duduk. Zhusha duduk di sebelahku, Tintin duduk di seberangnya, tepat di sebelah kursi Lu Feng.
Mereka mulai memesan makanan, aku tidak punya pilihan selain tetap diam.
Benar saja, Lu Feng hanya sedikit terkejut melihat mereka ketika dia kembali, sementara kedua orang itu hampir melompat dan lari.
"Brengsek, kenapa kamu tidak memberitahuku kalau itu bos! Kamu ingin terlihat bagus besok!". Zhusha menginjak kaki Yichen tanpa ampun sambil merendahkan suaranya.
Aku tetap diam sambil minum sup dan makan udang.
Lu Feng menatap Zhusha, sejenak wajahnya menegang, lalu dia dengan tenang menyapanya dan mengobrol beberapa patah kata.
Makanan untuk dua orang juga disajikan. Semua orang makan dan minum, perlahan suasana menjadi santai.
Lu Feng tidak suka berpura-pura, dia hanya tidak suka memaksakan dirinya untuk berbaur dengan orang lain. Karena semua orang masih bisa mengobrol, ekspresinya tidak terlalu buruk.
Tintin tidak akan pernah lupa untuk memperhatikan pujaan hatinya, Zhusha, bahkan saat bosnya duduk di sampingnya, dia tidak segan-segan memetikan sayuran dan memisahkan tulang ikan untuk Zhusha. Melihat itu wajah Lu Feng memasang ekspresi terkejut, lalu mengalihkan pandangannya dari waktu ke waktu untuk mempelajari reaksiku dengan cermat.
Aku tetap bersikap tenang, mengambil setusuk udang.
Wajah Lu Feng perlahan mengeras, seolah kedekatan kedua orang itu membuat dia kesal, ditambah ketidakpedulianku.
Kali ini Tintin mengambil tisu hendak menyeka sudut mulut Zhusha.
Tepat ketika aku hendak mengingatkan Tintin untuk tidak terlalu mementingkan diri sendiri di depan bos, tiba-tiba Lu Feng meletakkan sumpitnya dengan berat dan berkata dengan suara yang dalam dan menakutkan. "Apa yang kamu lakukan!".
Tintin terkejut dan langsung menggenggam tisu itu, termasuk Zhusha bingung dan ketakutan.
"Kamu pacar Xiaochen?! Tapi kamu berani berhubungan dengan pria lain di depannya!".
Seketika udangku jatuh ke dalam mangkuk sup lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA JALAN
RomanceMusim ke-1. 归途 (guī tú - Perjalanan Pulang) Bab 1 - Bab 43 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 蓝淋 (lán lín) Judul Asli : 双程 (shuāng chéng) *cerita masih dalam tahap revisi typo [Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca, ting...