Ketika bangun, seluruh badanku terasa pegal-pegal, aku jadi merasa sedikit linglung rasanya seperti mimpi panjang yang melelahkan.
Lu Feng sudah tidak ada. Aku segera mengenakan pakaian dan bangun untuk melihat jam. Aku tahu kalau aku telah menyia-nyiakan kesempatan dalam satu bulan ini, akibatnya aku hanya bisa duduk termenung.
Lu Feng meninggalkan sebuah catatan dan sebuah kunci. Kata-katanya tetap berani dan tidak basa-basi. Aku ke kantor. Hari ini kamu tidak usah masuk.
Sedikit ke bawah, ada kalimat lain. Tinggallah bersamaku.Bisa kembali kepadanya adalah sebuah mimpi yang aku idam-idamkan sebelumnya.
Tapi mungkinkah suatu hari nanti dimana aku harus mengembalikan kuncinya dan membawa barang-barangku ke jalan.
Dia sudah meninggalkanku sekali, dan mungkin akan lebih mudah untuk kedua kalinya.
Jika itu terjadi, aku tidak tahu apakah aku masih bisa kuat atau tidak.
Rasa bingung yang teramat sangat saat aku sedang dalam situasi bergairah, itu yang aku rasakan. Pikirkan lagi, jangan anggap itu sebagai dongeng, perlakukan itu sebagai kenyataan.
Semakin aku memikirkannya, semakin jelas, kuncinya adalah di dalam keberanian yang telah hilang ini.
Aku merasa tidak tega untuk mengembalikannya, akhirnya aku menyimpan kunci itu ke dalam laci terkunci bersama dengan cincin itu.
Dan sejak saat itu Lu Feng tidak pernah lagi mendatangiku. Aku tahu dia sedang menunggu jawabanku.
Mengangguk atau menggelengkan kepala membutuhkan keberanian besar, nyatanya aku tidak dapat mengambil langkah apapun.
------------
Setelah 'bersembunyi' selama lebih dari setengah bulan, aku menjadi semakin kurus. Zhusha diam-diam membawa alat ukur dan memaksaku untuk mengukurnya. Benar saja, lingkar pinggang ini hanya sekitar 1,8 kaki, efeknya lebih mujarab daripada obat penurun berat badan yang biasa diminum. Melihat pakaianku yang longgar, Zhusha merasa sangat iri.
------------
Gaji sudah turun. Sepulang kerja Zhusha berinisiatif mengajak orang-orang makan makanan Jepang. Kebiasaan itu memang sudah menjadi tradisi kita, jika sudah menerima gaji di awal bulan, selalu menghamburkannya dengan berbagai cara, dan di akhir bulan semua orang akan terdiam dan kembali ke semula, membeli mie instan murah.
"Kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, tidak ada satupun yang bisa melarikan diri". Zhusha mulai menunjuk satu per satu, termasuk aku dan Tintin.
"Boleh ya aku tidak memesan menu satuan, aku mau memilih prasmanan saja yang bisa 100 yuan?". Dengan senyum pahit aku berkata. "Aku mau menabung untuk peningkatan komputer. Bulan lalu aku hanya bisa menyisihkan 50 sen...".
"Kamu hanya boleh makan sesuai apa yang ibu ratu katakan, jadi tidak usah bertele-tele!".
Tintin sebagai kaki anjing.
[狗腿 (gǒu tuǐ - kaki anjing), sebuah peribahasa yang artinya setia selalu menuruti sesuai perintah tuannya]
------------
Usai berdebat, keluar dari kantor. Terlihat ada sebuah mobil BMW berwarna biru tua terparkir di tepi jalan, seolah-olah mobil itu sedang menunggu seseorang. Semua orang tahu kalau itu adalah kendaraan milik bos.
Spontan aku bersembunyi di balik Tintin.
Tetapi orang 'jahat' itu bereaksi dengan sangat cepat, dia melangkah menghampiri Zhusha.
"Zhusha, kita sudah sepakat. Jika dia mengajakmu makan, kamu tidak boleh setuju!".
Permohonan itu dibalas dengan kata-kata Zhusha yang nyaring dan kuat. "Gila!".
Lu Feng mendekat, dia menyapa semua orang tetapi matanya tertuju kepadaku. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan Yichen".
Aku tersentak, lengannya mencengkeram dengan tenang. "Mari kita bicara di mobil".
"Kami sudah janji untuk pergi makan bersama!". Aku menunjuk sekelompok orang.
"Oh? Kebetulan aku juga belum makan. Ayo kita pergi bersama. Aku traktir".
"Tidak, tidak, tidak". Sekelompok orang itu serentak. "Kalian ada kepentingan untuk dibicarakan".
Saat rekan kerja berkumpul untuk makan malam, yang dimaksud mereka adalah menikmati suasana, namun jika seorang bos mengajaknya, itu artinya menjadi makan formal dengan pisau dan garpu. Semua orang tahu itu.
"Mau makan makanan Jepang kan? Kalau begitu kita ke sana". Dengan lengan bajunya yang tergulung, Lu Feng mengemudikan mobilnya dengan tenang.
Telapak tanganku sedikit berkeringat. Aku tahu betul betapa kuat dan bertenaganya tubuh di balik kemeja sutra itu. Karena begitu dekat, mustahil untuk tidak merasa gugup.
"Tidak usah repot-repot, aku akan membeli makanan cepat saji lalu pulang... Lagipula aku harus segera pulang untuk menulis rencana kerja...".
Namun dia terus mengemudi seolah tidak mendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA JALAN
RomanceMusim ke-1. 归途 (guī tú - Perjalanan Pulang) Bab 1 - Bab 43 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 蓝淋 (lán lín) Judul Asli : 双程 (shuāng chéng) *cerita masih dalam tahap revisi typo [Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca, ting...