37

43 3 0
                                    

"Saya akan mengundurkan diri. Mohon Manajer Umum yang terhormat menandatanganinya".

Jika kamu benar-benar merasa bersalah, lakukan saja demi aku.

Sedikit demi sedikit wajah Lu Feng berubah menjadi dingin.

"Sudah membaca perjanjian kontrak kan? Bukankah akan dikenakan penalti jika mengundurkan diri secara sepihak sebelum masa kontrak habis?". Dia berkata dengan nada formal dan tegas. "Jika tidak bisa melakukannya, kembali saja ke kantor".

Aku meletakkan amplop coklat di depannya. "Lihat".

Karena hampir tidak mungkin bagi siapapun yang melanggar perjanjian kontrak dengan penalti yang sangat tinggi, tabungan hasil jerih payah selama aku bekerja itu, tidak disangka akan digunakan untuk ini.

"Kamu sudah menyiapkannya". Lu Feng mendongak sambil mengertakkan gigi. "Apa yang kamu inginkan dariku? Apakah aku harus berlutut dan memohon kepadamu?!!".

"Saya di sini hanya untuk mengundurkan diri". Kasihanilah, mohon tandatangani, biarkan aku pergi. Aku sudah benar-benar tidak tahan.

Dia mengambil napas dalam-dalam, mengerucutkan bibirnya tanpa berbicara untuk waktu yang lama. Dia berusaha keras menyembunyikan amarahnya tetapi tidak bisa menahannya ketika dia berbicara. "Apakah aku benar-benar tidak bisa dimaafkan? Pria normal akan memiliki kebutuhan biologis. Kamu juga seorang laki-laki, mengerti?".

"Tidak mungkin juga kan kamu bisa menahan diri untukku selama bertahun-tahun?! Selain aku, memangnya tidak ada pria lain yang pernah menyentuhmu?!". Lu Feng mengangkat matanya, menatapku. "Jika itu masalahnya, apapun itu akan aku lakukan. Melepasmu pergi, atau harus berlutut, apa yang kamu minta, aku akan lakukan!".

Mendengar itu tiba-tiba aku teringat dengan Qin Lang. Mulutku terkunci rapat.

Tidak ada jawaban sudah pasti itu jawaban yang sangat jelas. Lu Feng perlahan mencibir. "Lalu kebenaran apa yang kamu miliki untuk menuduhku?".

Hatiku sangat kacau.

"Laki-laki macam apa dia?". Tanyanya sinis. "Apakah mereka berperilaku baik saat di ranjang dibandingkan denganku? Sudah berapa laki-laki yang kamu miliki dalam lima tahun terakhir ini. Mmm?".

"Bukan urusanmu".

Aku belum pernah membantahnya seperti ini sebelumnya.

Seketika wajah Lu Feng menjadi tegang.

"Kamu pikir kamu ini siapa? Kenapa kamu peduli padaku! Berapa banyak laki-laki yang sudah aku miliki, dan apa hubungannya denganmu? Kenapa, kamu ingin tahu? Sayang sekali aku tidak bisa menghitungnya! Kamu pikir aku akan menunggumu selama lima tahun? Kamu pikir aku tidak akan pernah melupakanmu dan tergila-gila kepadamu? Kamu pikir saat aku tidur dengan laki-laki lain aku akan membayangkanmu sambil menyebut namamu? Kamu pikir aku bodoh! Berhentilah bermimpi! Mereka sepuluh kali lipat lebih baik darimu, aku bahkan bisa lebih liar saat bercinta daripada denganmu, kamu pikir kamu siapa...".

Plakkkk!!

Tamparan keras itu sangat jelas. Membuatku terbungkam dan mematung dalam waktu lama seperti boneka terputus dari talinya.

Ada rasa dan amis yang kuat di mulutku. Kekuatannya... Sungguh dahsyat.

Tidak ada yang aneh jika harus dipukul, dia memang selalu memiliki temperamen yang buruk. Bahkan ketika sedang merajut cinta, dia tidak pernah menjadi kekasih yang lembut dan toleran, apalagi sekarang.

"Kau!!".

Secara tiba-tiba, dengan keras aku didorong ke atas meja, banyak benda berjatuhan ke bawah selama perjuanganku.

Tanpa ampun dia melepas celanaku, meraih pahaku lalu merentangkannya, kemudian dia memasukan jari-jarinya ke dalam dengan kuat.

"Kamu sudah gila!!". Ini benar-benar tidak terduga dan tidak terkendali. Aku melawan dengan segenap kekuatanku, "Bajingan! Lepaskan! Dasar binatang, binatang...".

Tidak ada yang dia katakan, yang ada hanya sebuah tamparan lagi.

Aku memalingkan wajahku dengan pandangan kosong sambil mengatur napas. "Lu Feng, aku akan membencimu selamanya".

"Terserah". Hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Tanpa aba-aba dan persiapan, dia memasukan penisnya. Semua suaraku tercekat, mataku merah darah karena menahan rasa sakit, walaupun aku sudah menggigit bibirku kuat-kuat, tapi aku masih saja gemetar.

Aku tidak bisa bersuara lagi. Mencakar meja dengan terkejang, sampai kuku itu hampir patah.

Tidak tahu kapan ini akan berakhir. Yang jelas sempat ada keheningan lama.

Aku menatap langit-langit dengan bingung, aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.

"Xiaochen". Bahkan suaranyapun terdengar tidak biasa.

"Xiaochen, Xiaochen...". Ulangnya meracau.

Tiba-tiba suara telepon berdering, aku hanya memejamkan mata.

"Tidak bisa! Aku tidak peduli...! Jangan ganggu aku!". Dia menutup telepon dengan sangat keras. Tapi telepon itu segera berdering lagi.

"Kamu tidak dengar, aku menyuruhmu pergi!... Aku tidak bisa ke luar!!... Aku bisa melakukan apa saja yang aku mau...!!!". Dia terengah-engah dalam diam beberapa saat, sampai akhirnya dia menutup telepon.

"Xiaochen".

Aku tidak bergerak hanya bisa menutup mataku rapat-rapat.

Jari-jari kaku itu merapikan pakaianku yang berantakan. "Aku akan segera kembali. Tunggu jangan kemana-mana... Aku akan segera kembali, oke?".

Aku sudah tidak karuan, entah tertidur atau mati.

Telingaku masih bisa mendengar suara pintu kantor yang ditutup dengan sangat pelan.

Aku berbaring sebentar, bangkit, perlahan mengenakan pakaianmu, lalu membuka pintu dan melangkah keluar.

----------

Banyak orang di stasiun yang menatapku. Mungkin mereka belum pernah melihat seorang pria dengan wajah lebam, pakaian kusut, sedang menghitung uang untuk membeli tiket.

Aku duduk diam menunggu kereta.

Ini mungkin akhir dari segalanya.

Tiba-tiba aku teringat perkataan peramal buta itu. Perkataannya benar, aku seharusnya memberi dia lebih banyak uang pada saat itu daripada memperlakukannya seperti penipu dan mengusirnya.

Sayang sekali, aku bodoh sampai hari ini.

DUA JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang