39

53 3 0
                                    

Itu Lu Feng.

Aku berdiri di dekat pintu dengan tangan dan kaki yang dingin. Dari sini, aku bisa melihat dia di ruang terang, tapi dia tidak bisa melihatku di ruang gelap.

Wajahnya sangat lusuh, dia tidak bisa menyembunyikan rasa lelahnya.

"Tidak!". Sikap kaku Yichen tidak mencurigakan. "Kenapa kamu mencari kakakku?".

"Yichen, jangan berbohong padaku. Bagaimana mungkin dia tidak mendatangimu? Ke mana lagi dia bisa pergi?".

Ekspresinya terlihat membuatku berpikir dia merendah.

"Aku tidak bohong". Yichen melirik ke arah dapur dengan waspada, seolah-olah dia takut kalau aku akan keluar. "Kakakku marah padaku. Dia pergi ke Kota S sendirian dan tidak pernah kembali. Nomor baru ponselnyapun dia tidak memberitahuku".

Sebagian besar omongannya benar.

"Jika Xiaochen ada di sini, biarkan dia keluar menemuiku. Sekali ini saja".

"Sudah kubilang dia tidak ada di sini, dia tidak ada di sini!".

Keheninganku memberinya banyak dorongan. Dia mungkin mengerti bahwa aku tidak ingin keluar untuk menemui Lu Feng, dan sikapnya bahkan lebih sempurna.

"Percaya atau tidak terserah!".

Hanya ada mangkuk dan sumpit di atas meja, tidak diragukan lagi itu merupakan pertahanan ampuh.

Lu Feng melihatnya, sepertinya dia percaya. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi itu sudah pasti...

"Sangat masuk akal jika dia akan datang kepadamu... Hubungan kalian sangat baik...".

Yichen menjadi cemas. "Sejujurnya, aku telah melakukan kesalahan besar yang membuatnya sedih. Dia tidak ingin bertemu denganku seumur hidupnya, bahkan saat kepergiannyapun dia tidak mengucapkan apa-apa, aku mencarinya sampai gila. Sampai sekarang dia bahkan tidak memberiku kabar sedikitpun. Apa menurutmu dia akan kembali padaku?".

Yichen, aku minta maaf.

"Tidak mungkin… Aku pergi ke rumahmu untuk mencarinya… Dia tidak pulang… Dia tidak ada di sini… Lalu kemana lagi dia bisa pergi sendirian?".

"Mana kutahu? Kudengar dia pergi ke Kota S". Yichen berkata tidak sabar. "Jika kamu memiliki kemampuan untuk mencari di seluruh kota S, mungkin kamu bisa menemukannya".

"Aku sudah mencarinya, dia tidak ada di sana".

Yichen sedikit terkejut. "Kamu... Bagaimana kamu bisa tahu kalau dia ada di kota S...".

"Xiaochen dan aku bertemu di sana".

Yichen berkata. "Oh". Dia terdiam beberapa saat. "Jadi apa yang mau dilihat? Kakakku yang sekarang berbeda dari sebelumnya. Kamu bahkan tidak ingin menulis surat kepadanya, seharusnya sekarang kamu tidak usah menemuinya".

Lu Feng tercengang. "Dia berkata begitu? Bagaimana mungkin aku tidak menulis surat untuknya?! Aku telah menulis surat selama setahun penuh!".

"Kamu berbohong!". Yichen mengertakkan gigi. "Aku selalu menjadi orang pertama yang memeriksa kotak surat. Tidak pernah ada suratmu yang datang!".

"Bagaimana bisa aku mengirim surat ke alamat rumahmu? Kalau aku kirim ke sana sudah pasti surat itu tidak akan sampai ke tangannya! Setiap kali aku mengirim surat, aku selalu meminta tolong seorang teman pindahan dari Inggris ke Sekolah Xiaochen. Aku juga meminta agar surat balasan itu dikirim ke sekolah karena khawatir kalau dikirim ke rumah akan jadi masalah lagi. Tapi kenyataannya dia tidak pernah sekalipun merespon surat-suratku". Lu Feng berkata dengan menyedihkan. "Mungkin dia sadar, dia tidak ingin berurusan lagi denganku, dia pasti takut tuduhan orang-orang...".

DUA JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang