36

45 4 0
                                    

Aku mengeluarkan kunci dan cincin yang telah lama kusimpan di dalam laci terkunci itu.

Cincin perak usang itu sudah terlalu kecil, butuh banyak usaha untuk akhirnya bisa dipasangkan di jariku. Kelihatannya memang sudah tidak menarik, tapi aku tetap melihatnya dengan penuh kasih, seolah-olah dengan memakainya akan membawaku kembali ke masa ketika kita saling mencintai.

Ketika aku menghubungi Lu Feng, ternyata ponsel itu dinonaktifkan, panggilan akan dialihkan ke pesan teks otomatis. Akhirnya aku menghubungi nomor rumahnya, hasilnya sama saja, tidak ada yang menjawab.

Mungkin dia sedang tidak ada di rumah.

Keinginan untuk mengunjunginya masih sangat kuat. Tidak masalah jika dia tidak ada di sana, duduk saja sambil melihat-lihat.

------------

Ketika sampai di depan pintu, aku merasakan sedikit gugup saat memegang kunci, akibatnya butuh waktu lama untuk menyelaraskannya dengan lubang kunci.

Kunci pintu itu sangat bagus sehingga tidak mengeluarkan suara sama sekali saat dibuka. Aku menarik napas dalam-dalam, membuka pintu, dan melangkah masuk.

Satu langkah saja, sudah cukup bagiku untuk bisa melihat dua sosok yang terjerat di sofa Nordik itu. Untuk sesaat, aku mengira hanya halusinasi, tetapi... Salah satu punggung putih kekar dari kedua tubuh laki-laki itu jelas milik Lu Feng.

Aku tersentak dan mematung.

Mungkin aku harus melakukan sesuatu agar tidak terlihat terlalu kaget dan malu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain bingung.

Lu Feng-lah yang pertama kali mengangkat kepalanya, dia langsung membeku saat melihat tatapan bodohku. "Xiaochen?".

Suara itu menyadarkanku, aku langsung melepaskan tanganku yang masih memegang kunci yang masih tertancap di pintu itu, aku langsung berbalik dan berjalan cepat.

Aku tidak bisa berlari, jadi aku harus berusaha sekuat mungkin untuk berjalan cepat dan lebih cepat.

Seharusnya aku lebih banyak bersyukur karena aku tidak terguling untuk yang kedua kalinya saat menuruni tangga karena panik.

"Xiaochen, Xiaochen! Tunggu!".

"Dengarkan aku!". Genggaman Lu Feng begitu kuat membuat pergelangan tanganku terasa sakit seperti terkilir.

Aku memandangnya dengan panik.

Aku menunggu dia menjelaskan.

Sebenarnya, aku lebih menginginkan alasan yang masuk akal. Meskipun akhirnya aku bisa berpura-pura bodoh dan memercayai apapun, selama aku tidak terluka, semuanya akan baik-baik saja.

"Kupikir kamu tidak akan dan tidak mau datang, jadi aku mencari orang lain...".

"Lu Feng!". Aku memotongnya dengan tajam. Aku sangat pusing hingga pandanganku menjadi gelap. Aku menelan ludah supaya suaraku bisa keluar dengan jelas. "Jika kamu ingin mencari seseorang untuk bisa diajak tidur, aku memang bukan orang yang tepat. Sebaiknya cari orang lain saja"

Cincin itu terlalu ketat. Aku mengertakkan gigi sambil terus berusaha mencabutnya. Kulitku sudah memar, sampai akhirnya aku bisa melepasnya.

"Ini".

Karena dia tidak menerimanya, akibatnya aku melemparkannya dengan keras ke wajahnya.

Baik, semuanya sudah berakhir. Cincinku sudah aku berikan, juga kuncinya sudah aku berikan. Sekarang aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Tidak perlu lagi memikirkan cinta maupun benci di masa depan...

Bagus.

-----------

Badanku terus gemetar walaupun aku sudah sampai di tempatku. Aku langsung meringkuk di kamar tidur, tidak bisa berkata apa-apa.

Baik Zhusha maupun Tintin mengira aku gila.

Aku tidak masuk kerja selama beberapa hari tanpa alasan, sampai akhirnya aku harus menyerahkan surat pengunduran diri dihari pertama aku masuk.

"Aku melakukan hal yang tidak pantas". Aku hanya bisa tertawa dengan ekspresi datar.

"Kalau kurang nyaman kan bisa disesuaikan. Kalau mau pindah tempat bisa pergi menemui bos, dengan melihat persahabatanmu, rasanya itu bukan perkara sulit".

"Aku tidak punya persahabatan apapun dengannya". Bahkan berbicara dengannyapun terasa sangat sulit.

Urusan itu tidak bisa langsung melalui Personalia, harus ada tanda tangan dari pihak Manajer Umum. Karena ingin prosedurnya cepat selesai, jadi aku harus menemui Lu Feng bersama surat pengunduran diri.

Mengetuk pintu dan masuk. Dia sedang menerima panggilan, dari obrolannya seperti menjelaskan sesuatu dengan nada yang buruk. Ketika dia mendongak dia melihatku, dia terkejut. Setelah berkata beberapa kata, dia duduk tegak dan menatapku dengan gugup.

Aku tidak mengerti apa yang membuatnya gugup. Apakah dia takut kalau aku akan membuat keributan besar atau melakukan perlawanan di sana?

Aku bukan badut.

"Manajer Umum".

Ekspresi Lu Feng sedikit berubah.

"Setelah dibaca mohon ditandatangani". Aku mengasongkan surat pengunduran diri itu ke hadapannya dengan hormat.

"Yichen". Dia berkata dengan lembut, "Pria itu bukan siapa-siapa. Tidak ada hubungan apapun antara aku dengannya, kejadian itu sampai apa yang kamu lihat saja, tidak ada yang lain".

"Tolong tandatangani".

"Ini salahku, dan kamu tidak perlu mengundurkan diri. Ini tidak akan terjadi lagi di masa depan, aku janji. Jika kamu pindah bersamaku, aku akan mengganti semua perabotan jika kamu tidak keberatan".

Dari pemahamannya, sepertinya aku bertengkar karena cemburu.

Lu Feng, kamu tidak tahu bahwa kamu hampir membunuhku.

DUA JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang