35

52 3 0
                                    

Lagi-lagi Tintin dimarahi oleh Zhusha.

"Kamu dan bos membicarakan hal-hal indah sampai merasa terbang ke awang-awang! Lihatlah Yichen, yang tidak pernah terpengaruh oleh kehormatan, tidak seperti kamu! Terlahir sebagai karakter kecil, lahir terlebih dahulu, mati terlebih dahulu, akan selamanya berdiri di kedua sisi itu, tidak akan bisa menjadi orang besar!".

Tintin tampak bahagia setelah dimarahi. Dia suka kalau Zhusha memarahinya. Tidak peduli betapa agungnya seorang pria, dia pasti akan merendahkan dirinya jika di depan wanita yang dicintainya.

Setelah dimarahi, dia dengan senang hati keluar membeli yogurt untuk Ratu Zhusha.

Ketika tidak ada atasan selalu saja ada drama tidak jelas.

Zhusha duduk di mejaku bersama dengan gaun mahalnya. "Yichen, pulang kerja ikut aku makan es krim ya".

Aku bahkan tidak mengangkat kepala. "Kamu bisa baik kepadaku, bermurah hati jugalah kepada Tintin".

"Tintin payah tidak dewasa. Dia tidak semenarik kamu".

Itu karena kamu tidak terlalu dekat.

"Kenapa dia belum dewasa? Dia sudah mengejarmu begitu lama, aku sudah membaca banyak sekali buku tentang perempuan, jadi levelku setinggi dengan para pakar wanita". Aku tahu kalau Zhusha tidak memiliki pikiran jahat, hanya saja menganggap kalau Tintin itu hambar, ibarat membuang makanan yang tidak ada rasanya, Zhusha sangat berharap kalau Tintin bisa berkembang.

"Dia hanya tahu cara mengirim bunga dan mengajak makan malam. Hal lain dia tidak tahu".

"Sangat jarang loh orang yang selalu melakukan kedua hal itu. Apa lagi yang kamu inginkan?". Orang yang sudah melakukan seperti itu masih saja kurang. "Kamu ingin dia membunuh orang, membakar, atau meluncurkan satelit ke luar angkasa untuk kamu?".

Zhusha masih memasang ekspresi kesal. "Jalan dengannya, lama-lama juga membosankan. Tidak ada orang yang mau mencoba membawaku. Tidak ada tantangannya".

Ternyata performa laki-laki sesuatu yang diperebutkan.

"Ditempat kita lebih banyak pria daripada perempuan. Coba bayangkan kalau ada laki-laki yang bersaing untuk mendapatkan Tintin, baik tidak?". Aku sudah terlalu malas. "Eh omong-omong, bukan berarti tidak ada yang melakukannya. Kemarin, seorang gadis manis dari bagian penjualan menanyakan tentang Tintin kepadaku".

"Yang mana?". Zhusha tiba-tiba menjadi antusias.

"Apa yang dipanggil Xin? Itu adiknya si janggut. Terakhir kali aku lihat dia mendatangi si janggut, dia mengobrol dengan sangat menyenangkan bersama Tintin".

"Maksudmu si rubah itu kan?". Ekspresi Zhusha berubah antara gugup atau senang. "Yang matanya sayu, atau yang tidak punya kelopak mata itu?".

... Hampir mustahil menggambarkan gadis cantik selain dirinya.

Aku meninggalkannya sementara dia masih duduk di mejaku, merasa sangat bersemangat.

Ketika Tintin kembali dengan dua buah yogurtnya, dia mendapat kebahagiaannya. Zhusha mengambil yogurt itu, tiba-tiba berkata. "Malam ini kita nonton".

Tintin yang malang begitu sangat gembira sampai dia menggosok-gosokkan kedua tangannya, sepertinya matahari terbit bersamaan di empat penjuru bumi. Tintin yang biasanya terus mengikuti Zhu Sha, mengejar, mengajak dan memberi, tapi sekarang keadaannya berbalik.

----------

Dalam beberapa hari berikutnya, Tintin sangat bahagia. Aku melihat bahwa dia terlalu bodoh tapi aku merasa iri. "Kalian berdua, jangan membakar jembatan. Kalaupun kita terbang bersama, kalian biarkan aku hanya menggantung di pohon".

Seperti biasa, Tintin tersenyum bodoh. "Eh, Yichen, meskipun kamu masih muda, bukankah kamu seharusnya sudah cukup umur untuk membutuhkan cinta? Kenapa tidak ada usaha sama sekali?".

Anak ini akan jadi berisik kalau sedang bahagia.

"Aku takut kehilangan cinta". Ucapku dengan nada bercanda. Tapi itulah kenyataannya.

"Kenapa kamu takut kecelakaan tapi masih menggunakan kendaraan setiap hari?".

"Sakit dalam kecelakaan mobil akan cepat selesai. Sakit karena ditinggalkan bisa seumur hidup...".

"Melihatmu yang dingin, semoga tidak punya pikiran picik". Tintin menatapku dengan pandangan mengejek. "Kalau aku seperti kamu yang berpikir untung-rugi, sampai sekarang mungkin aku tidak bisa sekalipun menyentuh ujung pakaian Zhusha".

"Peluang hanya datang kepada mereka yang siap, dan kebahagiaan hanya datang kepada mereka yang memiliki keberanian". Anak laki-laki itu tiba-tiba berbicara dengan penuh percaya diri.

"Tintin...". Aku ragu-ragu. "Mantan kekasihmu... Meninggalkanmu, terus sekarang dia datang lagi lalu meminta kembali padamu. Kamu mau menerimanya atau tidak?".

"Kamu cinta dia tidak?".

Aku mengangguk.

"Bagus kan? Tak perlu bicara muluk-muluk lagi. Kalau dua orang sudah saling mencinta, kenapa tidak menerimanya?".

"Dia pernah tidak mencintaiku".

[Ada yang unik dari perbincangan ini, Tintin menyebut 'dia' 她 ( - Dia perempuan), sedangkan Yichen menyebut 'dia' 他 ( - Dia laki-laki). Karena pengucapannya sama, seolah-olah menjadi obrolan yang normal]

"Kamu mempermasalahkan ini, jadi kamu ragu?".

"Bukan karena ragu, hanya karena aku takut dia akan meninggalkanku lagi".

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu". Tintin menggelengkan kepalanya. "Kenapa masalah yang awalnya sederhana harus menjadi begitu rumit? Jika kita saling mencintai, bukankah menyenangkan jika kita bersama?".

"Sesederhana itu?".

"Memangnya tidak? Memang seberapa rumitnya?". Tintin menatapku dengan tidak percaya. "Kecerdasanmu ternyata rendah, kamu selalu berani memberiku asupan ginseng berkualitas tinggi setiap hari dan mengajariku cara mengejar Zhusha kan? Tidak heran kalau aku baru bisa mendapatkannya sekarang".

Pria yang tidak tahu berterima kasih ini...

Kata-kata Tintin belum cukup untuk meyakinkanku.

Tapi Lu Feng, aku ingin bertaruh lagi.

Mempertaruhkan sisa keberanian dan keberuntunganku.

Bisakah kamu memberiku kebahagiaan setelah aku putus asa?

DUA JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang