Prolog

2.2K 128 1
                                    

Sudut pandang: Flora

***

Sekarang aku terduduk dengan lemas di kursi penumpang. Mendengar berita bahwa aku akan dipindahkan ke sekolah asrama hari ini juga tentu membuatku sangat kesal, apalagi asrama itu dikenal dengan kedisiplinan dan keketatannya.

Sudah berkali-kali aku mencoba untuk membujuk Ayah dan Ibuku, tapi mereka bilang ini semua demi kebaikanku. Katanya, agar sifatku berubah. Doakan sajalah.

Aku menghela nafasku saat melihat gedung sekolah tempat aku dipindahkan sudah di depan mata. Sekali lagi, aku mencoba menunjukkan ekspresi memelasku kepada kedua orang tuaku. Namun mereka hanya membiarkanku lalu menggandengku untuk ikut masuk.

Kini, aku berada di ruangan kepala sekolah. Ayah ingin berbicara dengan kepala sekolah, sekaligus menjelaskan tentang bagaimana sistem yang berlaku di asrama ini.

"Jadi, saya mohon Pak. Awasi anak saya di setiap gerak geriknya, karena ini sudah keberapa kalinya saya memindahkannya ke sekolah baru. Asrama ini adalah harapan terakhir saya"

Mendengar itu, tentu saja aku tidak terima. Apa-apaan maksudnya? Mengawasiku setiap hari, memangnya aku ini tahanan? Namun aku tidak bisa protes karena Ibuku sudah melotot ke arahku.

"Bapak jangan khawatir, asrama kami sudah banyak menerima murid yang seperti anak Bapak. Sesuai permintaan Bapak, saya akan mengutus salah satu anggota OSIS untuk mengawasi anak Bapak sekaligus menjadi teman sekamar anak Bapak agar bisa diawasi setiap saat"

Flora memutar bola matanya malas, cobaan apa lagi ini. Ia hanya ingin bebas, kenapa malah begini?

"Ah, baguslah. Kalau gitu, kamar anak saya di mana Pak? Hari ini kan anak saya mulai masuk ke asrama?" Tanya Ayah Flora.

"Ya, anak Bapak bisa masuk ke asrama mulai hari ini. Sedangkan untuk mengikuti pelajaran, bisa dimulai seminggu setelah beradaptasi. Anak Bapak akan dipandu oleh anggota OSIS yang saya utus tadi" Tutur kepala sekolah itu. Ah, membuatku kesal saja.

"Kalau begitu, boleh saya lihat yang mana orangnya?"

Kepala sekolah itu tersenyum ramah, "Tentu. Sebentar ya Pak, saya akan panggilkan orangnya ke ruangan ini" Lalu, ia meninggalkan ruangan sebentar.

Saat kembali, mataku menangkap sesosok gadis berambut pendek. Sepertinya ini yang dimaksud oleh kepala sekolah. Dan sepertinya, gadis ini sebaya denganku. Atau malah, lebih tua? Tubuhnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tubuhku.

"Perkenalkan, saya Fayra Jatmika Janardana."

Aku melihat gadis itu memperkenalkan diri dengan memperlihatkan senyuman manisnya. Tetap saja, aku masih sebal dengan semua ini. Tapi kelihatannya, gadis ini gampang tertipu. Jalanku untuk membolos tidak akan sulit sepertinya.

"Wah, cantik anaknya ya," puji Ibuku terhadap gadis itu. Ya memang benar sih, gadis itu rupawan, senyumnya manis pula.

"Baiklah, terimakasih kalau begitu Pak. Saya pamit, saya mau mengambil barang anak saya di mobil dulu"

"Iya, silakan Pak. Bapak bisa mempercayai anak bapak ke Fayra, dia ini sangat bisa diandalkan. Saya juga pamit Pak, ada seminar sebentar lagi," pamit Kepala Sekolah sambil menjabat tangan Ayahku.

Aku pun memandang gadis itu intens. Saat aku sedang memperhatikannya, ia tiba-tiba melihat balik ke arahku lalu tersenyum ramah dan melambaikan tangan. Tentu saja aku kaget, aku pun mengalihkan pandanganku.

***

"Salam kenal, Flora. Semoga kita bisa temenan sampe akrab ya"

***






Camaraderie || Freflo AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang