###
Jam masih menunjukkan pukul 4 pagi, namun Fayra sudah mulai melakukan aktivitasnya. Flora? Gadis itu masih terlelap di kasurnya. Ia sempat memeriksa kamar Radeva, namun ternyata sama saja. Malah dengkuran Radeva terdengar dari luar kamar.
Fayra bingung akan melakukan apa, baik Flora maupun Radeva masih sama-sama terlelap di dalam tidur mereka.
Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat secangkir teh dulu di dapur guna menghangatkan tubuhnya. Cuaca di luar dingin, wajar saja sih. Ini masih pagi.
Setelah selesai membuat minuman, ia berjalan ke arah sebuah ruangan. Seperti yang saya bilang kemarin, mereka menginap di rumah keluarga Fayra yang kosong. Fayra, Radeva beserta orang tuanya pernah tinggal di sini saat Fayra masih duduk di bangku SD.
Ia menuju ruangan yang penuh dengan alat-alat musik milik Radeva. Ada juga piano lama milik Fayra. Fayra menaruh teh miliknya di meja, lalu membersihkan pianonya yang penuh debu itu.
Ia pun membuka tutup yang menutupi tuts piano itu, lalu iseng menghidupkannya. Ternyata piano itu masih berfungsi. Fayra tersenyum lebar, lalu mengambil kembali teh yang ia letakkan di meja kecil tadi.
Ia lalu duduk di kursi piano, dan menyeruput tehnya sebelum mulai bermain. Ia membuka lembaran nada yang ternyata masih tersimpan rapi.
Dengan lihai jari jemarinya memainkan salah satu karya Beethoven, Turkish March. Dirinya memang menggemari Beethoven, maka tak heran jika ia menguasai karya-karya milik Beethoven.
Dirinya terkejut, ternyata ia masih lihai memainkan musik klasik. Karena, ia sudah jarang memainkan piano, apalagi memainkan musik klasik. Selama ini ia hanya menggunakan gitar di sekolahnya.
"Fay?"
Fayra melonjak kaget saat seseorang memanggil namanya, tangannya tak sengaja menghantam tuts piano miliknya yang tentu saja menghasilkan bunyi.
"Eh, Flo? Kok bangun?"
Flora berjalan mendekati Fayra, lalu duduk tepat di sebelah Fayra. Kursi piano itu memang muat untuk dua orang, jadi mereka tak merasa kesempitan sama sekali.
"Denger bunyi piano, jadi kebangun" Ungkap Flora, matanya menatap kepada sekumpulan tuts piano yang berada di depannya.
"Eh, nembus? Maaf ya udah ganggu tidur kamu" Ucap Fayra, merasa tak enak hati setelah mengganggu waktu tidur gadisnya. Ralat, calon gadisnya.
"Gapapa, aku emang mau bangun jam segini kok" Jawab Flora, jari jemarinya mulai menyentuh tuts piano.
Fayra hanya diam, penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Flora. Apakah gadis itu juga ahli bermain piano?
Terdengar alunan melodi salah satu karya Beethoven, Für Elise. Ternyata, Flora juga pandai memainkan piano. Dirinya dulu pernah mengikuti les piano, atas perintah orang tuanya. Namun, ia berhenti saat duduk di bangku SMP. Piano membosankan, begitulah alasan yang ia berikan kepada orang tuanya.
"Kamu bisa main klasik juga, Flo?" Mata Fayra berbinar, kekaguman terhadap Flora terlihat jelas di wajahnya.
"Biasa aja kali Fay. Aku dulu pernah les piano" Ungkapnya.
Fayra mengangguk paham, "oh, gitu ya. Sama, aku juga. Kamu suka pianis yang mana?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Fayra, Flora hanya tersenyum lalu bersiap untuk memainkan piano milik Fayra lagi.
Alunan melodi mulai mengalir dari piano, membuat Fayra berusaha menebak siapakah yang dimaksud oleh Flora.
Ia mengangkat telunjuknya saat mendengar melodi piano yang tidak asing. "OH! Chopin ya? Aku juga suka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie || Freflo AU
FanfictionBerawal dari Flora, gadis yang selalu berbuat onar di sekolahnya sampai akhirnya orang tuanya memutuskan untuk memindahkan dia ke sekolah asrama yang bisa terbilang ketat. Orang tuanya berpesan kepada pihak sekolah untuk mengawasi anaknya tersebut. ...