26. Kafe

669 74 6
                                    

***

Fayra berjalan riang dengan dua minuman di genggamannya, ia tersenyum senang saat membayangkan bagaimana rencananya berjalan siang nanti.

Saat sampai di kursi taman, Fayra menyerahkan satu minuman kepada Flora.

"Nih, Kak! Susu coklat biar kamu tinggi" Fayra melemparkan candaan lalu tertawa sebelum mendudukkan dirinya di samping Flora.

Namun, Flora malah bangkit dan menyerahkan kembali minuman tersebut. Tak disangka, Flora malah melempar jaket milik Fayra hingga menutupi wajah Fayra.

"Gue pergi" ketus Flora sebelum berbalik badan.

Fayra tentu panik mendengarnya, ia menyingkirkan jaket itu lalu berdiri dan menahan lengan Flora dengan tergesa-gesa.

"Mau kemana? Kita belum makan siomaynya loh"

Flora menghempaskan tangannya hingga terlepas dari genggaman Fayra, lalu berjalan meninggalkan Flora.

Tentu tidak semudah itu, Fayra mengejar gadis itu lalu kembali menahannya.

"Kak-"

Flora menarik kasar lenganny yang digenggam oleh Fayra, "lepasin! Biarin gue sendiri" bentaknya, lalu mendengus kesal dan pergi dengan perasaan jengkel.

Fayra mematung, tak tahu harus bagaimana dengan situasi ini. Ah! Ia harus mengambil siomay dan motornya segera, lalu menyusul Flora sebelum gadis itu tersesat. Ia pun memakai jaket yang dilempar oleh Flora, kemudian berlari menuju gerobak siomay.

"Mang! Boleh tolong dibungkus gak?" pinta Fayra kepada penjual siomay itu.

Penjual tersebut melempar tatapan heran, "hm? Boleh boleh. Kok panik gitu, kenapa? Teteh cantik tadi kemana?" tanya penjual itu.

"Itu dia, Mang! Dia marah sama aku, tapi aku gatau kenapa. Terus dia tiba-tiba kabur, masalahnya dia kan gatau seluk beluk Bandung, Mang!" ungkap Fayra, kekhawatiran terlihat jelas dari caranya berbicara.

Penjual itu mengangguk lalu tersenyum kecil, ia lalu menyerahkan kantung plastik berisi dua bungkus siomay.

"Fay, kamu sama Yori tadi teh ngapain?"

Fayra tertegun sejenak, "ngobrol ...?" jawabnya.

"Tadi, teteh cantik itu merhatiin kamu sama Yori terus. Mamang juga liat pas kamu peluk Yori" Penjual itu membeberkan semua yang ia lihat.

Fayra terdiam. Mungkin saja, Flora melihat aksi Yori yang mengagetkannya. Sekarang, ia tahu alasan Flora marah kepadanya. Ia harus menjelaskan hal itu secepatnya, karena ini bisa mengacaukan rencananya. Bahkan, bisa saja gagal sepenuhnya hanya karena hal ini.

"Sekarang, kejar gih. Sayang loh Fay kalo dilepasin"

"Gak akan Mang!" ucap Fayra dengan spontan, ia lalu mengeluarkan selembar uang berwarna biru. "Fayra cabut dulu! Makasih ya Mang!" pamitnya sebelum berlari kencang menuju tempat parkir.

"Eh Fay! Kembaliannya nih!" pekik penjual itu, namun tidak membuahkan hasil.

"Rejeki nih, Alhamdulilah"

Camaraderie || Freflo AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang