7. Marah?

893 109 11
                                    

***

Suasana di kamar begitu dingin, biasanya Fayra akan mengomelinya ketika membuat ulah. Tapi kali ini, entah mengapa dia diam saja saat mengobati luka di lutut Flora.

Flora menarik nafasnya, "Fay, lu marah?" tanyanya.

Namun, Fayra hanya diam. Ia hanya fokus dengan luka yang ada di lutut Flora.

Flora menghela nafasnya, ia tidak tahu harus apa. Baru kali ini Fayra mendiaminya.

"Fay, lu laper ga?" Flora mencoba mengajak Fayra berbicara.

Fayra menggeleng pelan, "kalo lu laper, ada lauk di meja," jawabnya dengan dingin, tidak lembut seperti biasanya.

Tapi bukan ini maksud Flora menanyakannya. "Ga, gue ga mau makan kalo ga ada temen."

Fayra menghela nafasnya, tentu saja ia tidak tega. Namun ia masih jengkel, nama baiknya bisa tercoreng jika Flora terus-menerus membuat ulah.

"Mau temenin gue?" tanya Flora ragu-ragu. Sejujurnya, Flora sangat jarang mengajak duluan. Selalu Fayra yang mengajaknya atau menawarinya.

Fayra mengabaikannya, lalu menutup luka di lutut Flora dengan plester. Setelah itu, ia bangkit lalu naik ke ranjangnya.

Flora menatap Fayra yang memainkan ponselnya di kasur. Ia menghela nafas, ingin meminta maaf namun gengsi.

Ia lalu meletakkan kepalanya di atas meja, menatap kantung yang mungkin isinya makanan. Namun ia tidak berselera untuk makan.

Fayra daritadi memperhatikannya. Memang, ia tidak bisa mendiamkan Flora lama-lama. Entahlah, mungkin dirinya sudah terlanjur memiliki perasaan lebih terhadap Flora.

Dirinya menghampiri Flora, lalu duduk di bangku sebelahnya. Dagunya bertumpu di telapak tangannya, menatap intens ke arah Flora.

"Makan, Kak. Lu laper kan?"

Flora yang tengah melamun itu pun langsung duduk tegap dan beralih ke Fayra yang sedang menatapnya.

"Lu?"

Fayra menggeleng, "kenyang."

Flora pun mengambil kantung plastik yang tak jauh dari tangannya, lalu membuka kotak yang terdapat dalam plastik itu. Seperti dugaannya, ini makanan.

Ia pun mulai menyantap nasi kotak itu dengan lahap, tampak sekali bahwa dirinya sedang lapar.

Fayra secara tidak sadar tersenyum saat memperhatikan Flora yang memakan makanannya. Lucu, pikirnya.

Mata milik Flora tak sengaja menangkap raut wajah Fayra yang menampilkan senyuman, "kenapa senyum? Mau?" tawarnya sambil berancang-ancang untuk menyuapkan Fayra.

Karena Flora sudah menyodorkan sendok di depan mulutnya, mau tak mau Fayra harus menerimanya. Ia menerima suapan dari Flora, membuat Flora tersenyum simpul.

"Ini dapet darimana Fay?" tanya Flora sambil melanjutkan makannya.

"Konsum buat OSIS, tapi tadi gue udah makan," jawab Fayra.

Camaraderie || Freflo AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang