19. Masa Lalu

736 101 7
                                    

***

Adel dan teman-temannya sudah menyusuri sekolah, namun tak kunjung menemukan keberadaan Flora.

Saat ia sedang terduduk, seseorang menghampirinya.

"Gimana? Udah dapet kabar?" Tanya Fayra, ia panik. Selesai pertandingan, ia langsung pergi untuk mencari Adel. Bahkan bajunya belum ia ganti.

Adel menggeleng lemah, menjawab pertanyaan Fayra.

Fayra mengusap wajahnya kasar, mulai merasa frustasi. Tiba-tiba, ia teringat dengan suatu tempat.

"Kalian udah coba cek gudang belakang?"

Adel mendongak, lalu menggeleng. "Bukannya dikunci?"

Fayra terdiam, di dalam pikirannya terdapat satu nama. Norman, ia bertanggungjawab memegang kunci gudang belakang. Tiba-tiba, ia kembali teringat kata-kata Norman kemarin.

Jantungnya berdegup kencang, pikirannya mulai kacau memikirkan keadaan Flora sekarang.

"Ayo cek sekarang"

***

Fayra, Adel, Olla, Oniel dan Lulu akhirnya tiba di depan pintu gudang tersebut.

Samar-samar terdengar suara ringisan perempuan di dalamnya, Adel pun menendang pintu tersebut.

Terlihat Flora yang tengah diikat di sebuah kursi, dikelilingi oleh Norman dan antek-anteknya.

"Wah wah, pahlawan kesiangan datang ceritanya?" Ejek Norman sambil bertepuk tangan.

Adel tanpa ragu langsung menghajar beberapa anak buah Norman yang menghalanginya. Namun anak buah Norman lumayan banyak, itu cukup membuatnya kesulitan. Beruntung ia membawa teman-temannya juga.

"Lu berubah drastis, Man" Ujar Fayra sambil menatap tajam ke arah Norman.

"Berubah apanya? Lagian gue cuma nepatin omongan gue kemarin, toh? Lu sok nolak, ya ini akibatnya" Norman membantah tuduhan Fayra yang memang benar adanya. Ia lalu menunjukkan senyum penuh kemenangan, membuat Fayra makin merasa dongkol.

"Lepasin, dia ga terlibat. Lu kekanakan"

Norman malah tertawa mendengarnya, "Gabisa dong, dia terlibat karena udah berhubungan sama lu"

"Gue tau, lu aslinya ga gini Man. Ke mana Norman yang gue kenal?"

Norman menggeram, "Jangan sotoy, Norman yang itu udah mati dari lama asal lu tau"

Fayra menghela nafas sambil melangkah, mengikis jarak antara ia dan Norman. "Gue bakal kasih apa yang lu mau, asal lu jangan ganggu dia lagi"

Norman menyeringai, "kalo gue minta lu buat berhenti dari organisasi?"

Norman memang pandai memanfaatkan situasi. Ia tahu, bahwa saingannya hanyalah Fayra. Maka dari itu, ia ingin sekali menyingkirkan Fayra. Walaupun harus menggunakan cara yang licik, asalkan kehendaknya berjalan.

Fayra menghela nafasnya. Ia sedikit tidak rela jika harus keluar begitu saja, terlebih lagi ia sudah mengikuti kegiatan organisasi ini dari SMP.

Camaraderie || Freflo AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang