6. Harapan sia-sia

2K 34 3
                                    

Suatu saat, Celina pergi berlibur bersama Calven di pulau seberang. Namun, tak hanya mereka saja melainkan Mikhael pun turut serta dalam liburan tersebut.

°Pulau Seberang Barat°

"Kakak tidak perlu mencemaskan aku, aku mendapatkan pendidikan terbaik di akademi militer. Itu semua karena kemurahan hati dari yang mulia Grand Duke." Ucap Calven yang sedang mengayuh sampan berdua bersama Celina.

"Aku turut bahagia, jika kau begitu menikmati pendidikanmu. Aku harap, kau memiliki masa depan terbaik."

"Tentu saja kak, setelah pendidikan militerku berakhir, aku akan segera menjemput kakak dari duchy milik yang mulai Grand Duke." Ucap Calven antusias, tanpa tahu, jika Celina bahkan tak bisa pergi kemanapun tanpa seijin dari Mikhael.

"Ah, kakak, beberapa bulan yang lalu, aku bertemu dengan Deego. Ternyata dia sudah menjadi seorang Viscount."

"Deego?" sontak aliran darah Celina terasa begitu mendidih. Tatkala mengingat mantan tunangan laknat yang telah menjadikannya jaminan hutang piutang ayahnya.

"Kuharap kau tidak perlu mengenalnya lagi, pria bajingan itu! " Ucap Celina mengumpat.

"Benar kak. Aku bersyukur kakak sudah putus dengan Deego. Karena waktu itu, aku melihatnya bersama seorang wanita, mereka terlihat cukup mesra."

"Ya, pria itu memang bajingan. Calven, bisakah kau menjaga rahasia, dan kakak harap kau tidak bicara dengan siapapun termasuk yang mulia Grand Duke." Ucap Celina setengah berbisik.

"Apakah hubungan kakak bersama yang mulia tidak baik?"

"Calven, dengarkan aku, kau harus berhasil dan buktikan janjimu padaku, jika kau akan membantuku untuk pergi dari tempat ini."

"Aku tidak akan bertanya banyak, karena kakak tentu memiliki alasan tersendiri atas keputusan kakak saat ini. Namun, kuharap kakak tidak menahannya sendiri, jika kakak berada di situasi yang sulit."

"Calven, kuharap kau memiliki masa depan terbaik." Keduanya pun saling berpelukan.

Dari sebuah gazebo, Mikhael memandangi Celina dengan saksama. Entah mengapa, senyuman tulus Celina pada Calven membuat suasana hati Mikhael tak karuan.

"Tidakkah wanita itu memiliki dua kepribadian, Ian?" ucap Mikhael.

"Apakah maksud Tuan, karena nyonya Celina jarang tersenyum lepas pada tuan?"

"Bahkan tidak pernah sakalipun. Jikalaupun tersenyum, sudah pasti itu hanyalah formalitas tanpa ketulusan."

"Apakah sekarang tuan ingin nyonya tersenyum tulus pada Tuan?"

"Aku tidak yakin, dan aku juga tidak tahu."

Setelah beberapa saat kemudian...

Mereka pun makan siang bersama di gazebo, dengan hembusan angin sejuk di bibir danau.

"Apakah makanan ini tidak sesuai dengan seleramu?"tanya Mikhael dan tatapannya mengarah ke Celina.

"Tidak, Tuan. Makanan ini sangat lezat." Balas Celina singkat.

Lagi-lagi, perasaan Mikhael dibuat tak karuan, tatkala Celina hanya menjawabnya dengan datar. Mikhael seakan mendambakan tutur kata manis penuh kehangatan dari Celina.

"Celina, apa kau begitu membenciku?" tanya Mikhael dengan tiba-tiba.

"Tuan, aku tidak membenci tuan." Balas Celina dengan ekspresi yang sama.

"Tidakkah kau bisa bicara lebih hangat lagi padaku?"

"Maaf, aku kurang mengerti inti dari ucapan tuan." Celina terlihat bingung dengan sikap dari Mikhael hari ini.

Bayar dengan Tubuhmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang