22. Tak mampu tanpamu sayang

1K 39 3
                                    

Mansion Kediaman Selir Celima Bellroze°

Ketika Mikhael tiba, semua pelayan hanya menunduk tak berani menatap wajah sang tuan besar mereka.

"Jika terus seperti ini, aku cemas jika Yang mulia akan kembali ke amarah yang dulu.." ucap kepala pelayan pada Ian, yang kala itu duduk di ruang tamu.

"Ya, aku pun begitu, bibi. Yang mulia sudah cukup bersabar dengan semua sikap dari duchess." Balas Ian.

Kepala pelayan sudah berada disisi Mikhael, bahkan sejak Mikhael masih di dalam kandungan Mrs. Gonzalez. Karena keluarga Jimitrie, merupakan pelayan turun temurun dan terbaik.

Sementara Ian, sudah mengenal Mikhael sejak mereka masih kanak-kanak. Orang tua Mikhael dan Ian merupakan rekan yang baik hingga ke generasi Mikhael. Ia juga turut serta dalam perang bersama Mikhael.

Sementara di dalam kamar Celina,

"Mengapa kau hanya diam saja dengan semua tindakan kejam dari Luna, Celina?" tanya Mikhael penuh kecemasan, sembari terus menggenggan tangan Celina.

"Aku hanya tidak ingin pekerjaan tuan terganggu. Lagipula, ini hanya masalah kecil, Tuanku." Ucap Celina dengan tersenyum kecil.

"Tidak, sayang. Jika terjadi sesuatu yang lebih buruk, maka aku tidak akan memaafkan diriku sendiri."

"Aku bisa mengatasinya, Tuanku." Ucap Celina.

"Sayang, mengapa kau terus menghindariku, apa yang sebenarnya terjadi? Kau sungguh membuatku cemas.." ucap Mikhael yang bersikap manja pada Celina.

"Aku hanya tidak ingim fokus anda terganggu. Aku juga sedikit sibuk dengan urusan wilayah Barat II. Kemungkinan, akhir bulan depan, aku harus pergi ke wilayah Barat II."

Mikhael tidak menyukai kepergian Celina ke wilayah Barat II, karena tentunya akan bertemu dengan Petra. Namun, Mikhael jauh lebih takut, jika Celina marah padanya dan lebih acuh tak acuh. Mikhael sudah benar-benat jatuh cinta pada Celina.

"Tidak bisakah kau berhenti saja dari jabatamu di wilayah Barat II?" pinta Mikhael.

"Tentu saja, tidak Tuanku. Aku harus melakukan tanggungjawabku, dan membalas semua kemurahan hati Yang mulia Kaisar, bukan?"

"Ya, aku percaya padamu. Aku akan sabar menantimu, dan kau cukup fokus pada pekerjaanmu selama di sana." Ucap Mikhael, yang tentu saja tidak semudah itu melepaskan kepergian Celina.

"Terima kasih, Tuanku. Aku juga akan pergi ke wilayah perbatasan, tempat saudaraku berada."

"Ya. Lekaslah kembali dengan selamat." Ucap Mikhael.

Malam itu, Celina lagi-lagi lolos dari Mikhael. Mikhael bahkan bersikap jauh lebih lembut.

•••

Tibalah hari kepergian Celina bersama Mila dan Arnold.

"Lekaslah kembali, sayangku." Ucap Mikhael lalu mendekap Celina di hadapan semua orang, bahkan mengecup kening juga bibir Celina.

Semua yang berada di sana hanya mampu menunduk, bahkan Luna pun harus menyaksikan langsung pemandangan mesra itu dari tirai jendela mansionnya.

"Sampai jumpa, Tuanku." Ucap Celina, lalu mereka pun beranjak pergi.

Mikhael melambaikan tangannya sembari tersenyum, lalu sesaat ekspresi wajahnya berubah dingin.

"Ian, pastikan semua yang mereka lakukan dilaporkan langsung padaku." Ucap Mikhael, seolah mengetahui sesuatu tentang Celina.

"Yang mulia, Nyonya sedang mengamuk bahkan hendak melukai dirinya sendiri.." ucap salah seorang dayang dengan tergesa-gesa.

"Benar-benar wanita merepotkan." Ucap Mikhael, dan bergegas menuju mansion kediaman Grandduchess.

Mansion Kediaman Grandduchess Laluna De Gonzalez°

"Selamat pagi, Yang mulia." Ucap salah seorang pelayan menunduk , dan terlihat bekas memar di area tangannya.

Setiba Mikhael di kamar milik Luna, semua terlihat sangat berantakan dan dayang Jean sudah dengan posisi duduk di lantai.

Di tangan Luna terdapat sebuah cambuk, yang digunakan untuk menyiksa para dayang beserta pelayan ketika suasana hatinya sedang kacau balau.

"Sejak awal, bukankah sudah berulang kali kukatakan, aku paling benci ada tindak kekerasan di kediamanku. Namun, kau selalu saja bertindak sesuka hati." Ucap Mikhael yang sudah kepalang marah.

"Kau hanya memperhatikan selir rendahan itu, dibandingkan diriku yang seorang duchess! Kau kejam, Mikhael.. Aku terus menantikanmu, namun kau tetap acuh tak acuh!" Jerit histeris Luna.

"Sejak awal, sudah kukatakan, aku tidak akan pernah mencintai wanita keji sepertimu." Ketus Mikhael.

"Ah, apakah kau ingin mengatakan, jika kau sudah jatuh cinta pada wanita itu!"

"Ya, aku memang sudah jatuh cinta padanya sejak lama. Celina adalah istriku yang sah, namun kaulah yang menjadi benalu." Tegas Mikhael, sungguh membuat perasaan Luna begitu hancur.

Ahahhaa... Luna terbahak sambil menangis penuh amarah.

"Kau bilang jatuh cinta? Bagaimana bisa kau mengatakan cinta pada wanita yang telah ayahnya telah kau bunuh! Kau sangat konyol Mikhael. Tidak bisa kubayangkan, apa jadinya jika Celina mengetahui kebenaran ini.." ucap Luna mengancam.

"Tutup mulutmu, Luna!" Mikhael pun tersulut emosi, ketika Luna mengungkit penyesalan masa lalunya.

"Tidakkah kau cemas, jika ternyata wanita yang kau percaya, pada akhirnya memutuskan untuk mengkhianatimu? Mikhael, apakah kau sungguh tidak tahu, seberapa besar rasa cinta saudaraku pada Celina?"

"Apa maksudmu? Kau benar-benar sudah hilang akal sehat, Luna."

"Saat ini, Celina akan segera berjumpa dengan saudaraku, Grand Duke Petra. Petra bahkan menjadi calon pewaris tahkta ayahku, Kaisar masa depan. Tentunya, mereka akan menjadi pasangan serasi, bukan?"

Bughh. 

Mikhael akhirnya tidak tahan, hingga memukul tembok tepat di samping kepala Luna berada.

"Sekarang kau sudah berani hendak memukul wajah seorang duchess, hanya karena selir yang bahkan sudah mengkhianatimu!" jerit histeris Luna.

"Jaga mansion ini, jangan biarkan duchess keluar barang sejengkal. Duchess sedang tidak sehat akal pikiran dan jiwanya. Akan berbahaya, jika sampai melukai orang lain lagi." Titah Mikhael pada para knight.

"Baik, Yang mulia."

***

Mikhael datang mengunjungi pamannya, samg Kaisar Edward De Romeos.

Istana Kaisar Edward De Romeos°

"Tinggalkan aku bersama Grand Duke." Ucap Kaisar Edward pada para bawahannya.

"Baik, Yang mulia."

Tinggallah Kaisar bersama Mikhael, duduk berdua di area taman Istana sembari menikmati kudapan siang.

"Ada apa, anakku, Mikhael?" tanya Kaisar, yang ingin komunikasi diantara mereka layaknya keluarga, ketima sedang berdua.

"Paman, sepertinya, Celina sudah mengetahui kejadian di masa perang terakhir itu.." ucap Mikhael dengan wajah penuh rasa cemas.

"Karena rahasia tidak akan selamanya dapat disembunyikan, bukan?" balas Kaisar dengan tersenyum.

"Bahkan, sekalipun aku mengatakan kebenaran dibalik tindakanku pada paman Bellroze, Celina tetap akan sangat membenciku.. Karena, Celina akan melakukan hal apapun demi kebahagiaan keluarganya.." ucap Mikhael yang kini bersusah hati.

"Bertindaklah sebagai seorang pria sejati, dan bertindaklah hati-hati agar tidak membuatmu menyesal dikemudian hari."

"Paman, aku sangat menyesali keputusanku, aku bahkan tidak berani mengangkat pedangku lagi.." ucap Mikhael dengan hati yang kalut.

Bayar dengan Tubuhmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang