Kütahya, 6 Januari 2022
Kali ini saya ingin menuliskan tentang cerita yang saya dapatkan ketika pulang dari liburan saya di Bursa. Ketika saya mau pulang dan lupa dengan durak (tempat pemberhentian) mana yang harus saya datangi. Ini karena Bursa merupakan kota besar yang bus kotanya itu memiliki kode yang banyak sekali, sampai nomor 100 mungkin. Nah, dari banyaknya bus itu masing-masing memiliki rute yang berbeda-beda pula. Memang kita biasanya untuk melihat bus mana yang harus dituju, kita memakai aplikasi MOOVIT, tapi kan adakalanya salah atau tidak maksimal, dan membuat kita ragu. Terlebih lagi, jarak antara kota ke otogar itu cukup jauh. Nah, untungnya waktu itu saya bertemu dengan orang yang baik banget yang mau nunjukkin saya bis mana yang harus saya tuju, kebetulan dia mau ke otogar (terminal). Dengan bekal Bahasa Turki sedikit, saya bisa sedikit mengobrol dengan dia.
Saat bis datang, akhirnya kami naik di bus yang sama dan duduk bersebelahan. Kami turun dari bus jam 10 yang merupakan jadwal berangkat bus selanjutnya. Jika tidak dapat, maka harus menunggu bus selanjutnya lagi setidaknya sejam. Maka dari itu, kami langsung turun dan lari ke loket tiket. Nah, karena saya orang asing jadi pengurusannya agak lama karena harus kasih passport dan nomor HP yang saya belum hafal (No turki). Sama abi (sebutan untuk orang yang lebih tua) nya didaftarin dengan nomor dia coba biar cepat! MasyaAllah dia niat banget membantu saya yang notabene baru dia kenal sejam yang lalu.
Ketika bus sudah jalan sedikit, kami berdua lari dan berteriak meminta tunggu. Alhamdulillah bus berhenti dan kami mendapat seat yang bersebelahan. Dia se-bus dengan saya karena kami satu rute walaupun tujuan kotanya berbeda. Saya pulang ke Kütahya, sedangkan dia pergi ke Afyon untuk menjenguk kedua orang tuanya yang katanya sedang sakit.
Dari sinilah obrolan saya dengan dia berlanjut. Obrolan saya makin panjang karena dia bisa Bahasa Inggris juga. FYI, orang Turki yang bisa Bahasa Inggris sangatlah sedikit. Mereka full pakai Bahasa Turki. Kalaupun bisa, benar-benar pas-pasan. Ini tidak berlebihan, memang inilah yang kami rasakan sebagai pendatang. Dari sini juga saya tau bahwa dia merupakan lulusan Istanbul University fakultas hukum. Oalah pantes! Orang pintar ternyata. Waktu itu saya memuji beliau dengan bilang, "Oh, you are so smart and helpfull!".
Awal obrolan terkesan santai, dia bercerita bahwa temannya ada yang menikahi orang asal Indonesia. Baru saja sekitar dua bulan yang lalu. Katanya, keduanya bertemu di Taiwan lalu akhirnya mulai menjalin hubungan serius dan akhirnya menikah. Ini berarti kemungkinan dia ini merupakan fresh graduate.
Kemudian obrolan pun berlanjut, dia merupakan seorang penggemar sepakbola walaupun akhir-akhir ini jarang mengikuti info terkait itu. Saya yang juga merupakan seorang penggemar fanatik sepak bola pastilah nyambung dengan obrolan tentang ini. Ya namanya juga Ari Bola 😅. Salah satu ambisi saya di Turki ini juga untuk menemui Ozil dan Balotelli. Lagipula, penggemar sepakbola mana yang gak kenal merka. Saya bilang ke dia bahwa kita sebagai orang Indonesia dari dulu sudah mengenal baik liga Turki. Apalagi ketika nama-nama besar seperti Didier Drogba, Wesley Sneidjer bergabung dengan Galatasaray FC. Tim yang dulu pernah merajai sepakbola Turki. Kita-kita juga sebagai anak PS, kadang main pakai Galatasaray atau Fenerbahce yang cukup terkenal juga dengan bergabungnya Roberto Carlos. Saya juga bilang ke dia, kalau berbicara tentang sepakbola Turki, maka saya pribadi akan ingat satu nama, yaitu Nuri Sahin. Pemain asal Turki yang pernah direkrut oleh tim jagoan saya, Real Madrid. Walaupun hanya sebentar, namanya tentu masih diingat oleh sebagian fans Madrid termasuk saya. Sedangkan dia berbicara tentang satu pemain yang sangat dikenal penduduk Turki, Arda Turan. Pemain yang bersinar di tim Atletico Madrid sampai akhirnya meredup ketika bergabung dengan Barcelona.
Kemudian, dia berbicara tentang masa keemasan sepakbola Turki, yaitu pada tahun 2002 saat mereka berhasil menembus Semi final Piala dunia sebelum akhirnya kalah oleh Brasil yang masih diperkuat Ronaldowati, Roberto Carlos, serta Ronaldinho. Memang, prestasi sepak bola mereka waktu itu benar-benar luar biasa. Tapi, sejak saat itu mereka tidak pernah lagi mengulangi prestasi itu. Mentok-mentok, 16 besar saja. Saat ini, sepakbola Turki tidak berjalan seseru dulu.
Ketika dia tanya saya tentang prestasi Indonesia di piala dunia, saya tersenyum. Ya, Indonesia aja gak pernah masuk piala dunia, gimana mau ngomongin prestasi 🤣. Saya bilang, "My country is a poor football country" walaupun masyarakatnya saya bilang sangat crazy dengan olahraga yang satu ini. Tapi ketika itu saya ngeles bahwa Indonesia dulu pernah sih masuk piala dunia, sebelum kemerdekaan. Waktu itu namanya masih Hindia Belanda. Jadi ya, kalau dengan nama Indonesia dihitungnya belum pernah. Semoga suatu saat nanti bisa, Amin! Dia nanya saya tentang klub sepakbola terkenal di Indonesia. Ya, saya bilang Persib. Dia bilang penyebutannya susah, emang iya. Bahasa Turki bagi orang Indonesia kan susah. Maka itu juga berlaku kebalikannya, Bahasa Indonesia bagi orang Turki juga pastilah susah dan terdengar asing di telinga.
Nah, obrolan mulai agak berat ketika dia mulai membahas tentang Lira yang semakin lama semakin turun. Dia menunjukkan saya grafik lira yang tadinya 1 lira=1,5 usd, sekarang menjadi 13,8 lira untuk setiap dolar-nya hanya dalam waktu 10 tahun. Ditambah dengan kondisi ekonomi dan politik di negeri ini yang sedang tidak stabil. Inflasi kini sudah pada tahap yang bisa dibilang cukup parah. Dia pun berasumsi bahwa kemungkinan nasib Turki akan seperti Argentina yang pernah mengalami inflasi yang sangat parah. Bayangin, di tahun 2011, 1 USD bernilai 4 Peso Argentina saja. Tapi sekarang di tahun 2021, 1 usd setara dengan 103 Peso! jauh sekali kan. Kalau dibanding dengan negara-negara ini sih, keuangan Indonesia bisa dibilang stabil. Stuck terus diangka 14.000/usd😙. Bandinginnya jangan dengan angka, tapi dengan nilai jual. Kita mulai keuangan kita dari angka 1000, sedangkan mereka dari angka 1, jadi jelaslah berbeda. Sudah saya tulis juga di tulisan saya sebelumnya tentang lira yang nilainya semakin menurun serta dampaknya bagi kita mahasiswa Indonesia. Dan ternyata hal inilah yang membuat kemunduran dunia persepakbolaan Turki. Karena ekonomi yang memburuk, mereka tidak bisa mendatangkan pemain top sesering dulu karena beratnya beban gaji para pemain. Akhirnya berimbas ke kualitas liga dan tentu saja ujungnya ke prestasi timnas. Ngomong-ngomong tentang piala dunia, langkah timnas Turki untuk melaju ke piala dunia tahun ini sangat berat karena mereka harus se-grup play off dengan Timnas Portugal dan Italy. Dari tim-tim kuat ini hanya satu negara yang berhak lolos. Banyak juga sih orang Turki yang nge-jokes seandainya Turki yang lolos Pildun 2022 nanti, langsung kasih aja pialanya ke mereka🤣. Karena mereka berhasil menyingkirkan juara Euro dua edisi terakhir. Kalau lolos 🤧.
Makanya, katanya dia ada keinginan untuk pindah ke negara yang kondisi saat ini lebih baik dari Turki dan bekerja disana. Dia menyebutkan negara semacam Austria, Amerika dan Australia yang dikenal dengan ekonominya yang kuat. Tapi keinginannya saat ini belum bisa dicapai karena kondisi terkini orang tuanya yang sedang sakit.
Lalu obrolan kami berlanjut mengenai mobil. Dia bilang orang Turki untuk membeli sebuah mobil, memerlukan waktu 5 tahun kerja. Cukup lama kan ya? Lantas dia bertanya ke saya bagaimana di Indonesia? Ya saya jawab kalau itu tergantung pekerjaan. Di Indonesia, harga mobil itu kisaran 250 juta rupiah sudah dapat mobil kijang innova yang lumayan lah. 250 juta rupiah kalau di kurs ke lira sekarang sekitar 240 ribu lira. Dia kaget, kok murah amat. Katanya butuh 400 ribuan lira untuk dapat mobil yang cukup bagus. Katanya memang Tax Turki itu termasuk mahal. Dan saya tau itu, di turki hal-hal seperti HP, barang elektronik, dan kendaraan itu terbilang mahal. Sedangkan di Indonesia harganya jauh lebih murah karena Tax nya tidak sebesar turki dan juga produsen biasanya tidak masalah menurunkan harga karena pasar Indonesia terbilang sangatlah luas. Jadi ya produsen tetap untung pastinya.
Kemudian, kami berbicara tentang bencana alam. Dia bercerita ke saya, bahwa gempa sangat besar pernah melanda Turki pada tahun 1999. Gempa bumi yang terjadi di kota Izmit ini tercatat sebagai gempa terbesar di Turki. Berbicara tentang gempa bumi, Indonesia lebih dahsyat lagi dengan tragedi Tsunami Aceh 2004 yang disebabkan oleh gempa bawah laut yang membuat air meluap sangat tinggi. Tsunami terbesar di Indonesia ini merenggut lebih dari 200 ribu nyawa. Jumlah yang sangat banyak tentu membuat kaget teman saya ini. Itu jumlah yang banyak sekali sih memang untuk korban bencana alam.
Akhirnya, obrolan kami usai tatkala saya tidur karena ngantuk dan akhirnya sampai di kota saya yang tenang ini. Dia bangunkan saya, lalu dia bilang, "Tanıstığımıza Memnun Oldum Ari", tentu saja saya juga, "Ben de memnun oldum, Abi. Sana çok teşekkur ederim". Sampai sekarang, kami masih berhubungan baik dan telah bertukar WA masing-masing. Sangat asyik sebenarnya mengobrol dengan Orang Turki seandainya kita paham bahasa mereka.
Semoga cerita dan pengalaman saya ini bersifat informatif, ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Notes from Turkiye
AdventureCatatan keseharian selama kuliah di turki. Sebelum, ketika, dan setelah berangkat ke turki. İnformasi apa saja tentang turki secara santai. Setiap perjalanan menarik, termasuk destinasi keren yang saya kunjungi selalu saya catat dengan bahasa yang a...