Lampung, 03 Oktober 2021
Pagi hari saya, Andres, dan Hepi mulai mengetik susunan kepanitian, menyusun proposal, dan garis besar anggaran yang kira-kira mau diajukan. Alhamdulillah, saya setidaknya walaupun jarang jadi panitia di Gontor dulu, pernah menempati posisi-posisi bagian yang kiranya krusial pengetahuan dan kecakapannya itu dibutuhkan sekali dalam kepanitiaan. Saya ketika santri dulu pernah jadi bagian Humas -hubungan masyarakat-, sekretaris, konsumtor, dan juga ketua. Yah, walaupun jarang hitungannya, tapi ilmunya tentu saja dapat. Nah, ilmu inilah yang akhirnya saya aplikasikan di pondok tempat saya ngabdi ini. Senang sekali rasanya bisa memberikan kemanfaatan untuk pondok sendiri. Karena saya juga merasa pondok ini milik saya, maksudnya adalah ketika kita sudah merasa suatu tempat itu milik kita sendiri, maka kita pasti akan all out dan berusaha memberikan apa yang kita punya sebanyak-banyaknya. Setelah merasa cukup dan bisa dilanjutkan nanti, kami berdua -Hepi malah masak nasgor, gak bagi-bagi lagi- menonton film 'the miracle of cell no.7' yang alur ceritanya keren banget. Semua pecinta film kudu nonton minimal sekali seumur hidup karena worth it banget mengambil waktu 2 jam kita yang berharga. Waktu saya ngajak anak kelas 3b untuk nonton aja, sebagian dari mereka nangis loh. Saya juga sih jujur waktu pertama kali nonton semasa di Kendari dulu gak sadar keluar air mata. Emosional banget alur ceritanya. Yang Namanya laki-laki itu jarang banget menangis kalau berkaitan dengan fisik, tapi kalau berhubungan dengan hati dan perasaan, maka ia akan menangis dalam diam, eaaa .
Kembali ke laptop. Siangnya, saya langsung saja mengumpulkan kelas 6 untuk menunjuk mereka sebagai panitia di acara yang besar ini. Saya umumkan bahwasanya di tanggal 22-29 Oktober nanti akan diadakan acara olimpiade yang akan diikuti oleh seluruh santri dari kelas 1-5 dan kelas 6 sebagai panitianya. Saya dan beberapa pengabdian lain menjadi pembimbing kepanitiaan mereka ini. Saat saya bacakan ke mereka bagian-bagiannya. Banyak dari mereka yang tidak tahu tugas dan bahkan dengarpun baru pertama kali . Kepanitiaan kali ini merupakan yang pertama kali untuk mereka, dan mungkin yang terakhir karena sebentar lagi mereka lulus. Sebenarnya saya senang dengar ini, bukan malah stress. Kenapa? Karena saya lah yang akan mengajari sistematika kepanitiaan dan melatih kekompakan, juga etos kerja mereka. Ibarat kertas kosong, maka saya lah yang mencoret-coretnya. Walaupun ya, secara garis besar mereka gak terlalu buta-buta amat urusan organisasi. Hanya saja, mendengar bagian-bagian seperti humas, jurnalis, persidangan-kerja-, dan lain-lain, mereka masih asing. Karena biasanya taunya hanya ketua, sekretaris, dan bendahara aja.
Akhirnya saya mulai bacakan nama-nama panitia, dan mulai menyuruh mereka untuk menyusun program kerja tiap-tiap bagian , dan mengajukan anggaran. Mendengar kata program kerja, telinga mereka agak panas dan ngedumel jadinya. "Kak, ini proker terus", kata Nurma.
"Udah, gak usah protes. Kerjain aja!", haha, agak singkat, padat, dan jelas jawaban saya waktu itu. Ya karena saya gak mau ribet aja gitu kan.
"Mampus, kena mental. Hahaha", sahut teman-temannya.
"Kenapa setiap ada apa-apa pasti ada proker? Supaya kegiatan kedepannya terarah, gak asal-asalan. Dalam organisasi dan kepanitiaan, kuncinya ada dalam kata 'POACE'.
P for Planning (Perencanaan)
O for Organizing (Mengorganisir)
A for Actuating (Aksi)
C for Controlling (Kontrol/pengawasan)
E for Evaluating (Evaluasi)
Inilah step-stepnya. Diawali dengan proker, supaya kedepannya jelas mau dibawa kemana kemudinya. Setelah sudah disusun prokernya, lanjut step kedua, diatur pengerjaannya. Siapa yang bakal mengerjakan, sistematikanya gimana, lomba yang mau diadakan apa aja. Setelah jelas untuk bagian pra acara nya, kita mulai ke inti yaitu actuating dan controlling. Aksi dan pengawasan/kontrol jalannya acara. Pelaksaannya ini lah yang paling penting. Karena kalau udah proker gede-gedean terus gak terlaksana, itumah wacana liburan namanya . Setelah semua sudah terlaksana, tinggal kita ke step terakhir/ba'diyahnya. Yaitu pengevaluasian acara, yang mana yang kurang. Biar kedepannya bisa lebih baik lagi, dan yang kurang-kurang tadi bisa ditambal dan diperbaiki. Kalau udah semua, gimana? Ya balik lagi ke step awal, proker, dan seterusnya. Diulang-ulang terus, itulah yang bikin dampak kemajuan pada organisasi ataupun panitia manapun. Kalau ingin bagus, berlakukan sistem POACE ini. Kalau ada yang mau ditambah, ya silahkan saja. Tapi jangan kurang satupun dari lima step tadi. Gitu ya, paham?", jelas saya panjang lebar kepada mereka tentang kepanitiaan dan keorganisasian yang saya tahu. Saya selalu ingat kata Kyai saya dulu untuk selalu 'Give, give, and give' baik itu berupa ilmu, pengalaman, maupun harta.
Mereka lalu mulai menyusun proker tiap-tiap bagian. Agak kebingungan sih awalnya. Tapi saya coba datangi satu-satu, menjelaskan ke mereka bagaimana, dan memberi contoh proker yang kemudian tinggal mereka tambah-tambah. Sekitar sejam lebih, sampai Asar, barulah selesai proker mereka. Itupun masih banyak kekurangan. Tapi gak papalah, untuk permulaan sudah termasuk baik.
Malamnya, kami ajukan proposal acara ke Pimpinan pondok dengan anggaran 2 juta sekian. Anggaran acara terbesar untuk santri kayaknya, yang berbentuk perlombaan. Saya mikir akhirnya karena anggarannya sendiri pun gede, pelaksanaannya pun harus resmi dan sebaik mungkin. Santri olahraga harus pakai sepatu. Walaupun santri, harus tetap keren. Lombanya diusahakan seresmi mungkin pakai wasit, aturan dan juri.
Dan akhirnya, alhamdulillah. Proposal dapat diterima dengan baik karena visi, misi, dan perencanaannya juga jelas. Nampaknya ini jadi awal kedekatan saya dengan kelas 6 nantinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Notes from Turkiye
AdventureCatatan keseharian selama kuliah di turki. Sebelum, ketika, dan setelah berangkat ke Turki. İnformasi apa saja tentang turki secara santai. Setiap perjalanan menarik, termasuk destinasi keren yang saya kunjungi selalu saya catat dengan bahasa yang a...