Puncak Hikmah

0 0 0
                                    

Lampung, 8 November 2021

Hari ini itu pengumuman kelulusan di salah satu univ di Turki yang saat itu adalah tempat saya daftar, Sakarya University. Setelah sebelumnya saya gak lulus di Dokuz Eylul Univ, saya pun coba mendaftar di Sakarya University.

Singkat cerita, pengumumannya seharusnya jatuh di malam hari. Makanya, saya tidak terlalu memusingkan itu dan tetap berolahraga di sore harinya. Terlebih malamnya akan ada bakar-bakar sosis dan makan bareng santri anggota kelas. Jadi sorenya persiapan acara tanpa kepikiran sama sekali tentang pengumuman.

Sebelum maghrib, saya pulang seperti biasa lalu masuk rumah. Lantas di ruang tamu, Ayah saya bilang, "Ri, kamu gak masuk juga di Sakarya". Mendengar itu, saya langsung ambil hp di saku dan membuka notif di grup telegram Mumtaza. Dan benar, gak ada nama saya disitu. Saya selidiki lagi kok ada yang aneh. Kalian tahu, dari 13 calon Masistur yang mendaftar hanya saya doang yang gak masuk! Bisa kalian bayangkan nyeseknya seperti apa saat itu. Lalu notif dari Ustadz Muafi (Penanggung jawab Agensi Mumtaza) datang. Beliau tanya, "Kamu gimana? Mau ambil univ yang lain?". Saya yang masih bingung dan frustasi waktu itu menjawab, "Ini beneran hanya saya saja yang gak keterima Ustad?". Saat itu saya benar-benar frustasi dan gak tau mau ngomong apa. Lalu beliau jawab dengan pesan suara, yang isinya kira-kira singkatnya begini: "Saya juga bingung ya sama berkas kamu, setelah saya cek gak ada yang salah, nilai kamu juga mencukupi, bahkan bisa dibilang bagus. Temen kamu yang nilainya dibawah kamu juga lulus. Jadi ya, kamu enaknya gimana? Pindah univ lain atau gimana? Melihat nilai kamu, sepertinya kamu dengan mudah bisa mendaftar dimana saja univ yang masih buka, kecuali Dokuz itu karena sudah tutup. Gimana?"

Saya masih ingat sekali, waktu itu saya nangis, nangis tanpa air mata -nangis frustasi-. Saya banting HP ke atas kursi. Bukan apa-apa, masalahnya dari 13 pendaftar hanya saya yang tidak diterima. Seandainya ada beberapa yang bernasib seperti saya, maka saya pasti bisa mewajarkan dan gak akan sefrustasi ini. Sepanjang maghrib saya masih frustasi dan ya, menangis. "Kenapa kok cuma saya!". Nilai gak kurang, yang lain keterima semua, ada apa?

Ayah saya berusaha menenangkan Ketika itu, "Ya udah, kamu mandi aja dulu terus Sholat Maghrib. Tenangin diri nanti abis Maghrib, Papa telpon minta penjelasan". Lalu setelah itu saya mandi lalu Sholat. Selepas sholat saya berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya akal hamba-Mu ini masih terlalu dangkal untuk memahami rencanamu. Jikalau memang ini yang terbaik buatku, maka tunjukkan jalan itu kepadaku Ya Allah. Hamba yakin jika jalan yang Engkau tunjukkan merupakan jalan yang terbaik, maka tunjukkanlah hamba dan lapangkan dada hamba dalam menerima semua cobaan ini".

Selepas Sholat, saya coba curahkan isi hati ini ke grup calon mahasiswa Dokuz -baik yang jadi maupun yang gak jadi-. Sebelumnya saya dapat tawaran dari Ustadz Muafi tentang Univ yang tersisa. Beliau bilang ada 3 universitas lagi yang tersisa: Afyon University, Kirklarelli University, dan Bartin University yang terbilang masih baru, berdiri diatas tahun 2000-an. Selepasnya memang saya sempat melihat jurusan apa saja yang masih tersisa disana dan setelah saya liat, tidak ada jurusan Hubungan Internasional maupun jurusan Psikologi. Yang dimana ya jurusan dua itulah yang saya mau. Akhirnya saya putuskan untuk memilih jurusan hukum.

Walaupun begitu, memang masih ada pertanyaan ganjal dalam diri saya dan orang tua Ketika itu. Kami merasa sepertinya berkasnya selip, atau ada kesalahan teknis. Karena kalau dinalar, gak mungkin dong menyisakan satu orang saja, sedangkan yang lain diluluskan, kan tanggung sekali. Hal ini gak bakalan bisa terjadi kalau tidak ada kesalahan teknis atau masalah di berkasnya.

Akhirnya untuk memastikan itu semua, Ayah saya menelpon Ustadz Hafifi, selaku mudir Mumtaza. Dan saya sendiri bertanya dengan sopan ke Ustadz Muafi mengenai ini. "Afwan Ustadz, maaf banget ini Ustadz. Apakah benar berkas saya ini gak ada yang kurang atau selip gitu. Soalnya agak aneh kenapa hanya saya yang tidak diterima bahkan gak masuk cadangan -jadi di Sakarya ada sistem cadangan gitu, yang pengumumannya menyusul dan ada kemungkinan untuk diterima- itu agak gimana gitu, tad. Mohon maaf tad sebelumnya, karena saya dan keluarga agak ganjal di perihal ini. Apa gak bisa dicek lagi tad? Atau berkas saya tidak masuk? maaf sekali lagi ustadz (emot tangan idul fitri)".

Notes from TurkiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang