Shalat Jumat di Turki dan Perbedaannya

0 0 0
                                    

Kütahya,17 Desember 2021

Hari ini hari Jum'at, ada yang ingin saya ceritakan ke teman-teman sekalian, terutama pengalaman sholat Jum'at disini. Minggu sebelumnya memang saya sudah pernah sholat Jum'at di Turki, tapi itu di kampus. Dan rasanya gak jauh-jauh beda lah.

Nah minggu ini karena saya belum masuk kelas di kampus, saya menunaikan sholat Jum'at di masjid dekat rumah. Ini masjid yang cukup besar, terletak di pinggir jalan kota, jadi jama'ah nya cukup ramai. Yang saya tahu, waktu dzuhur itu jam 1, makanya saya santai dulu di kamar sambil ngobrol sama temen saya di WA. Akhirnya jam setengah 1, saya pergi ke masjid berpakaian ala orang Indonesia banget ketika sholat Jum'at. Saya pergi pake koko, sendal, celana dasar, hanya kurang songkok aja. Jama'ah yang lain pada pake jaket musim dingin semua, sepatu, dan peci yang bentuknya mirip kupluk (Atau sekalian sebagai kupluk juga kayaknya). Hahahaha, saya merasa beda sendiri, tapi ya pakaian ini yang saya nyaman banget. Saya memang kalau pergi keluar yang jaraknya dekat, saya lebih pilih pakai sendal. Satu-satunya alasan saya pakai sepatu hanyalah DINGIN. Karena jarak masjidnya yang dekat, makanya saya berani aja pakai koko tanpa jaket, sendal bukan sepatu. Karena kan ketika kita masuk masjid lagi, hangat lagi. Asal jangan lama-lama diluar, saya kuat.

              Akhirnya saya masuk masjid, ternyata sudah ada yang duduk di atas mimbar sebelah kiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya saya masuk masjid, ternyata sudah ada yang duduk di atas mimbar sebelah kiri. Dalam hati, saya pikir saya pasti telat nih. Waktu masih menunjukkan pukul setengah 1 siang, yang artinya belum adzan Dzuhur -Jum'at- seharusnya. Oh, saya pikir mungkin memang sistem disini gitu kali ya. Khutbahnya dari jam 12an, setelah itu adzan, baru sholat. Itu yang saya pikirkan pertama. Tapi ternyata saya salah, ketika waktu menunjukkan pukul 1 siang. Khotib diatas mimbar baca do'a sedikit, lalu turun dari mimbar. Kemudian adzan dikumandangkan, kemudian semua berdiri sama-sama. Saya kira ini mau sholat Jum'at, eh ternyata ini sholat sunah qobliyah Jum'at. Setelah semuanya selesai sholat sunah, ada seorang imam yang naik ke tangga di sebelah kanan. Lalu kemudian beliau seperti berkhurtbah. Dan ternyata ya khutbahnya! Hahaha, berarti sepertinya yang awal itu hanyalah maw'idzoh sedikit dari imam masjid setempat, tapi bukan khutbah Jum'at itu sendiri. Kenapa saya berasumsi begini? Karena kan gak mungkin ada dua Khotib dalam satu sholat Jum'at. Kedua, karena khutbah biasanya dimulai setelah sholat sunah qobliyah. Jadi ya, memang benar yang ini khutbahnya. Menariknya, khutbahnya jauh lebih singkat dari maw'idzoh tadi. Sebentar sekali. Kemudian setelah Khotib turun dari atas tangga, barulah beliau menjadi imam, lalu sholat Jum'at pun dimulai.

Selain tadi, ada perbedaan cara pelaksanaan beberapa Gerakan sholat karena madzhab fiqhnya berbeda sedikit. Contohnya, ketika solat qobliyah Jumat, biasanya kita hanya dua raka'at saja. Sedangkan mereka empat raka'at. Dan saya memang pernah baca dalilnya dari hadits. Lantas siapa yang benar? Dua-dua nya benar karena sesuai dengan dalil yang dipegang masing-masing. Madzhab kita memegang dalil sebagai berikut, "Semua sholat fardhu itu pasti diikuti oleh shalat sunnah qobliyah dua raka'at" (HR.Ibnu Hibban). Sedangkan yang lain afdholnya empat roka'at sebagaimana termaktub dalam Al-Majmu' syarah Muhazzab: "Disunnahkan shalat sebelum dan sesudah jum'at. Minimalnya dua rakaat qobliyah dan dua raka'at ba'diyah (setelah sholat Jum'at). Dan yang lebih sempurna adalah empat rokaat qobliyah dan empat raka'at ba'diyah.

Lalu kemudian yang paling mencolok mungkin ada di duduk tasyahud akhir, kalau di Indonesia gerakannya sebagaimana yang kita ketahui bersama gerakannya. Tapi di Turki, gerakan duduk tasyahud awal dan akhir sama. Tidak ada perbedaan.

Kemudian kalau yang saya perhatikan iqomahnya pun berbeda. Kalau di Indonesia, hanya disebut sekali secara cepat. "Allahu Akbar Allahu akbar, asyhadu an laa ilaaha illa-Llah...., dst". Hanya sekali penyebutan. Tapi kalau di Turki, penyebutannya dua kali sama seperti adzan, tapi memang dilakukan dengan lebih cepat sebagaimana iqomah kita.

Selain yang diatas, saya kira kurang lebih caranya sama. Yang jelas, persamaannya jauh lebih banyak daripada perbedaannya. Ikhtilaf semacam ini hanyalah ada di masalah furu'nya saja (cabang). Sedangkan masalah ashlu-nya sama saja. Sama-sama percaya bahwa Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad SAW itu utusan Allah.

Oh ya, ada beberapa hal unik lain. Di Turki, biasanya tempat wudhunya disediakan kursi pendek di depan kerannya. Orang Turki biasanya berwudhu sambil duduk. Mereka juga ketika masuk ke masjid, kalau mereka menggunakan sepatu, biasanya mereka tidak melepas kaus kaki mereka, tapi tetap dipakai ketika sholat. Mungkin untuk menjaga kebersihan masjid. Nah bagi yang gak bawa sajadah sendiri, dan takut tempat sujudnya kotor -walaupun dimasjid sudah digelar sajadah umum- biasanya ada kertas yang telah disediakan pengurus masjid setempat. Lalu kertas itu di taruh dibawah. Supaya sujud kita keningnya berakhir di kertas itu sehingga menjaga kesucian tempat kita.

Untuk melihat bentukmasjidnya, bisa dilihat di video dan foto dibawah! 😉 (Di blogspot pribadi saya, ada upload-an videomasjidnya)

Untuk melihat bentukmasjidnya, bisa dilihat di video dan foto dibawah! 😉 (Di blogspot pribadi saya, ada upload-an videomasjidnya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Notes from TurkiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang