First Week in Turkey

0 0 0
                                    

Kütahya, 12 Desember 2021

Saya sudah hampir seminggu di Turki. Banyak yang saya kagumi disini. Mulai dari bangunannya, sistemnya, dan Universitasnya sendiri. Pertama dari bangunannya. Disini kebanyakan bangunannya bertingkat semua. Bahkan, beberapa apartemen teman-teman saya sudah memakai lift, walaupun kecil ukurannya. Warna Gedung disini kebanyakan berwarna pucat dan pudar, seperti putih, krem, dan abu-abu. Jauh beda sama kita yang warna rumahnya beragam. Sistem-sistem kota nya juga sudah sangat modern. Dari mulai bis kotanya yang harus pakai kartu Top-up kayak di KRL gitu, sampai gas dan air yang ngidupinnya pakai kartu Top-Up juga. Universitasnya juga gede banget! Kutahya Dumlupinar Universitesi saya kira univ kecil karena peringkatnya gak terlalu di atas berdasarkan susunan peringkat universitas Turki. Tapi nyatanya, saya kaget gede banget, sampai ratusan hektar, dari ujung ke ujung pandangan saya, ya bangunan kampus! Luar biasa. Saya berpikirnya gini, kalau misalkan univ yang gak terlalu atas peringkatnya seperti disini saja sudah sebesar ini, apalagi univ yang peringkatnya jauh diatas.

Saya kemarin, sempat mampir ke kampus untuk daftar TOMER, Sholat Jumat. Dan ketemu banyak orang asing juga. Ada orang Somalia, Kazakhstan yang mukanya mirip OPPA-OPPA Korea, orang Palestina, dan berbagai negara lainnya. Tapi, kalau Asia Tenggara hanya ada mahasiswa dari Indonesia dengan segelintir saja yang dari Malaysia. Itupun mereka biasanya join sama anak Indo, karena memang serumpun ya. Saya makanya istikharah lagi, apakah mau disini saja dengan pindah jurusan, atau sekalian pindah Universitas lain yang lebih tinggi peringkatnya. Biarlah waktu yang menjawab.

Kemarin saya juga ikut welcoming party, sekaligus edukasi dan pengenalan kampus serta mahasiswa-mahasiswanya. Juga ada rencana pembentukan PPI Kutahya yang akan terlaksana minggu depan. Walaupun namanya Party, tapi tetap halal lah, ya. Isi nya ya resmi di aula kampus, ditambah ada hiburan dan game gitu. Jadi party gak mesti harus ada joget ajep-ajep plus alcohol gitu ya. Saya mulai masuk kelas tanggal 21 nanti. Perkiraan sih, bakal sekelas sama Orang Somalia (OS) dan Orang Kazakhstan (OK).

Mengenai kesan orang Turki ke kita gimana? Bagus banget saya bilang. Mereka agaknya segan sama sikap dan budaya kita yang ramah dan sopan. Salim ke guru, menunduk kalau melewati orang tua, dan sikap yang Friendly membuat kita dikenal sebagai warga yang baik. Jadi, jangan sampai kita sebagai mahasiswa Indonesia di luar negeri menjelekkan nama bangsa kita di mata bangsa lain. Karena dimana-mana orang Indonesia cenderung disukai.

Orang Turki itu kalau saya perkenalkan, mereka ini tingginya berkisar antara 175-185 cm. Lebih tinggi beberapa cm dari saya. Kalaupun ada yang lebih pendek, biasanya badannya lebar. Dan ujung-ujungnya ya kita kalah besar secara fisik. Bentuk mukanya pun cenderung sama. Cantik-cantik semua, haha. Kalau laki-laki mah kita masih bisa nandingin lah tampangnya, selama bukan artis lah ya, haha. Iya, benar. Sama cantik semua! Bingung saya bedainnya gimana, karena ya tadi, bentuk mukanya sama. Tapi memang aneh sih ya, mereka juga biasanya bisa menebak kita orang Indonesia dari hanya melihat wajah dan warna kulit coklat sawo manis kita. Mungkin begitu pula apa yang kita rasakan, mereka rasakan juga. Menganggap bentuk muka kita sama, padahal beda jauh. Tapi inilah yang dinamakan serumpun.

Menulis orang Turki yang cantik, saya jadi teringat pesan ibu saya. "Jangan sampai kecantol sama orang Turki, nanti kamu gak pulang-pulang. Kalau kecantol sama orang Turki, berarti gak saying orang tua", haha masa ujung-ujungnya gak sayang orang tua. Tapi ya karena udah diwanti-wanti dari awal, jadi saya ya udah sama orang Indonesia aja. Walaupun masih jadi misteri sampai sekarang 😊.

Berbicara tentang yang kayak gini, saya jadi mau nulis juga kebiasaan saya jalan disini. Saya Alhamdulillah sudah agak keliling kota ini, sampai hampir hafal jalannya. Uniknya, biasanya saya jalan bertiga sama teman-teman saya. Biasanya saya sendiri, dan dua orang lainnya berpasangan. Melihat ini, jiwa jomblo saya meronta-ronta, haha. Tapi saya ya tetap memilih untuk sendiri saja. Toh, umur juga masih 18 bentar lagi 19. Saya mau menjalin hubungan yang serius saja beberapa tahun lagi. Walaupun berat, tapi bisa lah 😉. Yang terutama sekarang, hanyalah membawa apa yang bisa dibawa ke Indonesia. Berupa manfaat pastinya, ya kali bawa beban lagi. InsyaAllah cerita berlanjut seiring berjalannya waktu.

Selama hampir seminggu juga saya punya kendala. Bahasa Turki tentunya. Walaupun memang saya belum masuk kelas. Tapi benci sekali rasanya ketika saya membeli sesuatu atau berbicara dengan orang Turki tapi belum mengerti ucapan mereka. Makanya saya usahakan dalam 10 hari kosong ini, saya memperdalam Bahasa Turki lagi, dan mungkin mengerjakan proyek lain seperti design, editing, dan lain-lain. Yang penting bisa produktif dan meningkatkan diri. Saya katakana dengan tegas, "SAYA BENCI KEBODOHAN". Apalagi kalau kebodohan itu berkaitan dengan kepentingan kita. Pasti saya muak, dan langsung berusaha untuk menutupinya secepat mungkin. Target lancar berbicara Bahasa Turki dalam 6 bulan. Ikhtiar-Do'a-Tawakkal.

Notes from TurkiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang