Wejangan terakhir

0 0 0
                                    

Lampung, 2 Desember 2021

Malam ini, hari kamis. Saya kira waktu yang pas untuk adain perpisahan bareng santri kelas 3. Karena kemaren ada janji sama teman. Besok juga ada janji nongkrong malam bareng teman-teman masa kecil; Tiro sama Aan. Sabtu nanti ada dalailan. Dan itupun gak pasti, barangkali gak sempat karena sibuk packing, atau bisa juga urusan lain. Akhirnya, mau jam 9 saya datang ke pondok. Sesampainya saya di pondok, ternyata mereka udah tanggap ngajak buat kumpul perpisahan. Ya sudah, saya bilang mau gak mau harus sekarang. Takutnya kalau nanti-nanti malah gak jadi, ujung-ujung nyesal lagi.

Jam 9 lewat, mereka udah nunggu saya di masroh. Disana sudah ada meja dan kursi di tengah tempat saya duduk biasanya di depan mereka kalau belajar malam. Tapi malam ini terakhir saya duduk depan mereka dengan posisi seperti ini. Mungkin ketika saya pulang dari Turki nanti, mereka udah berubah dan orangnya pun sudah berganti dengan yang baru, mengingat ada beberapa dari mereka yang akan pindah tahun depan selepas wisuda nanti.

"Mau ngomong apa nih?", haha bingung saya juga karena ini perpisahan yang sekian kalinya. Sebelumnya udah pernah waktu saya gak diterima dulu. Walaupun kali ini, benar-benar terakhir. Sampai mau jam 10 kita masih agak diam gitu. "Udah ya?", kata saya. "Jangan dulu sih, kak!"

"Terus gimana geh?", Haha. Oh ya, karena waktu saya ingat mereka ini ada yang mau pergi tahun depan tuk pindah ke sekolah lain. Saya beri mereka wejangan sedikit. "Antum, tahun depan kan ada yang lanjut, ada yang pindah. Nah, itu terserah kalian. Yang penting yang saya ingin antum kasih tau itu, semua tergantung niat. Kamu mau pindah, niatnya karena apa. Mau lanjut, niatnya karena apa. Kalau kamu mau keluar karena memang ada yang ingin diraih, contoh ada yang mau jadi dokter, terus merasa bahwa pelajaran umumnya kurang, silahkan saja pindah ke tempat yang lebih baik jikalau menunjang. Yang mau lanjut karena ingin memperdalam Bahasa arab atau inggris, silahkan kamu lanjut. Jangan kamu keluar karena iri sama teman kamu, mau ikut-ikutan malam minggu, boncengan sama cewek. Jangan! Itu tuh sesaat aja, lama-lama juga bosan. Di pondok juga kamu bisa bahagia. Tanya geh sama yang udah pernah SMP diluar, tanya sama Ratil, sama aja. Gitu-gitu aja. Kamu disini bisa ngasah bakat, bisa pramuka, computer, design. Silahkan kembangkan disini. Jangan terlalu ikutin nafsu yang gak berarti apa-apa buat kamu. Sabar, enaknya itu nanti. Kamu ketemu teman kamu, eh ternyata kamu udah bisa ini, bisa itu. Tapi, semuanya tergantung kamunya juga. Ingat pesan saya kemarin, kamu harus bisa melebihi capaian ortu kamu. Itu tanda berbakti kamu pada mereka. Ya, buat mereka bangga. Kirimkan mereka doa. Doakan guru antum, ortu antum, kyai antum.

Al-kisah, ada seekor jangkrik yang dia itu berlatih setiap hari supaya bisa melompat melewati kendang yang mengurungnya. Setelah berlatih berhari-hari, akhirnya di hari kesekian, jangkrik itu bisa melewati kandang itu. Setelahnya ia keluar menemui jangkrik-jangkrik yang lain. Dia pun kaget karena ternyata lompatan dia jauh lebih tinggi daripada jangkrik-jangkrik yang lain. Itu artinya apa? Semakin besar rintangan, maka jika berhasil kita melewatinya, maka level kita akan naik juga beberapa tingkat. Keadaan selalu bisa jadi boomerang bagi kita, tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.

Mungkin itu, jadi gimana niat antum saja. Semoga kita bisa bertemu lagi ketika saya balik ke sini. Makanya lanjut, biar bisa ketemu kak Ari lagi. Antum gak usah rindu ya sama saya"

"Gimana gak rindu, kak Ari yang selalu nemenin kami...."

"Rindu itu berat, biar aku saja", hahaha.

"Hahaha, kak Ari men-Dilan-kan diri"

Saya akhirnya turun dari kursi, fotoin dan videoin mereka yang kayaknya sedih saya tinggalin. Waktu saya videoin mereka, salah seorang santri berdiri meluk saya. "Maafin ya kak Ari kalau kami banyak salah. Makasih juga kak Ari mau ngajar kami banyak hal", Nangis dia, karena ini juga, yang lain juga ikutan nangis. Saya jujur agak speechless juga. Apa yang saya lakukan ke mereka benar-benar dihargai seperti ini. Saya merasa tersanjung sekali. Memang benar, letak keberkahan ada pada pergerakan. Jujur waktu itu saya juga agak menahan air mata, saya gak mau nangis depan mereka.

Lucunya, yang santriwati malah ribut dibelakang. "Ana ba'da Fakkar, tadz!", "Kita juga mau dipeluk kak Ari!", haha goblog. Gak mungkin lah, ada-ada aja. Wkwkwkwk. Saya salim aja selalu menolak, apalagi peluk. Walaupun jatuhnya saya sebagai guru, dan mereka sebagai murid, tetap saja kami seumuran dan hanya berjarak kurang lebih 5 tahun, jadi memang lebih baik dihindari untuk mencegah.

Setelah usai, saya tutup dengan maaf dan terima kasih. Lalu saya peluk mereka -santri putra- satu persatu sambil mendoakan kesuksesan pada mereka. Lalu para santriwati pada diam di tempat, masih ada juga yang menangis. Lalu saya datangi mereka. "Sudah, gak usah nangis. Banyak kok yang lebih baik daripada saya"

"Gak ada kak Ari, kalau bisa saya duplikat, saya duplikat kak Ari nih"

"Pengen salim, loh sama kak Ari", si Umi nangis aja. Ya gak bisa lah saya bilang, saya gak mau disalimin sama santri putri.

Saya pun berusaha menenangkan mereka dan menghapus air mata. Gak enakan kalau dilihat orang lain. "Nanti gak ada yang nemenin kami belajar bareng lagi, gak ada yang badminton sore-sore lagi", kata mereka.

"Banyak kok. Pokoknya, saya pergi jangan sampai berkurang kebersamaannya. Kalau ingin bakar-bakar lagi atau ada acara lain, bilang saja ke wali kelas yang lain. Antum harus terus bareng-bareng terus suka maupun duka. Oke!", ucap saya coba menghibur mereka.

"Jangan lupain kami ya, kak! Semoga kak Ari sampai tujuan, dan sukses di Turki nya"

"Amin", memang ini lah yang saya cari, doa anak soleh InsyaAllah maqbul lah, ya. Panjang umur untuk setiap orang yang bergelut di dunia pendidikan. Karena kunci peradaban terlatak pada ilmu pengetahuan.

Notes from TurkiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang