Matanya langsung mengarah ke ranjang pasien, tempat dimana Acintya Maharasti berbaring.Jika saja sang mantan ipar dilihat tertidur, maka tak akan didekatk, tapi Acintya tampak terjaga.
Mata wanita itu kosong. Pikiran seolah-olah tak ditempat, berada jauh melayang entah kemana.
Dan bukan menjadi urusannya.
Dirinya hanya akan menyampaikan tujuannya ke Acintya, agar urusan mereka segera selesai.
Ditempatkan diri di kursi sebelah ranjang. Jarak cukup dekat dari sang mantan ipar, tapi wanita itu masih tidak menyadari kedatangannya.
Lantas, dikeluarkan dehaman cukup kencang.
Acintya akhirnya menoleh.Terlihat kaget akan keberadaannya.
"Mas Nusra ..."
"Bagaimana keadaanmu?" Dilontarkannya tanya sebagai pembuka percakapan dengan Acintya.
"Baik, Mas."
Pandangan lebih dibuat intens ke sang mantan ipar, diperhatikan wajah pucat Acintya. Rasanya tak mungkin kondisi wanita itu sudah membaik.
Acintya ditemukan pingsan pagi tadi di kamar. Langsung djlarikan ke rumah sakit. Iparnya itu diharuskan melakukan rawat inap beberapa hari.
"Bagaimana dengan kandunganmu?"
"Anakku baik-baik saja, Mas Nusra."
Keheningan tercipta di antara mereka berdua.
Dilirik arloji pada tangan, memastikan jam. Tak bisa dibuang lebih banyak waktunya. Apalagi, ia harus segera kembali ke kantor.
"Saya ingin bicara."
Acintya tak menjawab, namun wanita itu masih menahan atensi padanya. Seperti menunggunya untuk menyampaikan apa yang perlu dikatakan.
"Tentang anak kamu dan mendiang adik saya ..."
"Setelah anakmu lahir, biarkan anak itu untuk saya angkat menjadi putra saya."
"Kamu dapat melanjutkan hidupmu di Amerika dan menikah kembali dengan siapa pun itu."
"Kamu berhak bebas setela-"
"Tidak!" Acintya berseru dengan marah.
"Aku tidak pernah menyerahkan anakku ke siapa pun! Termasuk Anda, Mas Nusra." Acintya beri penegasan pada setiap kata yang diluncurkan.
"Aku akan melahirkan, merawat, membesarkan anakku tanpa campur tangan orang lain!"
"Kamu tidak bisa egois, Acintya." Nusra bicara dalam peringai tenang, tapi mata menatap tajam.
"Anak kamu akan menjadi pewaris baru keluarga kami."
"Saya akan menjaganya dengan baik jika ka-"
"Apa Anda tidak dengar ucapan saya tadi, Mas Nusra? Anda tidak bisa mengambil anak saya."
"Saya tidak akan mengambil anak kamu. Say-"
"Tidak!" Acintya bicara dengan lebih kasar.
"Berikan saya kesempatan bicara."
Acintya masih emosi. Ia sangat ingin mengusir Nusra Dyatmika keluar dari ruang inap, namun pria itu, seperti ingin menyampaikan hal lainnya.
"Saya tegaskan saya tidak bermaksud merebut atau mengambil paksa anakmu, dengan rencana saya mengangkat dia sebagai anak saya."
"Saya hanya ingin jalankan tugas saya sebagai putra sulung keluarga untuk menjaga pewaris kami, setelah mantan suami kamu meninggal, Acintya."
"Jika kamu tidak berkenan, kita harus membuat kesepakatan baru yang tidak akan merugikanmu atau saya." Nusra mencoba bernegoisasi.
"Kesepakatan apa lagi?"
"Kamu harus menikah dengan saya, Acintya."
"Dengan begitu, saya bisa menjadi ayah untuk anak mendiang adik saya dan menjaga pewaris keluarga kami." Nusra bicara blak-blakan.
"Kamu harus setuju dengan ide saya ini, jika kamu ingin anakmu tetap aman dan kamu bisa terus menjadi ibunya."
.................
Ada yang mau lanjut? Yok komen.
Jangan lupa disimpan di library ya biar dapat notif kalau up.
Prekuel 2 sudah up juga, silakan cek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Ayah Pengganti
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21++] Nusra Dyatmika (36th) tak berencana mengikat diri dalam sebuah pernikahan. Namun, pada akhirnya ia harus meminang Acintya Maharasti (28th), mantan istri mendiang adik laki-lakinya. Nusra harus menjad...