Yok vote dulu sebelum baca.
==========================================
BAGIAN
SEMBILAN (09)
==========================================
"Dah mau sampe Papa?"
"Iya, Nak. Mau masuk gerbang," jawab Nusra atas pertanyaan sang buah hati.
Walau fokusnya lebih banyak digunakan menyetir, tetap dapat diabadikan momen Arjuv mengelap-ngelap mulut pakai tisu.
Tentu, dalam upaya menghilangkan jejak es krim tersisa agar nanti tak ketahuan.
Jadi, bagaimana ia tidak terhibur dengan aksi menggemaskan buah hatinya ini.
Arjuv yang polos dengan tingkah lucunya.
"Sudah hilang, Nak."
"Mama nggak akan tahu Arjuv beli es krim. Mama nggak akan marah."
Nusra beri pengertian pada putranya yang masih tampak takut jika nanti dimarahi.
"Papa nggak akan bilang ke Mama," ujar Nusra lagi meyakinkan jagoan kecilnya. Ia mengusap-ngusap lembut kepala Arjuv.
Dan seketika pula, senyuman cerah sang buah hati terbit dengan lebarnya. Menjadi tanda putranya percaya akan ucapannya.
Walau ingin terus memandang sosok lucu Arjuv, ia harus berkonsentrasi lagi dalam mengemudi, apalagi sudah tiba di depan rumah yang gerbangnya pun telah terbuka juga secara otomatis, mengikuti sensor.
"Horeee!"
Sang buah hati berseru kencang.
Menjadi kebiasaan putranya saat merasa senang sudah sampai di kediaman mereka.
"Uyun, Papa, uyunn."
Arjuv meminta turun dari mobil.
Tentu, Nusra segera mengabulkan karena ia sudah selesai memarkirkan kendaraan.
Dirinya lebih dulu keluar. Lalu, berjalan cepat ke sisi lain kendaraan dimana Arjuv duduk. Ia menyempatkan diri melihat ke sekeliling. Rumah tampak sepi.
Mengingat tidak banyak pekerja menetap, sudah pasti kediamannya terlihat sunyi.
Satu yang pasti, Acintya ada di dalam.
"Daaarrr!"
Sang buah hati mulai beraksi.
Arjuv memang suka melakukannya, dalam upaya mengagetkan, apalagi pintu mobil yang baru saja dibuka olehnya.
"Uyun, Papa, uyun."
Arjuv kembali tak sabaran ingin meminta segera turun dari mobil. Tangan pun sudah diulurkan agar lekas digendongnya.
Sebelum mengeluarkan sang putra, sudah jelas harus dilepas sabuk pengaman dulu.
"Papa, kacik hadi ke Mama, yah?"
Artinya : Papa kasih hadiah ke Mama, ya?
Sebagai balasan, Nusra pun mengangguk.
Lalu, diturunkan sang buah hati, selepas ia berhasil menyingkirkan semua seatbelt.
Kaki-kaki kuat Arjuv menapak sempurna di atas tanah, seperti yang putranya mau.
"Hadi anah, Papa? Ajuv kacih."
Artinya : Hadiah mana, Papa? Ajuv kasih.
Atas permintaan sang jagoan kecil yang juga disertai aksi menengadahkan kedua tangan, maka Nusra lekas memberikan.
Kotak ukuran besar berisi gaun pesta.
Walaupun cukup berat untuk ukuran anak batita, Arjuv seperti tidak kesulitan untuk membawanya ke dalam rumah. Bahkan, sang putra masih bisa berlari kencang.
Tentu, ia akan segera menyusul masuk dan membawa buket bunga mawar yang dibeli.
Ukurannya lebih besar dibandingkan kotak berisi gaun tadi, sehingga tidak mungkin jika putranya akan kuat membawanya.
Tentu, ia berharap Acintya suka semua hadiah yang telah dipersiapkannya.
Misi untuk membuat wanita itu jatuh cinta, jelas akan menjadi rencana prioritas.
Sudah disiapkan beberapa hal lagi untuk diberikan dan juga ditunjukkan pada sang istri. Akan dilakukan satu demi satu.
Setidaknya, ia serius dengan usaha-usaha memenangkan hati Acintya. Dan semoga saja, wanita itu bisa diluluhkannya.
"Papa datanggg!"
Sang buah hati berseru dengan kencang, menyambutnya datang di ruang tamu.
Arjuv juga bergerak mendekatinya. Tentu sudah tidak membawa kotak lagi karena benda tersebut sudah di tangan Acintya.
Arjuv pasti yang memberikan tadi.
"Wah, unga atik cekali." Batita itu bercicit.
Artinya : Wah, bunga cantik sekali.
"Kasi Mama, Papa."
Arjuv berceloteh kembali sembari tangan diulurkan pada sang ayah, meminta buket bunga untuk dibawa ke sang ibu.
Tentu, didapatkan keinginannya.
Dengan semangat begitu besar, Arjuv pun berjalan cepat ke sofa, dimana ibundanya sedang duduk. Tak sabar ingin tunjukkan hadiah lain yang diberikan sang ayah.
"Mamaaa!"
"Inih unga, Mama."
"Atik unga, Mamaaaa."
Walaupun merasa tegang akan situasi ini, terutama semua benda pemberian Nusra Dyatmika, namun Acintya tetap berusaha antusias agar buah hatinya senang.
"Mama uka unga?"
Artinya : Mama suka bunga?
Kepala pun segera dianggukan, dalam beri respons atas pertanyaan jagoan kecilnya.
"Iya, Sayang. Mama suka mawar."
"Makasih bunganya, ya, Arjuv ganteng."
"Papa eli unga, Mama."
Artinya : Papa beli bunga, Mama."
Sang buah hati menunjuk-nunjuk sosok Nusra Dyatmika yang sudah berada dekat dengannya, walau tak ikut duduk di sofa bersamanya. Tetap berdiri di sampingnya.
Mereka lalu saling menatap cukup intens.
"Kenapa aku dikasih banyak hadiah, Mas? Aku belum berulang tahun." Acintya ingin tahu alasan Nusra Dyatmika sebenarnya.
"Cara saya menunjukkan cinta."
Acintya tak menyangka akan apa yang ia dengar. Dan tampaknya pria itu serius.
Lalu, sebuah amplop diserahkan padanya.
"Apa ini, Mas?" tanya Acintya langsung.
"Makan malam spesial."
"Untuk kita bertiga, Acintya."
"Dalam rangka apa, Mas?" tanyanya lagi memastikan tujuan Nusra Dyatmika.
"Anggap saja kencan pertama kita sebagai pasangan suami-istri sesungguhnya."
Seketika, Acintya menjadi gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Ayah Pengganti
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21++] Nusra Dyatmika (36th) tak berencana mengikat diri dalam sebuah pernikahan. Namun, pada akhirnya ia harus meminang Acintya Maharasti (28th), mantan istri mendiang adik laki-lakinya. Nusra harus menjad...