Part 18 (21+)

15.1K 293 3
                                    


Yok vote sebelum baca.




==========================================


BAGIAN

DELAPAN BELAS (21+)


==========================================




"Deadline dua minggu lagi?" Acintya pun mengonfirmasi apa yang baru disampaikan oleh perusahaan pemberi projek.

"Saya bisa selesaikan."

"Akan selesai saya kerjakan pembukuan dalam waktu sepuluh hari kedepan."

Acintya sudah memasang target. Ia tentu akan tuntaskan dengan waktu lebih ekstra agar semua pekerjaan bisa rampung.

Untung perusahaan pemberi projek mau mendengarkan dan percaya padanya.

"Terima kasih, Bu."

Tak sampai satu menit, pembicaraan pun telah berakhir karena sudah tak ada lagi yang mereka perlu diskusikan.

Acintya pun berencana turun dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi, namun lantas urung saat melihat pintu kamar dibuka.

Dan sosok Nusra Dyatmika pun muncul.

Pria itu tak diam di dekat pintu, melainkan berjalan semakin mendekat ke arahnya.

Tanpa mengatakan apa-apa.

Acintya seketika merasa tegang, terlebih lagi ia masih menjaga jarak dengan sang suami. Tentu dalam waktu tanpa batas.

Dan sepertinya Nusra Dyatmika sadar oleh sikapnya yang mungkin lain dari biasanya.

Lalu, bagaimana harus dihadapi situasi ini agar mereka sama-sama nyaman?

Entahlah, menjauhi pria itu, menimbulkan pula rasa bersalah dalam diri Acintya.

Harusnya tak begini bukan tingkahnya? Ia terlihat sangat kekanak-kanakan.

Nusra Dyatmika selama ini selalu bersikap baik pula padanya. Menjadi suami serta juga ayah pengganti yang bisa diandalkan.

Hanya karena ia berusaha menjauh, pria itu harus mendapatkan pengabaian.

"Kamu lagi sibuk, Acintya?"

"Kenapa, Mas?" Dilemparkan balik saja pertanyaan agar tak perlu menjawab.

"Kita harus bicara."

"Saya tidak ingin kamu terus diam tanpa saya tahu apa yang menyebabkan."

"Kita harus menyelesaikannya, Acintya."

"Menyelesaikan apa?" tanggapnya segera atas ucapan sang suami. Tentu, ia menutup kenyataan bahwa telah paham maksudnya.

"Masalah kita."

"Saya tahu kamu menjauhi saya, Acintya. Dan saya tidak pernah suka."

"Jika saya melakukan kesalahan, harusnya kita bicarakan. Bukan mendiami saya."

"Kita harus memperbanyak komunikasi di antara kita, jika tetap ingin rukun."

Nusra tak bermaksud bersikap keras, tapi saat tidak diambil langkah ini, maka akan kian berlarut-larut prakara mereka yang mungkin bisa diatasi sesegera mungkin.

"Saya minta maaf, Acintya."

"Saya belum banyak memahami kamu dan sikap-sikap saya mungkin membuat kamu tidak nyaman." Nusra sungguh-sungguh.

"Terutama soal semalam ...."

"Saya bercinta dengan kamu mungkin tidak sesuai dengan yang kamu harapkan."

Nusra ingin lanjut bicara, namun ditunda sebentar karena Acintya menggeleng.

Tentu akan ditunggu sang istri bicara.

"Kamu nggak melakukan kesalahan apa pun ke aku, Mas. Apalagi soal kemarin."

"Nggak usah minta maaf terus."

"Aku yang jadi nggak enak karena aku yang sudah kekanak-kanakan sama Mas."

Acintya tak tega saja melihat keseriusan Nusra Dyatmika dalam upaya berbaikan dengannya demi hubungan mereka.

"Sorry, ya, Mas."

Sang suami tersenyum padanya, saat ia mengulurkan tangan guna meminta maaf.

Tak lama jemari-jemari mereka pun sudah saling menggenggam. Sudah tentu mampu membuatnya gugup mendadak.

Terlebih lagi, Nusra kian mendekat.

"Saya belum maafkan kamu yang sudah mengambek dan saya menjadi galau.

Sang suami berbisik di telinganya.

"Aku nggak akan dimaafkan, Mas?"

"Bisa dimaafkan tapi dengan satu syarat."

"Satu syarat? Apa itu, Mas?"

Senyuman Nusra Dyatmika tampak aneh baginya, seperti sedang menyeringai.

"Syaratnya, kamu harus mau beri adik baru untuk Ajuv kesayangan kita."

Acintya merasa lucu sekaligus geli dengan ucapan suaminya, ia pun terkekeh.

"Bagaimana? Dealing?"

Kepala pun segera Acintya anggukan guna menanggapi permintaan Nusra Dyatmika.

"Aku setuju, Mas. Lagian aku juga nggak pakai KB sejak Arjuv lahir."

Acintya merasa panas di wajah atas apa yang baru saja akui pada suaminya. Tentu ia malu, namun sudah telanjur dikatakan.

Sedangkan, Nusra Dyatmika tertawa bisa berguyon seperti ini dengan istrinya. Lega juga sebab bisa menyelamatkan hubungan mereka dari prakara lebih rumit.

"Nanti malam kita buat calon adik untuk Ajuv, biar segera jadi," gurau Nusra.

"Kenapa nanti malam? Sekarang juga bisa, Mas. Itu pun kalau Mas nggak ke kantor."

"Saya bisa ke kantor siang nanti."

Setelah mendengar jawaban sang suami, Acintya pun berinisiatif memulai ciuman di antara mereka. Ia lebih dulu naik ke atas pangkuan Nusra Dyatmika, baru menutup jarak dan saling menyatukan bibir.

Sang suami segera menyambut dengan lumatan yang sarat akan gairah panas.





Peran Ayah Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang