Yok vote sebelum baca
==========================================
BAGIAN
SEPULUH (10)
==========================================
"Wah, Ibu Acintya sangat cantik."
"Terima kasih, Mbak Villa." Acintya pun dengan kikuk bicara. Senyum juga kaku.
Harusnya ia bisa rileks dan menikmati.
Hanya saja, melihat penampilan dirinya dengan riasan full di wajah, hasil karya MUA terkenal yang disewa suaminya.
Selain berdandan seperti akan menghadiri acara penting, ia juga mengenakan gaun malam semampai warna maroon pilihan Nusra Dyatmika yang diberikan kemarin.
Jenis pakaian yang terasa amat formal bagi dirinya, mengingat setiap hari lebih suka memakai kaus dan juga celana jeans.
Namun karena ia dan keluarga kecilnya punya acara makan malam spesial, maka tak ada salahnya berdandan sesekali.
"Ada yang kurang, Bu Acintya? Apakah mau saya poleskan bedak sedikit lagi?"
Sebagai bentuk penolakan awal, kepala pun lekas digelengkan. "Nggak, Mbak."
"Ini saja sudah cukup untuk saya."
"Terima kasih banyak."
"Baik, Bu Acintya."
"Sudah selesai berarti, ya, Mbak?" tanya Acintya guna memastikan sekali lagi.
"Iya, Bu, sudah selesai."
"Kalau begitu saya keluar dulu. Suami dan anak saya sudah menunggu di bawah."
"Baik, Bu. Selamat makan malam."
"Terima kasih, Mbak," ujar Acintya sopan dengan wajah sedikit memanas. Ia malu saja akan apa yang didengarnya.
Kemudian, dibawa diri keluar dari ruang rias pribadinya. Berjalan ke arah lift yang terletak di sudut ruangan. Ia akan turun ke lantai satu, tempat keluarga kecilnya sudah berada di sana sejak beberapa menit lalu.
Nusra Dyatmika mengirimkan pesan jika sudah siap untuk pergi ke restoran. Hanya tinggal menunggunya selesai berdandan.
Dalam hitungan detik, lift digunakannya pun telah sampai di tempat tujuan.
Terhubung langsung ke ruang tamu.
"Mamaaaa!"
Seruan lantang dikeluarkan sang buah hati seraya berlari semangat ke arahnya.
Jika saja sedang tak memakai gaun yang membatasi gerakan, ia sudah tentu akan membawa Arjuv dalam gendongannya.
Sayang, tidak bisa.
"Mama, atik, Mama."
Artinya : Mama, cantik, Mama.
Pujian sang buah hati, tentunya terdengar menggemaskan dengan senyum lebar.
Sang putra pun turut mengacungkan kedua jempol padanya, masih dalam upaya batita itu menunjukkan pujian untuknya.
"Makasih, Sayang," balas Acintya lalu.
Dan ketika mendengar suara langkah kaki yang kian mendekat, atensi pun lekas saja dipindahkan ke sosok Nusra Dyatmika.
Pria itu tersenyum hangat padanya.
Entah mengapa, mampu membuatnya jadi gugup. Terlebih, radius jarak di antaranya dan pria itu semakin menipis saja.
"Kamu cantik seperti ini, Acintya."
Nusra Dyatmika memujinya?
"Makasih, Mas." Acintya berikan balasan apa adanya karena tak tahu harus memberi respons bagaimana atas sanjungan pria itu.
Dan ketika Nusra Dyatmika mengulurkan tangan, ia semakin kebingungan saja.
Namun tetap diterima, sehingga tangannya pun digenggam oleh pria itu. Tentu saja, timbul sensasi rasa asing untuknya.
Dan sulit untuk diterjemahkannya.
"Bisa berangkat sekarang?"
Atas ajakan Nusra Dyatmika, ia segera saja mengiyakan lewat anggukan.
Kekagetan kembali mengguncangnya saat merasakan tangan pria itu di pinggangnya.
Kontak fisik yang terlalu intim saja.
"eluk Mama, Papa. Elukk." Arjuv bercicit.
Artinya : Peluk Mama, Papa, peluk.
Baik, Nusra maupun Acintya sudah paham keinginan buah hati mereka, tapi keduanya masih saling diam untuk beberapa saat.
Namun kemudian, Nusra pun mengikuti insting, ia harus lebih berani pada Acintya jika ingin menunjukkan perasaannya.
Salah satu tangan lekas dipindahkan ke pinggang wanita itu, direngkih posesif.
===========
Mana komennya nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Ayah Pengganti
Ficção Geral[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21++] Nusra Dyatmika (36th) tak berencana mengikat diri dalam sebuah pernikahan. Namun, pada akhirnya ia harus meminang Acintya Maharasti (28th), mantan istri mendiang adik laki-lakinya. Nusra harus menjad...